Salmafina Sunan Bikin Pengakuan Heboh Tak Ingin Menikah, Ingin Punya Anak Dari Pria Lain

Salmafina Sunan Bikin Pengakuan Heboh Tak Ingin Menikah, Ingin Punya Anak Dari Pria Lain...

Editor: Mirna Tribun
KOLASE TRIBUNPONTIANAK.CO.ID
Salmafina Sunan Bikin Pengakuan Heboh, Tak Ingin Menikah tapi Ingin Punya Anak Dari Pria Lain 

Salmafina Sunan Bikin Pengakuan Heboh Tak Ingin Menikah, Ingin Punya Anak Dari Pria Lain

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID -  Nama Salmafina Sunan kini semakin gencar menjadi bahan pemberitaan.

Publik mulai mengenal Salmafina Sunan sejak dirinya menikah dengan Taqy Malik pada usia yang sangat muda.

Sayangnya, pernikahan Salmafina Sunan dan Taqy harus berakhir padahal baru seumur jagung.

Kemudian, Salmafina sempat menjadi perhatian karena keputusannya melepas hijab.

Seolah tak kunjung selesai, Salmafina kini menjadi sorotan setelah mengungkapkan ingin memiliki anak.

Bukan anak dari pernikahan, melainkan Salmafina ingin memiliki anak melalui donor sperma.

Salma ingin memiliki anak tanpa terikat pernikahan dengan laki-laki mana pun.

Putri pengacara kondang Sunan Kalijaga ini ternyata sudah melakukan riset mengenai donor sperma.

"I mean bisa have kids tanpa suami, cari sperm donor aja.

Ada European sperm bank, udah research juga aku +- nya apa," tulis Salmafina di Instagram Story seperti dilansir dari cumicumi.

Gagal membina rumah tangga dengan Taqy Malik, Salmafina ogah untuk menikah lagi.

Salmafina hanya ingin menjalin hubungan tanpa ikatan, tapi punya anak.

"I wish I don’t have to get married. Aku mau long term relationship aja... and have kids," Sambung Salmafina.

"Kalau terpaksa banget nikah aku akan bikin surat perjanjian di awal bahwa kita gak akan cerai.

Kalau suatu saat sudah saling bosan satu sama lain, pasanganku boleh keluar dari rumah cari perempuan lain, akupun begitu.

Tapi kita besarin anak sama-sama. Co-parenting," jelas Salmafina.

"Karena males cerai.... Lebih baik begitu aja. Open marriage... Because I easily get bored ehehehehe," sambungnya.

Apa yang dialami Samafina seolah menunjukkan bahwa dirinya sangat menyesali adanya perceraian.

Perceraiannya di masa lalu secara drastis mengubah pola pikirnya.

Rasa takut untuk gagal kedua kalinya setelah bercerai merupakan salah satu dampak perceraian yang biasa dialami perempuan.

Mereka takut pernikahan berikutnya akan kandas lagi dan menambah luka di hati mereka.

Kesedihan

Perceraian tidak jauh berbeda dengan perasaan kehilangan karena kematian.

Kandasnya hubungan cinta yang telah dirajut membuat banyak wanita melewati beberapa emosi, seperti kesedihan, penolakan, kemarahan, tawar-menawar, dan depresi sebelum mereka bisa sampai ke tahap penerimaan atau ikhlas.

Orang punya reaksi berbeda terhadap perasaan kehilangan, jadi tidak setiap wanita mengalami semua tahapan ini atau dalam urutan ini.

Tapi berduka setelah kehilangan pernikahan adalah hal yang sangat normal terjadi.

Rasa Bersalah

Ini adalah perasaan yang sangat umum dialami wanita usai perceraian.

Walau penyebab keretakan rumah tangga akibat kesalahan suami (misal berkhianat atau punya tabiat buruk), namun hal ini tak serta merta melepaskan Moms dari perasaan bersalah.

Beberapa wanita merasa bersalah karena tidak bekerja lebih keras untuk membuat pernikahan itu berhasil, terutama jika sudah memiliki anak.

Penolakan dan isolasi

Baik itu kenyataan atau hanya perasaan saja, banyak wanita menganggap dirinya ditolak oleh kelompok sosial mereka usai menyandang status janda.

Mungkin malu tentang perceraian dan tidak tahu bagaimana mendiskusikan perasaan atau ketakutan itu.

Beberapa wanita mengalami keterasingan dari orang-orang yang menganggap perceraian adalah hal yang buruk.

Depresi

Puncak dari masalah mental usai perceraian adalah depresi.

Kehancuran dan ketidakpastian yang menyertai perceraian dapat memunculkan depresi dan kecemasan.

Terlepas apakah memiliki riwayat sebelumnya dengan masalah kesehatan mental ini, stres berat karena perceraian dapat menyebabkan perasaan luar biasa yang sering kali sulit diatasi.

Gangguan psikologis ini dapat terjadi dalam berbagai bentuk, tetapi harus mewaspadai tanda dan gejala yang menyertainya sehingga dapat mencari bantuan dari ahli kesehatan mental jika diperlukan.

Sumber: Nakita
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved