Membaca Manuver NasDem, Sindiran Jokowi Aksi Berpelukan Surya Paloh dengan Presiden PKS Sohibul Imam
Namun Surya Paloh menanggapi biasa sindiran Presiden Jokowi tersebut. Menurutnya, Presiden sedang bercanda.
Sekretaris Partai Nasdem di DPR Saan Mustopa memandang gestur dan pernyataan tersebut hanya candaan serta bentuk kedekatan antara Surya Paloh dan Jokowi. Pertemuan antara Surya Paloh dan Sohibul Iman dianggap baik untuk membangun hubungan dengan partai-partai di luar koalisi pemerintahan ke depannya.
Saan mengaku turut serta dalam pertemuan antara Surya dan Sohibul. Dia menegaskan, pertemuan itu sama sekali tak menyinggung soal politik jangka pendek, yaitu pemilihan kepala daerah 2020 apalagi politik jangka panjang atau Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
“Jadi murni bicara dalam konteks kebangsaan. Bagaimana meneguhkan sikap terkait dengan Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Itu kesepakatan pertama yang terbangun,” katanya.
Nasdem tetap ingin memastikan lima tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo tetap stabil, tegas Saan. Dia pun berani menjamin, kondisi koalisi pemerintahan Jokowi tak akan seperti periode kedua Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono.
Domain dan otonomi partai
Kendati demikian, Saan menyatakan Nasdem akan tetap membangun hubungan dengan partai-partai oposisi, seperti yang telah dilakukannya dengan PKS. Pertemuan berikutnya dengan PAN dan Demokrat kemungkinan besar akan dilakukan pascakongres Nasdem yang berlangsung pada 8-11 November 2019 di Jakarta.
Keputusan Nasdem untuk menjalin hubungan dengan partai oposisi adalah otonomi penuh partai, kata Saan. Ia berpendapat bahwa sebagai sebuah partai, Nasdem memiliki otonomi untuk membangun dan merancang pergerakan politiknya sendiri. “Komitmen kami untuk Pak Jokowi itu kuat, tetapi langkah partai jangan dibatasi dulu,” ujar Saan.
Menurut Saan, hubungan dengan partai di luar koalisi tidak hanya menguntungkan Nasdem sepihak, tetapi juga akan membantu pemerintahan yang sedang berjalan.
“Kalau hubungan baik, Nasdem bisa ngomong dengan PKS, Demokrat dan PAN bahwa pemerintah butuh dukungan untuk sebuah isu tertentu yang mungkin membutuhkan dukungan penuh,” kata Saan.
Soliditas berkurang?
Langkah Nasdem yang mendeklarasikan diri menjadi rekan koalisi yang ‘kritis’ dinilai tidak serta-merta berkaitan dengan ancaman tidak adanya fungsi pengawasan dan keseimbangan (check and balance) akibat kecilnya kelompok oposisi di parlemen.
Manuver tersebut justru dianggap sebagai sebuah upaya untuk membuka peluang baru antar parpol untuk kepentingan politik praktis di masa depan. Ini seperti dikatakan oleh peneliti Populi Center Jefri Adriansyah.
“Membuka komunikasi dengan partai lain di luar koalisi menjadi salah satu cara membuka peluang-peluang untuk kepentingan politik praktis yang lebih menguntungkan Nasdem (di luar koalisi yang sudah ada),” kata Jefri.