Cerita Ciputra Lebih Pilih Bulu Tangkis Dibanding Sepakbola

Namun di balik itu semua, Ciputra juga punya peran penting dalam kemajuan olahraga Indonesia, khususnya bulu tangkis.

Editor: Nasaruddin
KONTAN/CHEPPY A MUCHLIS
Chairman dan Founder Ciputra Group, Ciputra 

Ciputra, Chairman dan Founder Ciputra Group, tutup usia, Rabu (27/11/2019) sekitar pukul 01.05 di Singapura.

Kabar meninggalnya Ciputra disampaikan Rina Ciputra Sastrawinata, anak pertama Ciputra melalui pesan singkat.

Sosok Ciputra selama ini memang dikenal sebagai pengusaha sukses di Indonesia.

Namun di balik itu semua, Ciputra juga punya peran penting dalam kemajuan olahraga Indonesia, khususnya bulu tangkis.

Ketika Gubernur DKI Djakarta, Ali Sadikin pada awal 1970-an memintanya mengembangkan olah raga ibu kota, Ir Ciputra menyebut satu cabang yaitu bulu tangkis.

Sebenarnya Bang Ali saat itu memintanya mengembangkan dua cabang yaitu bulu tangkis dan sepakbola.

Ciputra Meninggal Dunia, Ini Profil Singkat Founder Ciputra Group Alumnus ITB

Namun pengusaha properti dari PT Pembangunan Jaya ini berdasar kemampuan imaijinasinya memilih bulu tangkis yang dianggapnya lebih menjanjikan.

"Alasan utama tentunya saya lebih mengenal bulu tangkis. Saat muda saya pernah jadi pemain," kata Ciputra dalam peresmian Gedung Olahraga PB Jaya Raya di Bintaro Jaya Tangerang Selatan, Kamis (15/9) pagi seperti dilansir Kompas.com.

"Kedua, saya mengenal tokoh-tokoh bulu tangkis saat itu seperti Rudy Hartono atau pun Ferry Sonneville. Yang ketiga, tentunya berdasar perhitungan bahwa dengan struktur tubuh manusia Indonesia, olah raga ini lah yang paling berpeluang membawa nama daerah dan negara," kata Ciputra.

GOR yang dibangun PB Jaya Raya di atas lahan 1.3 ha di wilayah Kelurahan sawah Baru, Ciputat ini terbilang luar biasa.

Terdapat 16 lapangan bulu tangkis dalam kompleks ini. Tak hanya itu, disediakan pula tribun penonton yang mampu menampung 500 penonton.

Tak hanya berisi lapangan bulu tangkis serta perlengkapan penunjang olahraga lainnya, GOR ini juga memiliki asrama dengan 50 ruangan yang mampu menampung 132 atlet dari usia 12 sampai 18 tahun.

Menurut Ciputra, ketika ia membentuk PB Jaya Raya 40 tahun lalu, visinya tidak sekadar kebutuhan lokal atau regional.

Ia ingin melahirkan pemain-pemain berprestasi dunia dari klubnya. Dan nyatanya bukan mengada-ada.

Dari klubnya ini lahir nama-nama besar seperti Susy Susanti, Candra Wijaya, Tonny Gunawan serta Hendra Setiawan dna Markis Kido.

Sejak berdiri pada tanggal 17 Juli 1976, PB Jaya Raya menyumbangkan pemain ke tingkat nasional dan internasional melalui 3 emas Olimpiade, 8 emas kejuaraan dunia, 12 kali juara All England, 8 kali juara Piala Thomas, 3 kali juara Piala Uber, 1 kali juara Piala Sudirman, 13 medali emas kejuaraan Asia, 7 medali emas Asian Games dan 59 medali emas SEA Games.

Ciputra mengaku ia menggantungkan target yang paling tinggi yaitu medali emas Olimpiade bagi para pembina PB jaya Raya.

"Saya tidak ingin sekadar punya klub yang pemainnya tak dikenal. Saya ingin pengurus klub ini punya visi jauh dan imajinasi tinggi untuk mewujudkannya, yaitu juara Olimpiade."

Untuk mencapainya, Ciputra mensyaratkan perlunya sports science dengan target-target terukur.

"Kerjasama institusi olah raga dengan istitusi pendidikan sudah menjadi hal yang biasa. Sprinter Jamaica, Usain Bolt saja sduah sejak awal karirnya mempercayakan pengembangan teknik dan arah kariernya kepada institusi pendidikan.

"Karena dengan kerjasama inilah, para pembina dapat mengetahaui perkembangan anak didiknya. Baik secara fisik mau pun teknik. Seperti perlunya penjelasan tentang pertumbuhan otot para pemain," kata Ciputra lagi.

"Para pembina klub harus punya pengetahuan soal ini. Jaya Raya harus menghasilkan juara. Kalau tidak sanggup, ya silakan mundur...," katanya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ciputra, Imajinasi dan Jaya Raya"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved