Hemat Biaya hingga 50%, Petani Bersemangat Tanam Beras Organik

Hematnya bisa sampai 50 persen.Dari pupuk hingga pembasmi hama dibuat alami, bahan tersedia di alam. Misal pembasmi hama, kita pakai bacillus

Penulis: Nina Soraya | Editor: Nina Soraya
TRIBUN FILE
Bupati Sanggau Paolus Hadi bersama Perwakilan FAO menunjukkan beras organik yang dihasikan petani Sanggau, Kalbar. 

Karena ini organik, harga jualnya diharapkan berkisar Rp 18.000-20.000 per Kg.

Kendala lain, beber Teger adalah masalah air. “Kami hanya mengandalkan air hujan,” ujarnya.

Menaggapi keluhan petani, Bupati Sanggau Paolus tak tinggal diam. Bupati dua periode tersebut berharap sinergi semua pihak.

“Di daerah kita ini selalu dengan permasalahan yang sama yaitu soal irigasi dan air. Ketika musim kemarau pasti ada jeda produksi beras ditempat ini," katanya.

Nah, lanjutnya, ini masih tantangan dan ia sudah sampaikan dengan Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikuktura Provinsi Kalbar.

Karena Gubernur Kalbar sudah menyatakan atensinya untuk bagaimana bendungan Merowi ini harus tuntas. 

Program beras organik di Kabupaten Sanggau ini mencakup 77 ha lahan di kecamatan Entikong, Sekayam, dan Kembayan.

Dengan total estimasi produksi beras sekitar 255 ton. Panen raya ini adalah produksi beras sehat pertama dengan tidak menggunakan input bahan kimia.

“Panen pertama ini juga diharapkan menjadi pemicu awal penyebaran informasi beras organik kepada kelompok petani lain untuk menerapkan praktik pertanian organik di wilayah Kalimantan Barat, khususnya dan juga di wilayah lain di Indonesia , “ ungkap Ageng Herianto, Wakil Kepala Perwakilan FAO Indonesia.

Bersama Kementrian Pertanian, FAO meningkatkan kapasitas petani dan penyuluh di Kabupaten Sanggau tentang prinsip dan praktek pertanian organik melalui pelatihan dengan Sekolah Lapang.

Termasuk proses persiapan untuk memperoleh sertifikasi organik di musim mendatang.

Disamping itu, juga menyiapkan fasilitas penggilingan padi yang memenuhi standar pengolahan beras organik termasuk pengemasan dan pelabelan produk untuk menjangkau pasar yang lebih luas.

Sebelum program dilaksanakan, sebagian besar petani dan kelompok mereka serta agen penyuluh belum  memiliki kapasitas teknis yang memadai untuk menghasilkan produk pertanian organik, dan hanya terdapat satu lembaga sertifikasi organik di Kalimantan Barat.

“Program padi atau beras organik ini sejalan dengan program pemerintah menuju peningkatan ekspor beras khusus yang menjadi salah satu program strategis Kementan saat ini. tambah Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian - Gatut Sumbogodjati

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved