Sejak Dihantam Longsor Mei Lalu, Gedung SMPN 4 Karimata Belum Juga Diperbaiki

Bustami berharap Dinas Pendidikan Kayong Utara segera memperbaiki gedung tersebut pada 2020.

TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA/BPBD Kayong Utara
Longsor menghantam ruangan guru SMP Negeri 4 di Desa Betok Jaya, Kepulauan Karimata, Kamis (30/5/2019). 

KAYONG UTARA - Salah satu ruangan di gedung SMP Negeri 4 di Desa Betok Jaya, Kepulauan Karimata belum juga diperbaiki pasca dihantam longsor pada Kamis (30/5/2019) lalu.

Penjabat Kepala Desa Betok Jaya, Bustami mengungkapkan, dinding gedung sekolah tersebut masih jebol dihantam tanah.

Akibatnya, ruang guru tersebut tidak dapat digunakan lagi. Seluruh ruangan dipenuhi tanah.

Pihak sekolah pun terpaksa memindahkan aktivitas di ruangan itu ke ruangan lain.

Jalan di Melawi Amblas Kurang Lebih 50 Meter Akibat Longsor

"Kalau hujan lumpur, air bercampur tanah itu masuk ke dalam ruangan, karena dindingnya kata orang sini itu tebengkas," kata Bustami kepada Tribun, Senin (9/12/2019).

Bustami menilai posisi gedung sekolah tersebut memang rawan dihantam longsor.

Pasalnya, gedung dibangun persis di dekat tebing.

Selain itu, kata Bustami, tanah di sekitar sekolah itu pun labil.

"Jadi disamping dinding, disamping tembok itu tebing itu sama dengan tembok tingginya," ujar Bustami.

Bustami berharap Dinas Pendidikan Kayong Utara segera memperbaiki gedung tersebut pada 2020.

Sehingga, aktivitas di sekolah dapat berjalan seperti semula.

Jalan di Melawi Amblas

Satu di antara warga Desa Ella Hilir, Kecamatan Ella Hilir, Kabupaten Melawi, M Zulkifli mengatakan jika pada hari Sabtu (7/12) kemarin, telah terjadi tanah longsor, yang mengakibatkan jalan amblas sepanjang kurang lebih 50 Meter.

Ia katakan, kejadian itu terjadi di Dusun Sandung Permai, Desa Ella Hilir dan Desa Pelempai Jaya. Atau tepatnya di sepanjang Pesisir pantai sungai Ella dan sungai Melawi.

"Jalan yang retak kurang lebih 50 meter, Kejadiannya pada malam kemarin," ujarnya, Minggu (8/12/2019).

Zul mengatakan, kejadian diperkirakan karena Hujan yang terjadi di wilayah itu dengan intensitas sedang.

Namun karena tidak adanya serapan air, sehingga mengakibatkan longsor.

"Hutan seharusnya menjadi penyaring dan penyanggah kehidupan. Hutan yang rusak mengakibatkan kerusakan struktur dan ekosistem," katanya.

Sebelumnya biaya Zul, juga sudah pernah terjadi puting beliung di wilayah itu.

"Contoh kecil ialah beberapa bulan lalu ada yang namanya angin puting beliung di Desa Ella dan Pelempai dan itu pertama kali terjadi," katanya.

"Dan sekarang ada tanah longsor lagi. Sebagaimana kita tau, longsor dan banjir terjadi karena tidak ada lagi daerah resapan yaitu hutan dataran tinggi dan hutan rawa," ungkapnya.

Karena tidak ada lagi penyanggah, maka air hujan turun akan langsung ketanah dan diserap lansung oleh tanah dan ketika tanah telah jenuh maka timbullah kelembaban yang tinggi mengakibatkan tanah menjadi lunak.

Hal ini tidak terjadi atau bisa diminimalisir jika ada pepohan maka akar dari pepohonan akan menjadi penyanggah tanah," tutur alumni Fakultas Kehutanan, Universitas Tanjungpura (Untan) ini.

Karena, ia berharap dan mengajak semua pihak untuk bisa sama-sama menjaga lingkungan.

Agar hal-hal serupa tidak lagi terjadi di Desa Ella Hilir dan Pelempai Jaya.

"Dalam kontek ini saya menghimbau mari menjaga lingkungan. Tidak hanya masyarakat perusahaan yang terkait dengan lingkungan juga harus berperan aktif dalam penyelamatan hutan dan satwa," tutupnya. (*)

Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved