Pilpres 2019
Mahfud MD Jawab Tudingan Kecurangan Pilpres 2019 Terstruktur, Sistematis dan Masif
Mahfud MD Jawab Tudingan Kecurangan di Pilpres 2019 Terstruktur, Sistematis dan Masif
Penulis: Nasaruddin | Editor: Nasaruddin
Dirinya menegaskaan, kita tidak menganggap kesalahan satu per 2500 itu harus dibenarkan.
Baca: Hasil Situng KPU Pilpres 2019 Terbaru pemilu2019.kpu.go.id, Suara Masuk 32%: Jokowi 55%, Prabowo 44%
"Tidak. Tetapi harus dipahami dan itu masih bisa diselesaikan di dalam adu data tanggal 22 Mei nanti. Jadi akan ada forum hukum, jadi jangan bertindak sendiri-sendiri," katanya.
"Jangan terus-terus mengembangkan hoak yang seakan-akan di sini ada rekayasa," tegasnya.
Kemudian yang menarik, kata Mahfud MD, kesalahan itu, bukan hanya terjadi dan bukan hanya memenangkan satu paslon.
Dua paslon itu sama-sama mendapatkan keuntungan. Sama-sama mendapatkan kerugian dari beberapa kesalahan entry data itu.
"Jadi tidak mungkin itu terstruktur. Ini sama dan di KPU ada datanya, mana yang menguntungkan paslon 01, mana yang menguntungkan paslon 02. Mana yang merugikan, mana yang menguntungkan itu ada datanya," katanya.
"Sehingga tidak mungkin itu terstruktur. Tapi kalau tidak percaya juga nantikan ada forum hukum yang menyelesaikan," lanjutnya.
Kemudian tidak mungkin juga akan ada pemalsuan yang bisa lolos. Karena form C1 itu banyak.
"Paslon punya, KPU punya, Panwas punya, TPS punya. Kalau ada satu yang palsu, pasti akan ketahuan," tegasnya.
"Di situ aja caranya nanti. Jadi jangan ribut seakan-akan KPU itu sudah melakukan rekayasa terstruktur, sistematis dan masif," katanya.
"Tenang-tenang saja semuanya. Ikuti, kalau ada kesalahan langsung disampaikan," lanjutnya.
Mahfud MD menegaskan, semua server untuk pengolahan data, untuk entry data itu ada di sini.
"Bohong itu kalau bilang ada di Singapura. Ada di sini. Dan orangnya orang Indonesia semua. Tidak ada bule, tidak ada orang asingnya yang mengerjakan, saya tadi melihat," tegasnya.
Oleh sebab itu masyarakat harus tenang, jangan sampai KPU ini, Pemilu ini dirusak oleh berita-berita hoaks.
"Nanti semuakan tinggal adu data. Kalau perlu mereka yang punya data pembanding buat aja sendiri. Itu akan ketahuan juga palsu atau tidak, karena sumbernya sama," pungkas Mahfud MD.