Citizen Reporter
Penerapan Teknologi Pembuatan Pakan Ikan Apung di Mempawah Hilir dan Timur
Solusi yang ditawarkan dalam hal ini adalah penerapan inovasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dalam pembuatan pakan ikan apung.
Citizen Reporter
Winarti, Ph.D, Dosen Politeknik Negeri Pontianak
PONTIANAK - Kebutuhan masyarakat akan protein hewani yang bersumber dari ikan semakin tinggi.
Ikan air tawar menjadi salah satu pilihan yang terbaik untuk memenuhi asupan nutrisi masyarakat.
Kegiatan usaha budidaya ikan sekarang ini semakin berkembang di wilayah di Provinsi Kalimantan Barat.
Kegiatan usaha banyak memanfaatkan kolam di pekarangan, kolam air deras, kolam air payau (tambak) dan badan air (sungai-danau) dengan membuat Karamba Jaring Apung (KJA) untuk pembudidayaan ikan.
Kecamatan Mempawah Hilir dan Timur merupakan kecamatan dengan aktivitas perekonomian cukup tinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya karena kecamatan ini memiliki potensi sumberdaya alam berupa perairan Sungai Mempawah yang dapat dikembangkan untuk budidaya perikanan air tawar.
Sungai Mempawah memiliki panjang mencapai 93,38 Km, lebar 50 meter dengan kedalaman tepi surut terendah 1,5 meter dan kedalaman pasang tertinggi rata-rata 3 meter (Data wawancara Kantor Camat Mempawah Timur 2019).
Sungai Mempawah memiliki potensi yang sangat baik untuk kegiatan budidaya perikanan khususnya pembesaran karena sungai ini tidak digunakan sebagai jalur transportasi air masyarakat sehingga bisa fokus untuk melakukan kegiatan pembesaran ikan di KJA.
Perkembangan usaha budidaya ikan di KJA di Sungai Mempawah saat ini semakin pesat, sampai dengan Juli 2012 jumlah KJA mencapai 950 unit (Kabupaten Mempawah Dalam Angka, 2018).
Usaha karamba ini umumnya digunakan untuk pembesaran berbagi jenis ikan air tawar diantaranya ikan lele, ikan mas, ikan nila, ikan patin, ikan jelawat, ikan gurami dan ikan bawal.
Semakin berkembangnnya usaha pembesaran ikan juga mendorong peningkatan kebutuhan penyediaan pakan untuk memacu pertumbuhan ikan.
Sejauh ini kebutuhan pakan bagi pembudidaya ikan adalah menggunakan pakan komersial yang seluruhnya didatangkan dari luar Kalimantan Barat.
Kecenderungan harga pakan ikan yang terus meningkat serta pasokan yang sering kali terganngu, menjadi keluhan yang sering ditemui dimasyarakat pembudidaya ikan.
Politeknik Negeri Pontianak (Polnep) melalui Unit Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (UPPM) membentuk tim untuk melaksanakan kegiatan Pengabdian Pada Masayarakat (PPM) di Kecamatan Mempawah Hilir dan Mempawah Timur, khususnya untuk membantu para pembudidaya ikan di KJA di Sungai Mempawah dalam menemukan solusi mengatasi permasalahan pakan ikan.
Solusi yang ditawarkan dalam hal ini adalah penerapan inovasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dalam pembuatan pakan ikan apung.

Tim PPM ini beranggotakan 9 orang staf pengajar yaitu Ketua Pelaksana Ibu Winarti dan 8 orang anggota (Budiman, Slamet Tarno, Bapak Agus Setiawan, M. Idham Shilman, Susilawati, Farid Mudlofar, Romi Susanti dan Suparmin), 8 orang teknisi dan 4 orang mahasiswa yang berasal dari Program Studi Budidaya Perikanan Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan Polnep.
Ketua Tim pelaksana PPM Polnep, Winarti, menyatakan bahwa kegiatan PPM bagi pembudidaya ikan di KJA Sungai Mempawah ini terdiri dari 3 tahapan yaitu penyuluhan terkait budidaya ikan air tawar di dalam KJA, pelatihan pembuatan pakan ikan apung dan aplikasi pemberian pakan ikan apung pada budidaya ikan nila di KJA di Sungai Mempawah.
Kegiatan penyuluhan dan pelatihan ini dilaksanakan pada Kamis tanggal 12 September 2019 di Pusat Unggulan Teknologi (PUT) Politeknik Negeri Pontianak di Jalan M. Thaha, RT/RW 029/002 Desa Terusan Kecamatan Mempawah Hilir, Kabupaten Mempawah.
Peserta utama dari kedua kegiatan ini adalah para pembudidaya ikan di KJA di Sungai Mempawah di Kecamatan Mempawah Hilir dan Mempawah Timur yang berjumlah 22 orang.

Selain itu, di acara pembukan kegiatan penyuluhan dan pelatihan juga dihadiri beberapa tamu undangan yang berasal dari instansi terkait yang ada di Kabupaten Mempawah, antara lain dari Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) yang dihadiri oleh Kepala Bidang Aset Bapak Sabirin, dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Tenaga Kerja (Disperindagker) yang dihadiri oleh Sekretaris, Kurdiah serta dari Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan yang dihadiri oleh Plt. Kepala Seksi Budidaya Perikanan Ahmad Kanjawi.
Selain itu acara pembukaan ini juga dihadiri oleh beberapa kepala desa dan lurah yang menjadi fokus lokasi PPM, di antaranya Kepala Desa Antibar Julkarnaidi Lurah Terusan Riduan dan Lurah Pulau Pedalaman Junaidi.
Lebih jauh Winarti menjelaskan materi penyuluhan yang disampaikan oleh Tim PPM Polnep merupakan materi yang aplikatif yang merupakan rutinitas yang dilaksanakan dan dihadapi oleh para pembudidaya ikan, meliput budidaya ikan air tawar dalam KJA yang disampaikan oleh Farid Mudlofar dan Suparmin; manajemen pemberian pakan pada budidaya ikan di KJA oleh Agus Setiawan dan Susilawati; pengendalian hama dan penyakit ikan di KJA oleh Winarti dan Romi Susanti; dan manajemen usaha budidaya ikan dan pemasaran oleh M. Idham Shilman dan Slamet Tarno.
Sementara kegiatan pelatihan, dilakukan melalui pemaparan materi terlebih dahulu yang disampaikan oleh Budiman tentang pengenalan bahan (kandungan nutrisi dan sifat bahan) serta peralatan pembuat pakan ikan apung (extruder dan paketannya).
Kemudian dilanjutkan dengan praktek pembuatan pakan ikan apung menggunakan mesin extruder yang ada di PUT Polnep di Mempawah.
Selanjutnya aplikasi pemberian pakan dimulai dengan penebaran benih ikan nila dilakukan pada tanggal yang sama namun di sore menjelang malam hari.
Benih nila yang ditebar adalah ikan nila merah berukuran 5 -8 cm berjumlah 1500 ekor.
Benih ini kemudian dipelihara selama 81 hari sampai dengan tanggal 2 Desember 2019 (± 2 bulan) dan diberi pakan ikan apung yang dibuat saat pelatihan.
Kepala Seksi Bidang Perikanan Ahmad Kanjawi mengatakan usaha budidaya ikan memerlukan biaya operasional untuk penyediaan pakan sangat tinggi.
Kebutuhan pakan bisa mencapai 70-80 persen dari total biaya produksi yang dikeluarkan dalam setiap siklus kegiatan budidaya ikan.
Untuk menghasilkan 1 ton berat ikan konsumsi hasil budidaya dibutuhkan sedikitnya 1-1,5 ton pakan.
Dengan kondisi tersebut menujukkan bahwa kebutuhan penyediaan pakan ikan sangat besar.
Persoalan lain yang dihadapi oleh para pembudidaya ikan adalah harga pakan yang tinggi yakni mencapai Rp. 11.000,- per kilogram, dikarenakan pakan ikan tersebut umumnya didatangkan dari Pulau Jawa.
Ditambahkannya dengan adanya kegiatan PPM dari Polnep dapat memberi edukasi dan pemahaman kepada para pembudidaya ikan tentang cara membuat ransum pakan ikan berupa pellet dan dapat mengaplikasikan pakan tersebut langsung dalam usaha budidaya ikan.
Hasil aplikasi pakan ini, tentunya sangat diharapkan oleh pembudidaya ikan, untuk bisa menekan nilai konversi pakan atau Feed Convertion Ratio (FCR), sehingga akan meningkatkan keuntungan para pembudidaya ikan.
Dalam hal ini Politeknik Negeri Pontianak merupakan lembaga pendidikan yang berperan sebagai inspirator, creator, motivator dan activator terhadap permasalahan mahalnya pakan ikan yang dihadapi para pembudidaya saat ini khususnya maupun masalah perikanan lainnya.
Menurut Kepala Desa Antibar Julkarnaidi, kondisi strategis Kecamatan Mempawah Hilir dan Mempawah Timur yang dibatasi oleh Sungai Mempawah yang membentang dijalan protokol, membuat usaha budidaya ikan air tawar yang berbentuk karamba jaring apung merupakan solusi bagi masyarakat di kedua kecamatan ini di dalam memilih usaha strategis untuk meningkatkan pendapatan per kapita yang sekaligus berdampak pada peningkatan kesejahteraan.
Kurang lebih 3000 karamba menbentang di pesisir sungai kiri kanan sehingga sangatlah tepat andai sektor perikanan menjadi sektor andalan disamping sektor-sektor lainnya.
Namun kendala utama yang dialami pelaku usaha keramba adalah tingginya harga pakan ikan sehingga terjadi menipisnya input output masyarakat pembudidaya ikan.
Dengan adanya program pembuatan pakan ikan apung yang dilaksanakan oleh Politeknik Negeri Pontianak, diharapkan mampu menjawab permasalahan pakan yang dihadapi para pembudidaya dan diharapkan kegiatan ini berkesinambungan, mengingat wacana sekarang dan ke depan Kecamatan Mempawah Hilir dan Mempawah Timur merupakan simpul ekonomi Kabupaten Mempawah untuk mendukung Pelabuhan Internasional Kijing.
“Dengan penerapan aplikasi dan inovasi teknologi pembuatan pakan ikan apung yang dilaksanakan oleh tim PPM Program Studi Budidaya Perikanan Polnep, kami selaku petani dan pelaku usaha sangat merasakan dampak yg begitu besar dengan inovasi pakan buatan ini, ujar
satu diantara pembudidaya ikan di KJA di Sungai Mempawah Mulyadi.
Kabupaten Mempawah memiliki potensi bahan baku pembuatan pakan ikan yang begitu besar dan mudah didapat, baik untuk sumber protein hewani maupun nabati.
Sehinga dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperoleh dari kegiatan yang diadakan tim PPM Polnep, hal ini memacu semangat bagi petani ikan untuk mengolah pakan buatan ini dengan biaya operasional yang diharapkan lebih murah.
Mengingat kondisi sekarang pakan komersil yg beredar dipasaran sangatlah tinggi harganya maka untuk mengimbangi harga pakan tersebut diperlukan pakan alternatif seperti pakan buatan sendiri.
Besar harapan kami bahwa pihak Polnep khususnya di Pusat Unggulan Teknologi Polnep yang berada di Kabupaten Mempawah bisa mengembangkan pakan alternatif ini untuk didistribusikan kepada para petani ikan yang berada di wilayah Kabupaten Mempawah khususnya, dengan harga yang terjangkau dan pakan berkualitas sehingga bisa menunjang untuk usaha budidaya ikan secara intensif di KJA yang banyak dilakukan saat ini.
Hal senada juga disampaikan oleh anggota kelompok pembudidaya ikan di KJA Sungai Mempawah “Kawan Sejati” Munziri Syarkawi.
Menurutnya pakan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan mempengaruhi keberhasilan dari usaha budidaya ikan.
Oleh karena itu, pakan yang digunakan dalam pembesaran ikan selain dari kualitas nya terjamin juga harga yang tidak terlalu mahal agar dapat menekan biaya produksi yang dikeluarkan, meningkatkan hasil produksi dan keuntungan yang didapat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan para pembudidaya ikan.
Terkait dengan teknologi pembuatan pakan ikan, Kepala Pusat Unggulan Teknologi Polnep yang juga merupakan Tim PPM, Budiman menyampaikan bahwa teknologi pembuatan pakan ikan yang berkembang di Indonesia ataupun di dunia saat ini adalah untuk memproduksi pakan ikan yang bersifat tenggelam dan / atau terapung beberapa saat, ketika diberikan ke ikan budidaya.
Pakan yang bersifat tenggelam lebih diperuntukan bagi ikan atau udang yang hampir seluruh hidupnya beraktifitas di kolom atau di dasar perairan.
Sementara pakan apung diperuntukan bagi ikan yang beraktifitas lebih banyak di permukaan perairan, contohnya ikan nila, ikan mas dan lain-lain.
Teknologi pakan ikan apung, sampai saat ini masih sulit dilakukan, hal ini karena memerlukan komponen peralatan mesin (dalam hal ini berfokus pada mesin extruder) yang harganya sangat mahal.

Namun beberapa tahun terakhir ini Unit Produksi Perikanan PUT Polnep telah memiliki mesin extruder tersebut dan dalam upaya mengembangkan pakan ikan apung yang harapannya dapat mensuplai kebutuhan pakan lokal khususnya di Kabupaten Mempawah ataupun umumnya di Provinsi Kalimantan Barat.
Harapan kedepannya, upaya pengembangan perikanan yang dilakukan Polnep dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat dan Polnep akan selalu dapat menjadi partner kolaborasi bagi masyarakat maupun pemerintah daerah.
Pola kerjasama instansi dan pemerintah daerah ini disambut baik oleh Sabirin dan Kurdiah.
Keduanya mengatakan hal yang senada bahwa pakan ikan sangatlah dibutuhkan bagi pembudidaya khususnya di Kabupaten Mempawah karena selama ini pakan ikan selalu diimport dari luar Kalimantan Barat.
Dengan adanya pengembangan pakan ikan apung oleh Unit Produksi Perikanan PUT Polnep di Mempawah, memberikan harapan besar bagi pengembangan industrinya di Kabupaten Mempawah, dalam hal ini BPKAD dan Disperindagker akan siap memfasilitasi pengembangan industri tersebut, khususnya bagi Disperindagker dalam rangka tertib administrasi terkait izin usaha dan lain-lainnya.
Usaha budidaya ikan karamba jaring apung di Sungai Mempawah ini sangat membantu perekonomian masyarakat setempat, karena dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat pinggiran sungai di 6 desa yaitu Desa Pasir Wan Salim, Kuala Secapah, Antibar, Kelurahan Tengah, Kelurahan Terusan dan Desa Pulau Pedalaman dan sangat bermanfaat dalam peningkatan pendapatan masyarakat (Data dari Kantor Camat Mempawah Timur, 2011).
Potensi pendirian unit produksi pakan ikan mandiri di wilayah Kalimantan Barat cukup tinggi, karena didukung oleh ketersedian bahan baku pakan yang mudah didapat terutama bahan baku tepung ikan yang berlimpah di kawasan pesisir sentra produksi penangkapan ikan.
Hal ini sejalan dengan kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan yakni untuk menciptakan unit-unit produksi pakan ikan mandiri disetiap daerah. (*)