Bupati Jarot Soroti Formasi CPNS Sintang Minim, Tak Sebanding dengan Banyaknya Pelamar
Jarot melihat, masalah di Sintang sama dengan masalah di kabupaten lain, yaitu persoalan lapangan pekerjaan.
Penulis: Agus Pujianto | Editor: Maudy Asri Gita Utami
SINTANG - Bupati Sintang, Jarot Winarno meninjau tes seleksi CPNS hari pertama yang diselenggarakan di SMKN 1 Sintang, Senin (3/2/2020).
Menurut Jarot, rasio formasi yang dibuka tidak sebanding dengan jumlah pelamar.
Akibatnya, satu orang kemungkinan lulus CPNS hanya 9 persen.
Jarot melihat, masalah di Sintang sama dengan masalah di kabupaten lain, yaitu persoalan lapangan pekerjaan.
• Hari Pertama Ujian SKD di Ketapang, 200 Peserta Lolos Passing Grade
Sehingga, ketika ada formasi CPNS dibuka, animo yang mendaftar membludak. Keinginan untuk menjadi abdi negara masih tinggi.
“Keinginan generasi muda untuk bekerja tinggi. Sementara, kesempatan yang ada sangat terbatas."
"Formasi yang dibuka hanya 249, sementara pelamarnya mencapai 2940 yang lolos administrasi. Ini luar biasa, sehingga probabilitasnya, satu orang kemungkinan terpilih hanya 9 persen sekian,” ungkap Jarot.
Menurut Jarot, formasi guru yang paling banyak didominasi peserta.
Sementara kuotanya hanya 81 orang, 60 kesehatan dan 108 sisanya formasi teknis.
“Ini diperebutkan 2.940 pelamar yang tes CPNS,” jelasnya.
Hal ini kata Jarot, harus disoroti oleh pemerintah.
Apalagi, saat ini Menpan-RB sudah melarang pemerintah daerah mengangkat tenaga kontrak dan honorer.
Sementara, yang mengikuti tes CPNS kebanyakan dari guru honorer, guru kontrak daerah yang ingin meningkatkan statusnya menjadi PNS.
“Ini harus kita kasih Highlight. Kalau Sintang mau ada investasi, musti orientasi ekspor kemudian vokasi."
"Jadi memang anak anak tampil disiapkan untuk masuk lapangan kerja dan peluang kerjanya harus banyak, itu poinnya,” beber Jarot.
Seleksi CPNS tahun ini kata Jarot, merupakan hanya salah satu solusi dari pemerintah, disaat Menpan RB melarang mengangkat tenaga kontrak baru.
“Kita tidak boleh mengangkat tenaga kontrak daerah baru, sampai honor kontrak daerah ada solusi, melalui CPNS dan P3K."
"Baru nanti daerah bisa evaluasi, sehingga untuk sementara tidak boleh angkat honorer,” ungkapnya.
Jarot melihat, tes SKD tahun ini jauh lebih mudah dibanding tahun sebelumnya, apalagi passing gradenya sudah turun.
“Untungnya tahun ini tingkat kesulitan dari materi tesnya itu lebih mudah dibanding tahun lalu. Yang paling gmencolok TKP."
"Tahun lalu jumlah soal banyak, batas lulusnya 140 yang lulus sedikit, banyak anak kita gagal. Saya lihat sekarang sesi pertama batas lulus TKP banyak betul,” kata Jarot. (*)
Update Informasi Kamu Via Launcher Tribun Pontianak Berikut:
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.wTribunPontianak_10091838
Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak