CSIS Soroti Politik Identitas Saat Lakukan Survei di Kalbar
Selain dari itu, ia pun menerangkan jika survei yang dilakukan lebih kepada popularitas calon.
Penulis: Chris Hamonangan Pery Pardede | Editor: Madrosid
PONTIANAK - Koordinator Centre For Strategic and International Studies (CSIS) Kalbar, Wandy mengungkapkan jika pihaknya lebih fokus menyoroti politik identitas yang ada di Kalbar.
Seperti pilkada Gubernur 2018 lalu, Ia mengatakan, CSIS membahas tentang politik identitas lantaran pada saat pilkada politik identitas sangat besar potensinya karena sifatnya yang dihadapi ialah kultur lingkungan, budaya, dominasi etnis hingga etnis yang minoritas, gambaran umumnya.
"Kita fokus pada pembahasan politik indentitas karena asyarakat belum bisa mengedepankan pluralitas dalam konteks pemilu," jelasnya, Minggu (17/11/2019).
Selain dari itu, ia pun menerangkan jika survei yang dilakukan lebih kepada popularitas calon.
• Jelang Pilkada, Poltracking Kalbar Pastikan Profesional Lakukan Survei
• Cari Pasangan, Jarot Akan Gunakan Lembaga Survei
• Labkesda Sambas Terus Tingkatkan Pelayanan, Lakukan Survei Akreditasi
Lebih lanjut diterangkannya, dalam melakukan survei pihaknya menggunakan metode multi stage random sampling dengan tingkat kepercayaan 95 persen ke atas, dengan margin erornya lebih dari 3 persen.
Dalam survei, ia mengatakan, pertanyaan yang dilakukan secara terbuka, memberikan kebebasan masyarakat memberikan pendapat, serta akan ada nama yang akan diberikan untuk mengetahui tingkat popularitas.
wandy juga menegaskan jika lembaga survei CSIS merupakan lembaga independen, bukan lembaga pemenangan kandidat, hal ini bisa dilihat jika tim CSIS tidak ada yang berada di dalam struktur pemenangan kandidat secara tertulis.
"Saya yakin disetiap lembaga survei tetap menjaga profesionalitas dan menjaga independensinya sebagai eksistensi lembaga survei," katanya.
"CSIS, lanjutnya juga berpengalaman karena merupakan lembaga survei senior yang pertama ada di Indonesia.
CSIS mempunyai lembaga keuangan sendiri, sehingga dananya yang merupakan dari berbagai pihak dikelola oleh lembaga sendiri sehingga juga bisa dijaga profesionalitasnya, termasuk dalam perekrutan surveyor.
"Yang jelas kita selektif untuk menentukan surveyor sehingga tidak ada cheat saat pelaksanaan survei tersebut sehingga menjaga validitas data," katanya.
Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak
