Citizen Reporter
Transaksi Ekonomi dalam Pelaksanaan Ibadah Haji
Mantan Kabag umum IAIN Pontianak itu menjelaskan, secara umum dalam pelaksanaan ibadah haji terdapat transaksi ekonomi yang luar biasa besarnya.
Penulis: Muhammad Luthfi | Editor: Ishak

Transaksi Ekonomi dalam Pelaksanaan Ibadah Haji
Citizen Reporter
Tio Rizki Kurniawan
PONTIANAK - Kepala Bagian Tata Usaha (Kabag TU) Fakultas Syari'ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, H Nuriahman, SE, M.Ag mengatakan, Jamaah Haji Indonesia kloter pertama sudah tiba di Madinaatul Munawwarah pada 6 Juli 2019 lalu.
Sebagaimana diketahui, sebagian besar orang Islam pasti menghendaki untuk menunaikan ibadah haji yang menjadi kewajibannya sebagai salah satu rukun Islam yang kelima.
Namun dalam mewujudkannya terdapat berbagai kondisi, ada yang mudah disebabkan memang sudah memupunyai perencanaan yang matang atau karena mendapatkan keberkahan yang tanpa disangka-sangka disebabkan prestasi atau keinginan pihak lain untuk menghajikannya.
"Namun kebanyakan untuk mewujudkan impian tersebut dilalui dengan berbagai usaha, dan ikhtiar bertahun-tahun," ujarnya, Kamis (11/7/2019).
Baca: Jelang Pemberangkatan Jemaah Haji Kalbar, Ini Persiapannya Menurut Mahmudah
Baca: Waktu Tunggu Keberangkatan Haji di Kayong Utara Hampir 10 Tahun, Wabup Effendi Imbau Jemaah
"Kendala yang dihadapi dalam melaksanakan ibadah haji saat ini bukan hanya semata-mata masalah finansial belaka namun juga disebabkan keterbatasan kuota yang diberikan pemerintah Arab Saudi," ungkapnya.
Dengan demikian kata Nuriahman, masyarakat yang baru mendaftarkan diri harus mengantri juga dalam waktu beberapa tahun kedepan.
"Artinya jika kita sudah memiliki ketersediaan danapun jika baru mendaftar pada saat sekarang maka dipastikan akan menunggu untuk beberapa tahun mendatang," katanya.
Oleh karenanya, menurut Nuriahman perlu perencanaan yang matang sebab antara penawaran dan permintaan terhadap pelaksanaan ibadah haji yang tidak berimbang.
"Permintaan yang banyak dibandingkan dengan quota yang terbatas dari pemerintah Arab Saudi mengakibatkan asa tunggu yang panjang, Bahkan ada beberapa daerah tertentu masa menunggu (antrean) melebihi dua puluh lima tahun lamanya," ungkapnya.
"Pada tahun ini Indonesia mendapatkan kuota dari pemerintah Arab Saudi sebanyak 221.000 Jamaah yang terbagi menjadi dua sistem yaitu 204.000 jamaah regular yang diurus oleh pemerintah (Kementerian Agama) dan jamaah khusus/Haji Plus yang dilimpahkan pengelolaannya kepada Biro perjalan haji swasta sebanyak 17.000 jamaah," sambungnya.
Baca: Waktu Tunggu Keberangkatan Haji di Kayong Utara Hampir 10 Tahun, Wabup Effendi Imbau Jemaah
Baca: Persiapkan Keberangkatan Jamaah Calon Haji, Kemenag Ketapang Siap Koordinasi dengan Pihak Terkait
Mantan Kabag umum IAIN Pontianak itu menjelaskan, secara umum dalam pelaksanaan ibadah haji terdapat transaksi ekonomi yang luar biasa besarnya.
Dan Jika dikalkulasikan perputaran ekonomi dari pelaksanaan ibadah haji yang bersumber dari jamaah haji Indonesia, bisa mencapai trilyunan rupiah.
Sementara itu, Berdasarkan hasil rapat kerja dengan komisi VIII DPR RI dengan Kementerian Agama disepakati Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) seluruh Indonesia rata-rata Rp 35.235.602 atau setara US$ 2.481.
"JIka BPIH tersebut dikalikan dengan jumlah kuota jamaah sebanyak 221.000 orang maka kegiatan ekonomi dari pelaksanaan haji bisa mencapai sebesar 7.787.068.042.000," katanya.
"Ini baru gambaran minimal karena BPIH jamaah khusus/Haji Plus tentu lebih tinggi lagi dan ditambahkan dengan transaksi ekonomi masing masing individu yang membawa uang saku pribadi untuk transaksi di dalam mapun di luar negeri yang jika dijumlahkan seluruh jamaah jumlahnya milyaran bahkan trilyunan rupiah," jelasnya.
Untuk itu, Secara individu Seorang muslim tentu sudah memperhitungkannya dengan memulai menabung sejak masa muda, sehingga ketika sampai saatnya uang tersebut sudah mencukupi untuk mendaftar dalam rangka mengambil nomor porsi.
Proses tersebut akan menyebabkan terjadi transaksi berupa transfer uang tabungan ke Rekening khusus haji. Sambil menunggu masa antri dan pelunasan masih ada kesempatan untuk menabung.
"Tatkala tiba masa pelunasan yang menyatakan kepastian keberangkatan, disitulah geliat ekonomi mulai bermunculan berupa permintaan akan konsumsi barang maupun jasa menjadi meningkat seperti konsumsi untuk keperluan selamatan haji dengan mengundang berbagai sanak keluarga, teman sejawat, para haji dan sebagainya bahkan terkadang untuk daerah-daerah tertentu biayanya bisa menghabiskan puluhan juta rupiah," kata kandidat Doktor itu.
"Proses selanjutnya tatkala masa persiapan pemberangkatan dan pelaksanaan manasik haji juga terjadi transaksi ekonomi dimana calon jamaah mempersiapkan diri dengan menyediakan pakaian untuk selama perjalanan dan pelaksanaan haji (transaksi barang dan jasa), transaksi transportasi bahkan penginapan serta konsumsi, dan lainnya," jelas dia.
Baca: FOTO : Kunjungan Mahasiswa IAIN Pontianak ke Tribun Pontianak
Baca: Penataan Panggung STQ IAIN Pontianak, Habiskan Waktu Sebulan Penuh
Tidak hanya itu, Kebutuhan akan jasa transportasi baik darat dan udara bahkan untuk daerah tertentu dengan juga melalui transportasi air, juga akan meningkat.
Sedangkan disela-sela melaksanakan ibadah pokok selama menunggu puncaknya pelaksanaan ibadah haji, bisanya terjadi transaksi yang memerlukan alat tukar asing (real) maka disitu juga terjadi pertukaran mata uang asing (Valas) dan terjadilah perdagangan antar bangsa.
"Besarnya perputaran ekonomi di Arab Saudi membuat Negara tersebut mendapatkan berkah ekonomi yang luar biasa dan secara langsung membuat kehidupan ekonominya menjadi lebih makmur," katanya.
Menurutnya, secara geografis Arab Saudi mwmang kurang memiliki sumber daya yang potensial di bidang pertanian, perkebunan maupun perikanan namun karena memiliki sumber daya bidang jasa dan perdagangan yang besar membuatnya menjadi Negara kaya.
"Ajakan untuk berkunjung dicantumkan dalam al-Qur’an melalui kewajiban melaksanakan ibadah haji. Negara mana yang menolak orang asing yang datang dengan baik dan membawa keuntungan kecuali Arab Saudi karena keterbatasan tempat," bebernya.
"Bahkan beberapa Negara untuk mengundang orang berkunjung ke negaranya memerlukan biaya promosi yang sangat besar," jelasnya.
Dan sekembalinya ke tanah airpun masih terjadi transaksi ekonomi, yang memerlukan jasa transportasi mengantar ke rumah, membuat hidangan untuk konsumsi tamu dan sebaginya.
"Artinya bahwa dalam pelaksanan ibadah haji tidak lepas dari kegiatan-kegiatan transaksi eknomi, sehingga ketika ingin mendapatkan pahala akhirat yang besar tidak terlepas dari kesiapan ekonomi yang matang," tutupnya.