Wabah Virus Corona
ALARM Berbahaya, Dua Peneliti Jerman Ungkap Riset Mencengangkan Jumlah Kasus Virus Corona Sebenarnya
Keduanya mengungkap bahwa jumlah kasus yang ditemukan di dunia diprediksi hanya sebagian kecil yang terungkap.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, DW - Hasil riset atau penelitian terbaru dua peneliti dari Jerman bisa menjadi alarm atau peringatan berbahaya bagi dunia terkait jumlah kasus virus corona atau covid-19 di dunia.
Kedua peneliti tersebut adalah Christian Bommer dan Sebastian Vollmer dari Universitas Göttingen University, di Jerman.
Keduanya mengungkap bahwa jumlah kasus yang ditemukan di dunia diprediksi hanya sebagian kecil yang terungkap.
Keduanya menemukan data dari hasil penelitian bahwa angka yang terungkap itu bahkan hanya 6 persen dari total kasus virus.
• Kabar Buruk, Prediksi Bill Gates Kapan Vaksin Virus Corona Selesai Dibuat? Ini Kabar Baiknya
Disebutkan dalam hasil penelitiannya, angka total infeksi virus corona jenis baru SARS-CoV-2 tersebut diperkirakan jauh lebih banyak dari data yang tercatat resmi oleh pejabat kesehatan sedunia.
Mereka menganalisa data dari hasil penelitian paling anyar yang dipublikasikan dalam jurnal bulanan The Lancet Infectious Diseases.
Kedua peneliti melihat perkiraan tingkat kematian Covid-19 dan jangka waktu antara laporan pertama terinfeksi hingga saat kematian, untuk asesmen kualitas laporan kasus resmi.
“Data menunjukkan, negara-negara di dunia hanya menemukan sekitar 6% dari seluruh kasus infeksi virus corona“, papar kedua peneliti Jerman itu.
Ilmuwan dari Universitas Göttingen itu mengklaim, jumlah sebenarnya dari orang yang terinfeksi virus corona sedunia, mungkin sudah mencapai puluhan juta.
• Ancaman Virus Corona Gelombang Kedua di China, Xi Jinping Siapkan Skrenario Terburuk, 8 Kebijakan
Pembuat kebijakan harus ekstra waspada
"Hasil ini menunjukkan, pemerintah dan pembuat kebijakan perlu ekstra waspada jika menafsirkan jumlah kasus untuk tujuan perencanaan“, kata Vollmer, profesor ekonomi pembangunan di Universitas Göttingen.
“Perbedaan ekstrim dalam jumlah dan kualitas tes yang dilakukan di berbagai negara, menunjukkan bahwa catatan kasus resmi kebanyakan tidak informatif dan tidak menyajikan informasi yang membantu“, ujar guru besar itu memperingatkan.
Bommer dan Vollmer memperkirakan, pada 31 Maret 2020 Jerman harusnya sudah mencatat 460.000 kasus infeksi SARS-CoV-2.
Berbasis metode yang sama, kedua peneliti mengkalkulasi AS sudah memiliki 10 juta kasus, Spanyol lebih dari 5 juta kasus, Italia sekitar 3 juta dan Inggris dengan 2 juta kasus infeksi virus corona.
• KISAH HARU Warga Kompak Dukung Tetangga yang Terinfeksi Corona, Gotong-royong Penuhi Kebutuhan Pokok
Hanya tinggal masalah waktu
Johns Hopkins University pada 31 Maret melaporkan, sekitar 900.000 orang di seluruh dunia didiagnosa dan dikonfirmasi resmi terinfeksi.
“Sementara data Johns Hopkins melaporkan kurang dari satu juta kasus global yang dikonfirmasi resmi, kami memprediksi kasus infeksi sudah menembus hampir 10 juta“, tulis penelitian itu.
“Tes virus corona yang tidak akurat dan terlambat, diduga merupakan penyebab mengapa sejumlah negara Eropa, seperti Italia dan Spanyol mengalami tingginya angka kematian pasien, dibanding dengan laporan resmi kasus fatalitas dari Jerman“, ujar kedua peneliti.
Jerman diperkirakan sudah mengidentifikasi sekitar 15.6% dari seluruh kasus.
Bandingkan dengan Italia yang hanya 3.5% atau Spanyol yang mendeteksi 1.7%.
Tingkat deteksi kasus yang lebih rendah diperkirakan di AS (1.6%) dan Inggris (1.2%).
Kedua peneliti Jerman itu pun memperingatkan.
“Jika negara-negara gagal meningkatkan kemampuan deteksi infeksi baru, mengisolasi pasien dan melacak kontak langsung, virus akan tetap tidak terdeteksi hingga periode yang lebih panjang".
"Pecahnya wabah baru hanyalah masalah waktu“, ujar kedua pakar dari Jerman itu memperingatkan.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Jutaan Kasus Infeksi Virus Corona di Dunia Tidak Terdeteksi