Mahfud MD Bantah Tudingan Islam Garis Keras Agar Dapat Jabatan dari Jokowi: "Itu Omong Kosong Semua"
Mahfud MD Bantah Tudingan Islam Garis Keras Agar Dapat Jabatan dari Jokowi: "Itu Omong Kosong Semua"
Penulis: Nasaruddin | Editor: Nasaruddin
Mahfud MD membantah pernyataan pihak yang menyebut pernyataannya soal wilayah kemenangan Prabowo dulunya Provinsi Garis Keras merupakan upaya untuk memperlancar jalan masuk ke pemerintahan Jokowi.
Menurut Mahfud MD, hal itu sudah persoalan lain dan juga sudah dibicarakannya dengan rekannya, Said Didu, Dahlan Iskan dan Solahuddin Wahid.
"Itu sudah soal lain. Itu soal lain. Saya sudah bicara tentang itu dengan Said Didu, dengan Pak Dahlan Iskan, dengan Pak Solahuddin Wahid, itu omong kosong semua. Nanti kita lihat saja," tegasnya, dilansir dari Youtube TVOne.
"Tapi kita lihat Pemilu ini mari selamatkan dong," lanjutnya.
Mahfud MD mengatakan, selama ini dirinya tidak pernah bilang Pemilu ini jujur.
"Ndak pernah bilang. Saya membela KPU bahwa dia tidak pernah melakukan rekayasa. Karena KPU tu beda dengan aparat. Beda tugasnya. Yang saya bela itu KPU," tegasnya.
Sy katakan DULU-nya krn 2 alsn: 1) DULU DI/TII Kartosuwiryo di Jabar, DULU PRRI di Sumbar, DULU GAM di Aceh, DULU DI/TII Kahar Muzakkar di Sulsel. Lht di video ada kata "dulu". Puluhan tahun terakhir sdh menyatu. Maka sy usul Pak Jkw melakukan rekonsiliasi, agar merangkul mereka. https://t.co/IKfwQaiczu
— Mahfud MD (@mohmahfudmd) 28 April 2019
Dan ingat, kata Mahfud MD, ketika dirinya menyebut Islam Garis Keras itu adalah Islam yang bagus-bagus.
"Bagus dalam fanatisme membela agamanya tu Jawa Barat, itu nggak bisa dipengaruhi. Dulu di sana basisnya DI TII, karena punya prinsip merasa pemerintah pusat tidak adil. Aceh juga, merasa pemerintah pusat tidak adil. Padang juga. Kahar Muzakkar juga," katanya.
"Itu fanatisme. Saya ndak bilang radikalisme. Ndak bilang ekstreem, gitu. Dan itu bagus," katanya.
"Seperti orang Madura, saya bilang. Orang Madura itu garis keras, hebat. Ndak mau dipengaruhi. Saya garis keras di bidang hukum. Anda dari manapun kalau melanggar hukum, anda saya dorong ke penjara," lanjut Mahfud MD.
Pada kesempatan yang sama, Mahfud MD angkat suara terkait pernyataannya yang menyebut pasangan calon presiden Prabowo - Sandiaga Uno menang di Provinsi yang dulunya "Garis Keras".
Mahfud MD menegaskan, wawancara di televisi itu berawal saat dirinya ditanya soal rekonsiliasi pasca Pilpres 2019.
"Kalau agak maju dari potongan itu, ada pertanyaan, Pak bagaimana sekarang kalau kita melakukan rekonsilisasi. Maka saya jawab, rekonsiliasi kan belum ada hasil pemilunya. Sementara kita berpedoman pada hasil Quick Count," kata Mahfud dilansir akun Youtube TVOne.
"Kalau berdasarkan hasil Quick Count, saya sendiri meyakini udah selesai. Artinya kemenangan itu udah selesai secara Quick Count meskipun secara hukum belum resmi, dan itu sulit dibalik," jelas Mahfud MD.
"Berdasarkan keyakinan itu maka saya katakana Pak Jokowi menang, tapi supaya diingat, harus rekonsiliasi," kata Mahfud MD.
Mengapa harus rekonsiliasi? Mahfud MD mengatakan, karena sebaran kemenangan Jokowi ternyata di tempat-tempat yang kita kenal tidak terlalu panas secara agamis.
"Maka saya katakan pak jokowi harus melihat bahwa Pak Prabowo itu menang di tempat tempat yang dulunya, dulunya itu menjadi daerah panas untuk kegamaan," kata Mahfud.
"Daerah yang garis keras dalam beragama. Oleh karena itu mereka harus dirangkul. Dirangkul dalam rangka bersatu. Gitu. Agar tidak terjadi pembelahan berdasarkan agama. Apa salahnya ini? Nggak ada salahnya," tegas Mahfud.
Presenter sempat akan bertanya, namun oleh Mahfud langsung dipotong.
"Ntar dulu, biar dulu baru anda tanya nanti," katanya.
Mahfud MD kemudian melanjutkan, dirinya mengatakan garis keras, tapi di media sosial itu justru pernyataannya diubah, menjadi radikal.
"Bahwa di Aceh, di Sulawesi dimana itu radikal, ekstreem, nggak ada itu. Lihat saja tadi (videonya)," kata Mahfud MD.
Mahfud MD menegaskan, garis keras itu bagus.
"Saya juga Garis keras, tahu ndak? Garis keras itu sudah saya jelaskan. Garis keras itu artinya fanatik dan kesetiaan tinggi. Tapi tidak radikal," tegasnya.
"Saya bilang Madura juga itu garis keras, bagus. Garis keras itu adalah orang yang punya prinsip tidak mau didekte," papar Mahfud MD.
Mahfud MD menegaskan, istilah "Garis Keras" merupakan term politik. Ada dalam Ilmu Politik, beda dengan radikal.
"Terus dibilang Pak Mahfud bilang garis keras, harus minta maaf, lho saya memuji atas prinsip anda semua. Seperti saya punya garis keras di bidang hukum. Tapi di bidang politik saya garis moderat. Apakah boleh? Dua-duanya boleh, itukan pilihan," katanya.
"Hebat orang Aceh, hebat orang Padang, hebat orang Sulawesi Selatan, ndak pernah mau dipengaruhi. Jawa Barat juga," kata Mahfud MD sambil acungkan jempol.
"Jangan dibawa ke radikal. Kapan saya bilang orang Aceh radikal? Saya ini orang Islam, berkali-kali saya berkhutbah di Masjid Baiturrahman, masjid terbesar di Aceh. Karena keislaman saya dan keislaman orang Aceh cocok," katanya.
"Saya berkali-kali khutbah di seluruh kota Padang, di berbagai masjid besar. Tanyakan pada orang Padang, cocok ndak ada masalah," lanjut Mahfud MD.
Mahfud mengatakan, dirinya juga pernah khutbah di Masjid al Markaz yang dipimpin Yusuf Kalla di Makassar, bahkan berkali-kali.
"Cocok keislaman saya. Saya ndak bilang mereka radikal. Itukan orang lalu yang rasional itukan menanggapi o ya benar. Tetapi ini yang buzzer-buzzer itu yang orang bikin Tweet bayaran itu lalu membuatnya seakan-akan saya menjelekkan mereka," tegasnya.
Simak pernyataan lengkap Mahfud MD dalam video berikut: