Citizen Reporter

Mahasiswa IAIN Lakukan Pekan Bakti, Peserta Potret Kondisi di Desa Parit Kongsi

Masih banyak sekolah-sekolah di daerah terpencil yang masih belum mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah indonesia.

Penulis: Hamdan Darsani | Editor: Jamadin
TRIBUN PONTIANAK/ ISTIMEWA
Mahasiswi IAIN Pontianak saat mengajar di Desa Parit Kongsi. 

Citizen Reporter
Mahasiswa PAI 2019 IAIN Pontianak, Deka Safitri

KUBU RAYA - Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuata spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan dalam dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. ( UU NO 20 th.2003 tentang SISDIKNAS ).

Pendidikan di indonesia belum merata. Kesenjangan kualitas pendidikan antara di kota dengan di daerah terpencil masih tinggi.

Masih banyak sekolah-sekolah di daerah terpencil yang masih belum mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah indonesia.

Dampak Penyebaran Virus Corona, Sutarmidji Batal Kunjungan Kerja ke Jepang

Pendidikan di Desa Parit Kongsi sudah lengkap mulai dari PAUD, MI, MTS, sampai SMK. Mereka disana memiliki yayasan tersendiri yaitu yayasan BUSTANUL ULUM yang diketuai oleh H.Nurhasan.

Walaupun pendidikan di Desa Parit Kongsi ini sudah lengkap tetapi berbagai masalah yang menghambat proses pendidikan disini yaitu masih kurangnya sarana prasarana pendidikan.

Sarana prasarana ini seperti gedung sekolah beserta isinya, peralatan-peralatan sekolah yang menunjang proses belajar mengajar di sekolah, atau lembaga tempat belajar, dan kualitas tenaga didik.

Selain itu terdapat beberapa permasalahan lainnya yaitu, angka putus sekolah yang masih relatih tinggi, penerapan kurikulum di sekolah belum sesuai dengan mekanisme dan proses yang di standarkan, guru-guru yang kurang kompeten, serta ketidaksesuaian antara kualifikasi pendidikan dengan bidang yang ditempuh.

Permasalahan-permasalahan itu tidak hanya terjadi di Desa Parit Kongsi tetapi hampir seluruh daerah terpencil juga mengalami permasalahan-permasalahan seperti itu.

Tidak banyak yang mengetahui atau peduli dengan nasib pendidikan anak-anak di daerah terpencil, banyak anak di daerah terpencil yang bernasib malang karena tidak dapat memperoleh pendidikan yang bermutu.

Keunggulan yang ada pada pendidikan di Desa Parit Kongsi ini juga banyak, siswa-siswi yang ada disana mereka memiliki keunggulan dalam bidang olahraga.

Sewaktu kecil mereka sudah diajarkan bermain volly, sehingga ketika sekolah menengah mereka sudah hebat dalam bertanding.

Pendidikan di MTS Bustanul Ulum di Desa Parit Kongsi ini memiliki jumlah siswa-siswi sebanyak 49 orang, yang terdiri dari:
Kelas 7: 21 0rang
Kelas 8: 15 orang
Kelas 9: 13 orang

Kami tetap semangat dalam belajar dan kami akan mencapai cita-cita kami setinggi mungkin”.

Begitulah kira-kira yang dijelaskan oleh salah satu siswi yang ada di Mts Bustanul Ulum, ketika hendak menanyakan permasalahan yang ada di Mts Bustanul Ulum ini.

Sebenarnya raport itu merupakan salah satu tanggungjawab sekolah terhadap orang tua murid tentang kemampuan yang telah dimiliki siswa-siswi yang berupa sekumpulan hasil penilaian.

Sebenarnya banyak sekali manfaat raport bagi siswa-siswi, orang tua maupun gurunya.

Manfaat raport bagi siswa yaitu: siswa bisa mengetahui kemajuan hasil belajar diri, konsep-konsep atau teori-teori yang belum dikuasai, memotivasi diri untuk belajar baik lagi, dan memperbaiki srategi belajar.

Manfaat rapot bagi orang tua yaitu: orang tua bisa mengetahui perkembangan anaknya sehingga orang tua dapat membantu anaknya dalam belajar, memotivasi anaknya untuk meningkatkan hasil belajar dan melengkapi fasilitas belajar di rumah.

Manfaat raport bagi guru yaitu: melalui nilai raport guru dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan siswa dalam kelas, guru dapat menentukan strategi dalam proses pembelajaran di kelas yang menjadi tanggungjawabnya, strategi yang diambil untuk membantu siswa dalam meningkatkan kompetensi siswa atau membantu mengatasi kesulitan belajar siswa yang lemah.

Melalui nilai raport banyak hal yang dapat dilakukan seorang guru, orang tua maupun siswa itu sendiri. Seperti penggalan panjang dari kalimat yang terkenal dari Bapak pendidikan kita yaitu Bapak KI Hajar Dewantara, pendiri taman siswa pada tahun 1922.

Semboyan “Tut Wuri Handayani” atau aslinya “ing ngarso sun tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Yang memiliki arti: tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), ing madyo mangun karso (di tengah atau diatara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarso sun tulodo (di depan, seorang pendidik harus memberikan teladan atau contoh tindakan yang baik). (*).

Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak

Update Informasi Kamu Via Launcher Tribun Pontianak Berikut:

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved