Surat Gembala Uskup Agung Mgr Agustinus Agus: Membangun Kehidupan Ekonomi yang Bermartabat
Rabu 26 Februari 2020, telah dirayakan misa hari raya Rabu Abu. Hal ini merupakan pembukaan pekan masa Prapaskah.
Penulis: Stefanus Akim | Editor: Stefanus Akim
Dalam homilinya RD Alexius Mingkar membacakan surat gembala yang dikeluarkan oleh Uskup Agung Pontianak yang mengambil tema, “Membangun Kehidupan Ekonomi yang Bermartabat."
Dalam Surat Gembala APP Keuskupan Agung Pontianak 2020, dijelaskan bahwa masa puasa adalah masa dimana seluruh umat kristiani diberi kesempatan secara khusus untuk mengadakan permenungan, mawas diri, meninjau kembali hidup keagamaan kita, apakah sudah sesuai dengan apa yang kita imani. Masa puasa selalu diwarnai suasana mati raga, ulah tapa dan semangat doa sebagai ungkapan bahwa dihadapan Allah kita hanyalah debu dan akan kembali menjadi debu, penuh dosa dan perlu melakukan pertobatan.
Masa puasa selalu ditandai dengan kegiatan berpantang dan berpuasa. Bagi orang katolik, berpuasa dan berpantang merupakan ungkapan pertobatan dan tanda penyangkalan diri dan tanda keinginan untuk ambil bagian dalam pengorbanan Yesus di kayu salib sebagai silih dosa-dosa kita dan demi mendoakan keselamatan dunia.
“Dalam arti tertentu, pantang dan puasa bagi orang katolik merupakan latihan rohani yang mendekatkan diri kita kepada Tuhan dan sesama," kata RD Alex Mingkar, membacakan Surat Gembala Mgr Agustinus Agus, Uskup Agung Pontianak.

Lanjutan isi dari surat gembala itu dikatakan bahwa masa puasa dimulai pada pada hari Rabu Abu yang pada tahun ini jatuh pada 26 Februari 2020. Tema yang menjadi pokok permenungan kita umat katolik, khususnya di seluruh bumi Kalimantan selama masa puasa tahun ini adalah “Membangun Kehidupan Ekonomi yang bermartabat”.
Dalam iman kita percaya bahwa seluruh alam semesta dan segala isinya diciptakan oleh Tuhan Allah yang Mahakuasa. Tuhan memberikan kuasa kepada kita umat manusia, ciptaanNya yang diciptakan sesuai dengan citraNya (Kej.1,27) untuk menaklukan bumi, berkuasa atas ikan-ikan dilaut, burung-burung diudara dan atas segala binatang yang merayap di bumi”(Kej.1,28).
Setiap orang, tak terkecuali siapapun dipanggil untuk ”menguasai dan mengolah bumi dan segala isinya” sesuai dengan talentanya masing-masing, seperti yang diceriterakan dalam Kitab Suci Perjanjian Baru dalam perumpamaan tentang “talenta”(Mt. 25, 14-30).
Dalam perumpamaan tentang talenta tersebut diceriterakan bahwa yang diberikan lima talenta dipuji tuannya karena menghasilkan lima talenta pula (Mt.25,19) dan demikian pula berlaku bagi yang menerima dua talenta dan menghasilkan dua talenta pula. Dia dipuji oleh tuannya (Mt.25,23).
Sebaliknya yang menerima satu talenta dan tidak diusahakannya sehingga tidak menghasilkan apa-apa, dia tidak mengelolanya sesuai dengan kehendak tuannya sehingga bukan hanya ditegur secara keras oleh tuannya, tetapi “talenta itu diambil daripadanya” (Mt.25,28) dan hamba itu disebut sebagai “hamba yang tidak berguna dan supaya dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap”(Mt.25,29).
Ekonomi berasal dari bahasa Yunani “oikos” yang berarti “rumah” dan “nomos” yang berarti “aturan, atau tatanan atau hukum”. Dengan demikian dengan kata “ekonomi” dimaksudkan segala usaha, tingkah laku, kegiatan umat manusia untuk menata , mengatur, menyelenggarakan kehidupan dalam“rumah”dan “keluarga umat manusia”.
Tentu tujuannya“untuk kebahagiaan umum sebesar-besarnya dan penghormatan terhadap martabat manusia” (Dokumen Propaganda Fide, Oeconomicae et Pecuniare Questioner, yang dikeluarkan di Roma 6 January 2018, Ps.6).
Dewasa ini kita sungguh miris atau sulit untuk percaya kalau melihat kenyataan bahwa bumi Kalimantan yang kaya raya dengan sumber daya alamnya, tidak membuat masyarakatnya hidup makmur dan berkecukupan. Bahkan sebagian besar rakyatnya masih tetap miskin dan hidup masih jauh dari berkecukupan. Banyak pertanyaan bisa dimunculkan dan menjadi perdebatan tentang jalan keluar yang bisa diajukan.
Sudah bertahun-tahun lamanya gereja Katolik di Kalimantan Barat umumnya dan Keuskupan Agung Pontianak khususnya dengan kehadirannya melalui karya di bidang Pendidikan dan Kesehatan terakhir melalui Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi ikut ambil bagian secara nyata dan aktif untuk meningkatkan taraf hidup, harkat dan martabat masyarakat setempat dibidang sosial ekonomi, namun hasilnya masih jauh dari memuaskan.
Kita bersyukur dan berterima kasih kepada banyak pihak khususnya pihak pemerintah yang terus-menerus berusaha melalui macam program untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam segala bidang termasuk di bidang sosial dan ekonomi.
Di pihak lain kita juga tidak bisa menutup mata bahwa usaha-usaha yang mulia tersebut tidak mengurangi adanya jurang yang dalam antara yang kaya dengan yang miskin. Bahkan ada kecendrungan bahwa jurang tersebut makin melebar.
