Pasien Suspect Virus Corona di Semarang Meninggal Dunia, Begini Penjelasan RSUP Kariadi Semarang
Pasien tersebut baru pulang ke Indonesia pada 12 Februari 2020 setelah melakukan perjalanan dari Spanyol dan transit di Dubai.
Pasien Suspect Virus Corona di Semarang Meninggal Dunia, Begini Penjelasan RSUP Kariadi Semarang
Seorang pasien yang dinyatakan dalam pengawasan suspect virus corona (Covid-19) meninggal dunia pada Minggu (23/2/2020).
Pasien tersebut meninggal saat menjalani perawatan intensif di Ruang Isolasi ICU RSUP dr Kariadi Semarang.
Pasien pria suspect Virus Corona (Covid-19) yang dirawat di RSUP Kariadi Semarang, Jawa Tengah meninggal dunia karena gangguan napas berat.
Ia meninggal hari Minggu (23/2/2020) setelah diisolasi sejak 19 Februari 2020.
Pasien tersebut baru pulang ke Indonesia pada 12 Februari 2020 setelah melakukan perjalanan dari Spanyol dan transit di Dubai.
Saat tiba di Tanah Air, dia menunjukkan gejala demam, batuk, pilek, dan sesak nafas.
Ia pun menjalani perawatan di ruang isolasi iCU RSUP Kariadi hingga meninggal dunia karena gangguan napas berat.
Jenazah dibungkus plastik sebelum dikremasi
Jenazah pasien pria suspect Virus Corona dibungkus plastik sebelum dikremasi.
Menurut Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Kariadi Semarang Agoes Oerip Poerwoko Hal tersebut dilakukan sesuai prosedur.
"Pada saat memandikan jenazah pasien, petugas memakai alat pelindung diri dari baju, masker, kacamata, topi sesuai prosedur. Area jalan ke kamar mayat juga kita bebaskan. Lalu jenazahnya diberi penutup terbungkus plastik untuk memastikan agar tak menular ke keluarganya," kata Agoes saat diwawancarai di rumah sakit, Rabu (26/2/2020).
Sementara itu Ketua Tim Penanggulangan Bencana RSUP Dr. Kariadi, dr. RP Uva Utomo., SpKF mengatakan jenazah dibungkus plastik agar virus pada mayat tidak menular ke petugas medik.
"Jadi, mayat itu dibungkusnya dengan plastik, kalau dengan kain masih ada pori-pori kecil, karena ukuran virus itu sangat kecil, kan kalau dengan pasltik jadi tidak menyebar di udara," ujar Uva saat dihubungi Kompas.com pada Rabu (26/2/2020).
Ia menjelaskan tidak hanya jenazah dengan suspect corona saja yang mendapat perlakuan dikremasi dengan plastik, melainkan jenazah pasien yang terinfeksi virus kategori airbone.
Setelah dibungkus plastik, mayat tersebut dimasukkan ke dalam peti dan dilarang untuk dibuka lagi.
"Dari dia meninggal itu, jika masih ada di rumah sakit itu masih aman, kalau dia sudah keluar dari rumah sakit itu sebetulnya dalam waktu 4 jam segera dimakamkan," ujar Uva.
Untuk petugas yang memasukkan jenazah ke dalam peti juga mengenakan alat pelindung diri seperti pakaian khusus dan masker N95.
Setelah itu baru pembakaran jenazah bisa dilakukan.
Rawat 10 Pasien dengan Pengawasan (PDP) dan Orang dalam Pemantauan (ODP) Suspect virus corona
Sementara dilansir dari TribunJateng.com pihak rumah sakit RSUP dr Kariadi Semarang yang terdiri dari Direktur Medik dan Keperawatan RSUP dr Kariadi Semarang, dr Agoes Oerip Poerwoko.
Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang, dr M Abdul Hakam, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah, dr Yulianto Prabowo.
Serta Tim Medis RSUP dr Kariadi Semarang, dr Fathur Nurcholis dan dr Nurfarchanah.
Menurut dr Agoes Oerip Poerwoko, ada dua istilah yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI terhadap pasien yang diduga terinfeksi suspect virus corona atau Covid-19.
"Yakni Pasien dengan Pengawasan (PDP) dan Orang dalam Pemantauan (ODP)."
"Itu perlu kami sampaikan, terlebih kasus yang merebak dari Desember 2019 hingga Januari 2020 yang sudah banyak dibicarakan di Indonesia."
"Sejak Januari sampai hari ini, kami sudah sempat merawat 10 pasien," kata dr Agus kepada Tribunjateng.com, Rabu (26/2/2020).
Dia memaparkan, PDP itu adalah pasien dengan gejala klinis demam, batuk, dan sesak napas.
Kemudian pernah punya riwayat kunjungan ke beberapa negara yang positif corona oleh World Healht Organization (WHO).
Sementara, ODP adalah orang yang punya riwayat kunjungan ke negara-negara dan dinyatakan positif, tapi tidak menunjukkan gejala klinis.
"Maka, kedua kategori tersebut berbeda perlakuan. Yang kami rawat adalah orang dalam pengawasan, jadi memang ada gejala klinis."
"Pada Minggu (23/2/2020) memang ada pasien dalam pengawasan yang meninggal dunia."
"Jadi memang secara klinis pasien masuk dalam pengawasan, karena memang pasien ada riwayat kunjungan ke luar negeri."
"Pasien itu menunjukkan gejala klinis bisa demam, batuk, sesak napas, dan gangguan napas berat," ungkapnya.
dr Agus menyampaikan, pasien itu diperlakukan sesuai pedoman yang dibuat oleh Kemenkes.
Yaitu, penanganan dan pemeriksaan penunjang yang tujuannya adalah mencari penyebab utama apakah terjadi infeksi virus corona atau tidak.
"Alhamdulillah 10 pasien tersebut, 9 pasien sudah dinyatakan negatif oleh laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) di Jakarta."
"Jadi memang di Indonesia yang melakukan pemeriksaan virus corona dipusatkan di Litbangkes."
"Sedangkan satu pasien masih dirawat. Ini kami masih menunggu hasil pemeriksaan atas pasien tersebut," tambahnya
Pasien Meninggal
Dia menuturkan, untuk pasien yang meninggal, manifestasi infeksi pada seseorang itu banyak.
Pada kasus pasien yang meninggal, dimanifestasi seperti pada kasus-kasus Pneumonia (radang paru-paru) dan gangguan pernapasan berat.
"Walaupun gangguan berat, tapi bukan karena infeksi virus corona, yang lain juga bisa termasuk infeksi bakterial."
"Proses spesifik juga bisa dan proses-proses untuk mendeteksi itu sudah kami lakukan."
"Kebetulan tidak kami temukan adanya penyebab dari virus corona. Namun masih akan kami lakukan untuk menemukan penyebab lain," ujarnya.
Terkait penaganan, dr Agus menyampaikan, kalau pasien belum jelas atau pasien dalam kategori pengawasan, perlakuannya dianggap positif terlebih dahulu.
"Kenapa kami anggap positif? Karena kami melindungi diri dan petugas-petugas kesehatan."
"Katakanlah, seperti teman-teman kami yang dipulangkan dari China itu."
"Walaupun secara fisik mereka sehat, petugas tetap ditangani atau diperlakukan sama."
"Misal di ruang isolasi, petugasnya dengan pakaian khusus. Tujuannya untuk mencegah kalau misalnya itu terbukti infeksi," tuturnya.
Bagi dia, petugas perlu selama 24 jam penuh menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) standar.
"Jadi setiap shif mereka memakai APD. Sampai pasien meninggal pun, prosesnya kami samakan dengan pasien-pasien yang dianggap positif."
"Sampai kemudian sehari setelah meninggal hasilnya keluar dan negatif. Kalau negatif, kami yang melakukan penanganan," tambahnya.
Negatif Corona
Sebelumnya juga telah disampaikan oleh Kabid Pelayanan Medik RSUP dr Kariadi Semarang, dr Nurdopo Baskoro.
"Menurut hasil laboratorium yang kami terima Senin (24/2/2020), pasien tersebut negatif corona (Covid-19)," kata dr Nurdopo kepada Tribunjateng.com, Selasa (25/2/2020) malam.
Saat ini pasien sudah dikembalikan ke keluarga dan keluarga sudah diberi edukasi terkait penanganan pasien yang meninggal tersebut.
"Karena sebelumnya, pasien yang meninggal belum diketahui penyebabnya."
"Maka kami perlakukan pengawasan virus Covid-19."
"Sehingga, perlakuan yang kami lakukan seperti pasien yang terkena virus corona," tambahnya.
Pasien tersebut merupakan WNI dari Jawa Tengah.
Menurutnya, setiap pasien yang diduga terjangkit virus corona, yang sudah keluar, mendapatkan resume ringkasan perawatan.
Termasuk juga catatan apabila yang bersangkutan mendapatkan gejala klinis seperti sebelumnya harus kembali atau segera ke klinik.
"Alhamdulillah yang sudah kami pulangkan tidak ada masalah," ujarnya.
Sementara masih dalam paparannya menyampaikan, tiga pasien berstatus pengawasan sebelumnya, dipastikan negatif corona (Covid-19).
"Pada pekan lalu, kami masih menunggu hasil dari Litbangkes Jakarta."
"Hasilnya sudah keluar kemarin, Senin (24/2/2020). Hasilnya Alhamdulillah negatif corona."
"Jadi tidak terbukti pasien yang kami rawat pada pekan lalu itu terinfeksi virus Novelcorona."
"Nama virus itu novelcorona, nama penyakitnya Covid-19," tutur dr Agoes Poerwoko.
Dia menuturkan, kedua WNI itu punya riwayat kunjungan ke luar negeri.
Kembali ke Indonesia ada gejala klinis demam, batuk, dan pilek.
Kunjungan ke luar negeri yang dimaksud adalah negara-negara yang sudah dinyatakan positif virus corona.
"Jadi untuk dua hal itu, kunjungan ke luar negeri dan gejala klinis pasien yang masuk, kami masukkan ke dalam pengawasan."
"Jadi ketiga pasien itu awalnya memang kami masukkan ke dalam pasien pengawasan," ujarnya.
dr Agoes Poerwoko menuturkan, secara klinis dari hasil lab yang keluar, mereka dinyatakan negatif corona.
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Soal Meninggalnya Pasien dalam Pengawasan Corona, Ini Penjelasan Lengkap RSUP Kariadi Semarang dan di Kompas.com dengan judul "Fakta Meninggalnya Pasien Suspect Virus Corona di Semarang, Gangguan Napas Berat dan Pulang dari Spanyol", https://regional.kompas.com/read/2020/02/27/05450041/fakta-meninggalnya-pasien-suspect-virus-corona-di-semarang-gangguan-napas?page=all#page2.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Riska Farasonalia, Retia Kartika Dewi | Editor: David Oliver Purba, Virdita Rizki Ratriani)