Human Interest Story
Merawat Panggilan Hidup Menjadi Tatung Dewi Kwan Im, Sembuhkan Kanker Hingga Dikirim Ilmu Gaib
Agar berhasil ia sampai harus berpuasa dengan mengonsumsi nasi putih dan air putih saja.
Penulis: Ridhoino Kristo Sebastianus Melano | Editor: Maudy Asri Gita Utami
SINGKAWANG - Menjadi seorang Tatung tak bisa dilakukan semua orang.
Bahkan mereka yang secara garis keturunan memiliki keluarga Tatung, belum tentu pula bisa meneruskan tradisi keluarga.
Hanya mereka yang terpilih saja mampu mengemban panggilan sebagai tatung hingga akhir hayat.
Tak mudah menjadi seorang Tatung.
• [LENGKAP] Jadwal Cap Go Meh 2020 Pontianak dan Jadwal Cap Go Meh 2020 Singkawang, Eksotisme Tatung
Selain harus ikhlas menjalani dan berpantang berpuasa, seorang Tatung dituntut menjadi teladan dengan menyebarkan kebaikan dari sikap dan tutur kata.
Menolong sesama pun harus dilakukan dengan menyembuhkan sakit maupun permasalahan yang dialami orang tanpa memandang suku atau agama.
"Semua harus dilayani tanpa meminta bayaran," kata satu di antara Tatung, Ng Jam Ngim (55), Kamis (6/2/2020).
Tatung asal Depok Provinsi Jawa Barat ini hadir di Kota Singkawang untuk memeriahkan pawai Tatung pada Cap Go Meh, Sabtu 8 Februari 2020 mendatang bersama empat keponakannya.

Segala alat seperti golok, tandu, pedang, hingga jarum telah mereka siapkan.
Puasa pun dijalani Lina untuk memantaskan diri beraksi pada Cap Go Meh nanti.
Telah 15 tahun Jam Ngim yang disapa Lina merawat panggilan hidup menjadi seorang Tatung.
Ia tak percaya dirinya menjadi tatung, padahal tak ada keturunan keluarganya yang menjadi tatung.
Saat itu usianya 40 tahun dan sering sakit seperti orang stres dan kerap tak sadar.
Lina lantas berobat ke sana kemari agar bisa menjalani kehidupannya dengan baik.
Dari usahanya itu, dikatakan bahwa ada sosok gaib yang mengikuti Lina.