Wakil Ketua DPRD Sintang Sebut Ada Pasien Meninggal karena Telat Diberi Pertolongan
Legislator Partai PDI-P ini menegaskan agar pelayanan rumah sakit segera dibenahi. Supaya, tidak ada lagi keluhan serupa terulang kembali.
Penulis: Agus Pujianto | Editor: Maudy Asri Gita Utami
SINTANG- Sebelum keluhan Angga Saputra menyeruak ke permukaan media sosial.
Wakil Ketua DPRD Kabupaten Sintang, Jeffray Edward mengaku menerima keluhan serupa.
Soal buruknya pelayanan RSUD Ade M Djoen Sintang.
Jeffray mengungkap, ada pasien anak anak dari Ketungau yang dirujuk ke rumah sakit Ade M Djoen.
• Isi Curhatan Lengkap Angga di Facebook, Sesalkan Etika Perawat Rumah Sakit di Sintang
Namun tidak segera diberikan pertolongan.
Justru pasien tersebut dirujuk ke Rumkit Pratama.
"Barusan kemarin saya mendapatkan informasi dari keluarga di ketungau."
"Mereka (rumah sakit) cukup lambat menangani, bahkan dari rumah sakit dibawa ke Pratama, terus dibawa lagi ke RSUD."
"Ini kan terjadi sesuatu yang kurang pas menurut saya, sehingga anak tersebut pun meninggal," ungkap Jeffray kepada sejumlah awak media ditemui di kantor DPRD Sintang, Senin (18/11/2019).
Legislator Partai PDI-P ini menegaskan agar pelayanan rumah sakit segera dibenahi.
Supaya, tidak ada lagi keluhan serupa terulang kembali.
"Tidak ada yang mau masuk rumah sakit. Oleh sebab itu layani pasien dengan baik. Saya berharap petugas, mulai dari direktur meningkatkan pelayanan yang ada memang beberapa keluhan dari masyarakat," pinta Jeffray.
Keluarga Pasien Curhat di Medsos, Keluhkan Pelayanan Perawat RSUD Sintang
SINTANG - Grup media sosial Facebook Sintang Informasi dibanjiri komentar warganet merespon curahan seorang Netizen yang menulis "curhat terbuka" soal keluhan perawat di rumah penyakit dalam RSUD Ade M Djoen Sintang.
Akun Facebook Angga Saputra menulis curhatan panjang di dinding grup Facebook menyoal keluhan etika perawat yang judes terhadap keluarga pasien yang kritis di ruang penyakit dalam.
"Teruntuk perawat bagian ruang penyakit dalam yang bernama Eli. Kalau gak siap mental menghadapi keluarga pasien yang kritis, mending resign. Bukan nya di pendidikan kamu ada mata kuliah yang ngebahas soal etika ?, Bukannya setiap rumah sakit memiliki HPK ?," tulis Angga.
Kekecewaan Angga terhadap pelayanan rumah sakit diawali dari perdebatan mulut antara dia dan seorang perawat bernama Eli.
Awal mulanya, Angga bertanya perihal obat tablet yang diberikan oleh seorang perawat tersebut untuk dikonsumsi ibunya.

Ibu Angga yang belum diketahui namanya tidak bisa menelan.
Makan dan minum hanya mengandalkan infus.
"Misi kak, mau nanya, ini obat apa ya ?" (Karna bentuknya tablet, dan sy tau kalo ibu ga bakalan bisa nelan nya). Tanya Angga kepada perawat yang memberikan obat tablet.
"Oh itu obat darah tinggi, bang. Tekanan darah nya sih tadi 110/80, masih normal, tapi kan ibu ada riwayat darah tinggi, jd obat darah tinggi nya harus jalan," jawab si perawat.
"Oh gitu, tapi gini kak, ibu tu untuk nelan air putih aja susah, apa ga ada solusi lain kak ? Yang versi suntik atau gimana gitu ?" Tanya Angga lagi.
"Ga bisa bang, soalnya itu obat oral."
"Duh gimana ya kak..?"
Trus ada suara dari rekan mereka dengan nada nyolot (entah nyolot atau emang logatnya)
"Abang perawat kah ??"
DEG !! Kaget dong.
Angga mengaku bingung, kenapa tiba tiba perawat tersebut dengan nada tinggi bertanya balik pada Angga.
" Apa sebegitu tersinggungnya kah perawat menghadapi keluarga pasien yang bertanya, Apa ada batasan maksimal berapa kali keluarga pasien boleh bertanya ke ruang perawat ? Apa dia terlanjur sensi karna malam nya saya bangunkan dia tidur untuk ngurus selang infus ibu yang bocor," tanya Angga.
Sejak tiga jam diposting, unggahan tersebut sudah direspon lebih dari 341 wargnet.
Banyak dari netizen mendukung Angga untuk melaporkan keluhan tersebut langsung ke pihak rumah sakit. (*)
Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak