Ribuan Ikan Mati Mendadak di Sungai Kapuas, Petani Temukan Hal Tak Biasa Pada Insang Ikan

Inilah kondisi alam Sungai Kapuas sewaktu-waktu berubah. Jadi ini adalah pengaruh alam dan biasanya terjadi pada musim kemarau

Penulis: Syahroni | Editor: Madrosid
TRIBUN PONTIANAK/DESTRIADI YUNAS JUMASANI
Sejumlah ikan keramba milik petambak di tepian Sungai Landak, Gang Amal, Jalan Selat Panjang, Kalimantan Barat mati, Rabu (9/10/2019) siang. Kejadian ini sudah terjadi dalam tiga hari terakhir sehingga membuat kerugian bagi petambak mencapai Rp 30 juta. 

"Kemarin memang sempat berubah air Sungai Kapuas itu menjadi sangat bening dan mungkin gas amoniaknya meningkat," ucap Edi Rusdi Kamtono.

Ia mengaku belum mendapatkan laporan dari Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan terkaait masalah ini dan berapa banyak ikan dari para petani keramba yang mati akibat adanya perubahan air tersebut.

Tahun-tahun sebelumnya, Pemkot Pontianak ditegaskannya memang ada bantuan bibit ikan bagi masyarakat. Namun untuk tahun ini, ia menunggu laporan dari pihak Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan.

Kondisi d imana air Sungai Kapuas dan Landak mengalami perubahan disebut Edi Kamtono biasanya terjadi saat pergantian musim.

"Inilah kondisi alam Sungai Kapuas dan Landak sewaktu-waktu berubah. Jadi ini adalah pengaruh alam dan biasanya terjadi di pergantian musim dari kemarau ke hujan," tegasnya.

Budidaya ikan dengan menggunakan keramba memang menjadi solusi bagi para kelompok masyarakat untuk bisnis ikan. Keramba-keramba berjejer di Sungai Kapuas mapun Sungai Landak.

Kejadian ini dimana ikan mengalami kematian ini terjadi secara mendadak, akibat perubahan pada kondisi air. Edi menegaskan akan berkoordinasi dengan dinas terkait untuk upaya berikutnya. (ver/oni)

DLH Turunkan Tim

Adanya perubahan air pada Sungai Kapuas dan Sungai Landak sepekan lalu sempat membuat heboh, karena air sungai menjadi lebih bening.

Hal inilah membuat Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalbar menurunkan tim untuk melakukan pengecekan terhadap kualitas air.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalbar, Adiyani mengatakan tim yang diturunkan untuk mengecek kondisi air apa apakah mengalami pencemaran atau sebagainya.

Setelah melakukan pengambilan sampel air dan dimasukan dalam laboratorium untuk pengujian, ia menegaskan hasilnya belum keluar.
Kondisi air menjadi bening, menurutnya hampir terjadi setiap tahunnya.

Di mana air laut masuk atau intrusi dan bertemu dengan air hujan yang turun dari hulu.

"Airnya sedang dianalisa staf saya, setiap tahun memang terjadi seperti ini. Jika musim kemarau panjang, dimana mana air asin yang masuk ke sungai bertemu dengan air hujan dari hulu sungai," ucap Adiyani.

Terkait fenomena ikan milik petani keramba yang mengalami kematian, Adiyani menegaskan karena memang terjadi perubahan drastis pada air sehingga ikan tidak beradaptasi.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved