Traveler Indonesia Sarankan Pasang Plang Informasi di Jalur Pendakian Kelam

Pemasangan papan informasi dalam titik tertentu yang memberi informasi berapa jarak dari ke puncak dan turun ke bawah disarankan oleh Cedi.

Penulis: Agus Pujianto | Editor: Nina Soraya
TRIBUN PONTIANAK/AGUS PUJIANTO
Tim pendakian perdana Via Ferrata melakukan breafing sebelum melakukan pendakian ke puncak gunung kelam, belum lama ini. 

SINTANG - Cheddy Dahlan, traveler Indonesia yang telah menapakan kakinya di atas batu monolith terbesar di dunia yang ada di Sintang, Kalbar.

Secara khusus dan mewakili pendaki, Cheddy memberikan saran dan masukan kepada pengelola Taman Wisata Alam Gunung Kelam.

Program One Man One Hope PLN Bantu Pasang Listrik Gratis untuk Warga Miskin

Enam Desa di Kalbar Segera Nikmati Listrik PLN 24 Jam Nonstop

Akan Bikin Ekowisata Hutan Adat Rimba, Kades Harapkan Dukungan Semua Pihak

“Khususnya dari saya mungkin mewakili pendaki pada umumnya, yang utama adalah peningkatan keselamatan dan kenyaman pendaki,” saran Cedi yang baru saja menjajal Via Ferrata Gunung Kelam.

Pemasangan papan informasi dalam titik tertentu yang memberi informasi berapa jarak dari ke puncak dan turun ke bawah disarankan oleh Cedi.

Menurutnya, ada beberapa jalur bercabang yang harus dipasang papan arah yang memandu pendaki ke jalur yang benar.

“Pemasangan papan tanda hati-hati untuk medan yang bahaya seperti jalur yang licin atau mendekati jurang dan lainnya. Penambahan pegangan untuk titik jalur medan yang curam. Beberapa pohon yang menghalangi jalur harus ditebang,” jelas Cedi.

Mengenai pemandu, warga yang tinggal di Jakarta dan pernah berkunjung ke Ayer Rock di Australia ini menilai sudah cukup profesional.

Hanya saja, saat pendakian bisa ditingkatkan lagi, seperti keterampilan dalam berkomunikasi, sikap, wawasan fauna, flora sekitarnya, cuaca dan lain sebagainya.

“Juga yang tidak kalah penting adalah kesejahteraannya mereka,” sarannya.

Sisi lain, Kesediaan menu makanan yang memadai bagi para pendaki juga harus dipikirkan, karena pendaki butuh gizi untuk pendakian yang menyita tenaga. Kesediaan air minum dalam jalur pendakian, apalagi saat cuaca terik panas.

“Penerapan peraturan yang ketat (sanksi) bagi pendaki untuk tetap menjaga kelestarian alam, seperti hal sampah, larangan merokok, perlakuan terhadap fauna juga harus diatur,” jelasnya.

Pemeriksaan peralatan ferrata secara rutin juga disarankan Cedi, supaya keutuhannya tetap terjaga, juga kebersihannya, karena peralatanya dipakai berulang-ulang kepada para pendaki yang berbeda.

Menurut Cedi, lokasi pendakian Gunung Kelam, tidak kalah menarik seperti di Uluru di Australia.

Ada beberapa spot khusus panorama dengan segala fasilitasnya untuk para wisatawan dapat melihat gunungnya secara utuh dan pada saat momen matahari terbit dan terbenam. Biasanya kata Cedi, kunjungan ke spot ini menjadi satuan paket dengan kunjungan ke gunung bersangkutan.

“Keterbatasan tempat camping di mana jumlah pendaki harus dibatasi. Sistem rute keselamatan yang jelas dan menunjang dari atas gunung sampai ke rumah sakit juga harus diatur,” sarannya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved