Corona Masuk Indonesia

KISAH Pemakaman Bisu Akibat Corona di Sebuah Desa Indah Italia, Lebih Buruk dari Perang Dunia II

Desa Vertova adalah desa di Italia yang tawarkan keindahan berupa rumah-rumah batu kuno memeluk sisi gunung Vertova.

Editor: Dhita Mutiasari
AFP
Sebuah pemakaman di desa Vertova dekat Bergamo, Lombardy, 24 Maret 2020 lalu. KISAH Pemakaman Bisu Akibat Corona di Sebuah Desa Indah Italia, Lebih Buruk dari Perang Dunia II 

KISAH Pemakaman Bisu Akibat Corona di Sebuah Desa Indah Italia, Lebih Buruk dari Perang Dunia II

CORONA - Italia kini menjadi perhatian terkait meningkatnya kasus Corona.

Negara asal Menara Pisa ini melaporkan angka kematian harian yang tinggi akibat virus corona.

Hingga Rabu (25/3/2020), tercatat lebih dari 6.000 kematian terjadi di Italia.

Dilansir dari SCMP, ada 6.820 kematian hingga Rabu (25/3/2020) pada pukul 11.30 WIB dan total kasus di Italia sebanyak 69.176 kasus.

Tingkat kematian tertinggi

Angka kematian tersebut lebih tinggi daripada China yang merupakan pusat pandemi.

Kini di daratan China ada 3.281 kematian.

Dilansir Al-Jazeera (24/3/2020), tingkat kematian Italia tertinggi di dunia, yaitu lebih dari 9 persen.

Lockdown Wuhan Akan Dicabut, Ilmuwan Malah Ungkap Hal Mengejutkan Soal Kasus Corona Tak Terdeteksi

Sedangkan di China angka kematian berada pada 3,8 persen.

Namun apa kabar Desa Vertova yang terkenal di Italia

Bagi Anda yang gemar travelling, desa di Italia ini pasti sudah sering Anda dengar.

Desa Vertova adalah desa di Italia yang tawarkan keindahan berupa rumah-rumah batu kuno memeluk sisi gunung Vertova.

Kota yang letaknya 70 km arah Timur Laut Milan ini telah menjadi salah satu tujuan wisata populer di Italia.

Namun sayang, sejak negeri piza dalam status lockdown alias penguncian, jalan-jalan berbatu dan gang-gang yang berliku di Vertova kosong selama berhari-hari.

Banyak Diborong saat Pandemi Corona, Bahan Makanan Ini Ternyata Berbahaya Bagi Kesehatan

Jalan sepi di depan gereja Santa Maria Assunta di Vertova, 24 Maret 2020
Jalan sepi di depan gereja Santa Maria Assunta di Vertova, 24 Maret 2020 (AFP/ MIGUEL MEDINA)

Penduduk harus tinggal di dalam rumah.

Apalagi, wabah virus corona baru sudah membunuh 36 orang di Vertova kurang dari sebulan.

Padahal, kota berpenduduk 4.600 jiwa ini biasanya hanya memiliki sekitar 60 kematian sepanjang tahun.

"Ini lebih buruk daripada perang," kata Wali Kota Vertova Orlando Gualdi kepada AFP seperti dikutip  Channelnewsasia.com.

Yang dia maksud perang adalah Perang Dunia II.

Rabu (25/3/2020), empat peti mati berjejer rapi di dekat pintu masuk sebuah kapel, menunggu untuk dikremasi dan kemudian dimakamkan di pemakaman di belakang kota.

Pemerintah melarang pemakaman tanpa kremasi selama berminggu-minggu.

Dan, upacara pemakaman menjadi bisu yang hanya dihadiri petugas berbalut pakaian pelindung dan masker.

Kuburan juga tertutup bagi penduduk kota karena pemerintah melarang pertemuan umum.

Pangeran Charles Positif Terjangkit Virus Corona, Begini Kabar Kondisi Ratu Elizabeth II

Peti mati telah dibuat, tetapi keluarga tidak akan dapat menghadiri pemakaman orang yang dicintai, karena pembatasan yang berlaku.
Peti mati telah dibuat, tetapi keluarga tidak akan dapat menghadiri pemakaman orang yang dicintai, karena pembatasan yang berlaku. (AFP/ MIGUEL MEDINA)

Jadi, berduka untuk orang yang Anda cintai dengan bunga di kuburan mereka tidak lagi diizinkan.

"Tidak ada yang pantas mendapatkan kematian yang mengerikan seperti ini," sebut Wali Kota.

"Tidak masuk akal untuk berpikir bahwa mungkin ada pandemi pada tahun 2020".

Vertova terletak di Provinsi Lombardy, episentrum wabah virus corona di Italia.

Tingkat kematian dan infeksi di provinsi ini yang tertinggi di dunia, dan lebih buruk dari Provinsi Hubei, pusat epidemi di China.

Dan, siapa pun yang melangkah keluar rumah menggunakan masker, sekalipun masker bekas pakai.

"Tidak ada masker yang tersisa di kota ini. Tidak ada lagi desinfektan," ungkap Augusta Magni, penduduk Vertova.

"Saya harus membuat masker sendiri dengan selembar kain menggunakan mesin jahit," imbuh pria 63 tahun ini kepada AFP seperti dilansir Channelnewsasia.com.

Hampir semua orang di kota tersebut mengenal seseorang yang telah terjangkit virus corona.

"Masing-masing dari kami memiliki kerabat, teman, dan orang yang dicintai yang telah terinfeksi," kata Claudio Bertocchi, penduduk Vertova.

Tapi, tidak semua orang patah arang.

Gambar anak-anak dan pelangi juga pesan bertuliskan, "Semuanya akan baik-baik saja!", tergantung di beberapa jendela rumah penduduk Vertova.

Bendera Italia diikat di pagar balkon.

Dewan Riset Nasional di bawah naungan Pemerintah Italia melaporkan, sebanyak 57 dari 107 provinsi telah mencapai puncak penyebaran virus corona.

Jumlah kasus di Italia memang meningkat.

Tetapi, "Langkah-langkah penahanan (virus corona) memberikan efek yang kami inginkan, bahkan kita berada dalam fase awal perlambatan (kasus)," kata Dewan Riset Nasional.

Meski begitu, Wali Kota Vertova masih menghitung orang yang meninggal akibat virus corona.

"Tiga puluh enam kematian antara 1 Maret dan hari ini (25 Maret)," ujarnya.

"Hanya dengan begitu, kamu mengerti seberapa besar yang terjadi di sini".(S.S. Kurniawan)

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Kisah Vertova, saat virus corona lebih buruk dari Perang Dunia II

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved