Wabah Virus Corona
Peneliti China Membuat Alat Tes Kit Portabel untuk Deteksi Virus Covid-19, Kit Uji Asam Nukleat Baru
Menggunakan cairan khusus, test kit ini dapat langsung menghancurkan patogen dalam sampel dan melepaskan asam nukleat.
Skala krisis yang ditimbulkan oleh Covid-19 telah mendorong perusahaan-perusahaan besar untuk terlibat, tetapi terlambat dan hanya dengan dukungan negara yang besar.

Raksasa farmasi Johnson & Johnson dan Sanofi multinasional Prancis sama-sama mengandalkan pekerjaan yang didanai pembayar pajak oleh Biomedical Advanced Research and Development, sebuah divisi dari Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS, untuk mendukung pekerjaan mereka mengembangkan vaksin.
"Sampai model ini diperbaiki pada tingkat ekonomi, pengembangan perawatan penyakit menular dan vaksin akan terus menghadapi perjuangan yang berat," kata Ooi Eng Oong, wakil direktur Program Penyakit Menular yang Muncul di Duke-NUS Medical School di Singapura.
Bukan tanpa alasan perusahaan besar tampak tidak termotivasi untuk melakukan pengembangan.
SCMP menyebut pengembangan vaksin merupakan proyek yang sangat mahal.
Selain itu, proyek ini merupakan pekerjaan yang berisikio.
Michael Kinch, direktur Pusat Inovasi Penelitian dalam Bioteknologi dan Penemuan Obat-obatan di Universitas Washington di St Louis, mengatakan perusahaan-perusahaan obat besar umumnya memandang pengembangan vaksin sebagai risiko tinggi dan hadiah rendah.
"Teknologi untuk sebagian besar vaksin tidak semaju teknologi lebih seksi dari yang lain, yang dapat mengumpulkan harga (keuntungan) lebih tinggi dan dengan demikian (akan mendongkrak) pendapatan," kata Kinch. (TRIBUNNEWSWIKI.COM/Ahmad Nur Rosikin)
Artikel ini telah tayang di Tribunnewswiki.com dengan judul Pengembangan Vaksin Covid-19 Lambat, Kendala Nonteknis: Uang dan Pertimbangan Keuntungan
(*)