Wabah Virus Corona
Imbas Malaysia Lockdown Harga Gas 3 Kg di Perbatasan Tembus Rp 50 Ribu dan Gula Rp 25 Ribu Per Kilo
Harga gas elpiji di Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang, yang berbatasan langsung dengan Malaysia, mencapai Rp 50 pertabungnya
Penulis: Agus Pujianto | Editor: Syahroni
Imbas Malaysia Lockdown Harga Gas 3Kg di Perbatasan Tembus Rp50 Ribu Pertabung dan Gula Rp25 Ribu
SINTANG, TRIBUN - Masyarakat di daerah perbatasan saat ini mengeluhkan tingginya harga kebutuhan bahan pokok.
Kebutuhan yang paling melonjak harganya di perbatasan adalah gas elpiji tiga kilogram atau gas subsidi.
Harga gas elpiji di Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang, yang berbatasan langsung dengan Malaysia, mencapai Rp 50 pertabungnya.
Sementara harga gula mencapai Rp 25 ribu perkilogramnya.
“Harga yang paling melonjak gula sama gas elpiji 3 Kg. Gula harga normalnya Rp 15 ribu rupiah,” kata Ketua Kelompok Informasi Masyarakat Perbatasan (Kimtas), Ambresiur Murjani, Selasa (7/4/2020).
Menurut Murjani, 80 persen kebutuhan pokok masyarakat di perbatasan diperoleh dari Balai Karangan, Kabupaten Sanggau, termasuk gula.
Sebab, dari Kecamatan Ketungau Hulu jaraknya lebih dekat ke Balai Karangan daripada ke Kabupaten Sintang yang bisa mencapai 7 jam.
Gula yang dijual di perbatasan pun dari Malaysia.
Imbas pemberlakukan lockdown di Malaysia akibat Corona, gula semakin sulit diperoleh.
“Dari Balai pun gula dari Malaysia,” katanya.
Sebelum Malaysia memberlakukan lockdown, masyarakat yang berada di perbatasan seperti di Semareh, Nanga Bayan, terbiasa berbelanja ke Malaysia.
Barang belanjaannya pulang dengan cara dipikul.
“80 persen warga belanja ke Malaysia, main pikul gulanya. Itu waktu belum ditutup. Setelah lockdown, warga menahan diri tidak melintas. Setiap desa juga menutupnya,” ujar Murjani.
Murjani mendorong pemerintah mendistribusikan kebutuhan Sembako ke wilayah perbatasan.
Bila perlu, pemerintah menggelar operasi pasar baik di kota kecamatan, maupun di desa.
“Sangat diperlukan drop sembako ke ketungaau, apalagi sekarang banyak yang gagal panen. Orang bergantung dari sawit. Kan penghasilan jadi kecil. Berharap ada operasi pasar di sana, karena belum pernah ada di sana dilakukan operasi pasar, baik itu di pusat kecamatan maupun desa,” harapnya.
Mahalnya gula dan elpiji di pasaran diakui oleh Kadisperindagkop dan UKM Kabupaten Sintang, Sudirman.
Tidak hanya di perbatasan, di Kota Sintang juga harganya melejit.
Bahkan ada yang mencapai Rp 22 ribu perkilogramnya.
“Gula sekarang mahal, sekarang yang dijanjikan Bulog belum sampai. Kita lihat nanti, distributor di Pontianak pun sama,” ujar Sudirman.
Rencananya, Disperindag akan menggelar operasi pasar di wilayah perbatasan, untuk menekan harga kebutuhan pokok di Kecamatan Ketungau Hulu, dan Ketungau Tengah.
Akan tetapi, belum diketahui pasti kapan rencana tersebut.
Sudirman menyebut, akan mengkaji kemungkinan bekerjasama dengan pemerintah Malaysia untuk mendatangkan gula, seperti yang dilakukan di Badau, Kapuas Hulu.
“Peluang, untuk mendatangkan gula di perbatasan kita jajaki dulu. Di Badau mereka datangkan dari Malaysia. Nanti kami coba hubungi Disperindag yang di sana. Semua kita jajaki dulu,” kata Sudirman.
Kepala Perum Bulog Sub Drive Sintang, Fendi Kurniawan menyebut pihaknya saat ini tengah menunggu pengiriman gula sebanyak 25 ton dari Kanwil Bulog di Provinsi Kalbar.
“Gula sementara kita masih menunggu pengiriman dari Kanwil kami di Kalbar, dua minggu kedepan rencananya baru masuk. Pengiriman 25 ton,” ungkap Fendi.
Menurut Fendi, sejak pemerintah belum memberikan izin impor gula kepada Bulog, setahun terakhir, gula stoknya kosong.
Termasuk di Kabupaten Sintang. Dengan adanya pandemi corona, Bulog kembali mendapatkan penugasan untuk distribusi gula.
“Stoknya sementara kosong. Di bulog sudah tahun lalu tidak dapat penugasan lagi, stok tidak ada. Semntara ada kejadian covid, kita baru ditugaskan kembli. Karena kemarin ndak ada izin impor, kita baru dapat, sementara impor baru masuk juga, masih menunggu pusat,” kata Fendi.
Bantuan Sosial Mulai Disalurkan
Bantuan Sosial dalam bentuk beras dari pemerintah Provinsi Kalbar sudah didistribusikan.
Hari ini, Dinas Sosial dan Bulog mendistribusikan beras ke Kecamatan Kelam Permai untuk kemudian disalurkan ke Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang terdampak Covid-19.
Di Kecamatan Kelam Permai, ada 309 jumlah penerima bantuan dari lima desa.
Masing-masing KPM akan mendapatkan jatah 20 kilogram beras.
Pelaksanaan pendistribusian beras tersebut nantinya langsung dibawa oleh kepala desa masing-masing desa untuk segera didistribusikan ke masyarakat yang menerima bantuan beras tersebut.
“Distribusi beras diterima oleh Kades guna meminimalisir kerumunan warga dan teknis pembagian tetap diawasi oleh anggota bhabinkamtibmas dimana setiap bhabin bertugas,” kata Kapolsek Kelam Permai, Iptu Hariyanto.
Saat ini, beras bantuan tersebut berada di balai kecamatan.
Oleh pihak kecamatan, kades diminta datang mengambil berasnya kemudian dibagikan ke rumah masing-masing penerima.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sintang, Florensius Ronny mengapresiasi gerak cepat Pemkab dalam menyalurkan bantuan sosial.
Bantuan berupa beras ke 35.759 kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang terdampak corona bantuan dari Pemerintah Provinsi Kalbar.
“Kita tidak henti-hentinya memberikan apresiasi kepada pemerintah yang mana kita tahu bahwa kemarin mendistribusikan beras kepada 35.759 kepala keluarga,” kata Ronny.
Ronny menilai, Pemkab Sintang cepat tanggap dalam situasi saat ini, dengan langsung mendistribusikan beras bantuan dari provinsi kepada masyarakat.
“Kita tahu bahwa bantuan ini berasal dari bantuan provinsi, yang artinya teman-teman di kabupaten ini cepat tanggap atas situasi yang ada,” ujarnya.
Legislator Partai Nasdem ini juga mengapresiasi Pemkab Sintang yang menyiapkan 100 ton beras untuk diberikan kepada masyarakat terdampak diluar KPM.
“Ini sungguh luar biasa. Kita di DPRD pada intinya selalu berkoordinasi, selalu bekerjasama karna kita juga tergabung di tim gugus penanganan covid 19 ini,” pungkasnya. (*)