Pilpres 2019
Yakin Prabowo Sandi Menang, Fahri Hamzah Anjurkan Jokowi Menyerah Karena Sudah Terkepung
Menurutnya pasangan calon nomor urut 01 itu sudah terkepung, dan ia yakin paslon nomor urut 02 akan menang dalam kontestasi Pilpres 2019 kali ini.
Yakin Prabowo Sandi Menang, Fahri Hamzah Anjurkan Jokowi Menyerah Karena Sudah Terkepung
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah meminta calon presiden petahana nomor urut 01 Jokowi menyerah,
Menurutnya pasangan calon nomor urut 01 itu sudah terkepung, dan ia yakin paslon nomor urut 02 akan menang dalam kontestasi Pilpres 2019 kali ini.
Hal itu diungkapkannya secara terbuka lewat akun Twitter @Fahrihamzah, Jumat (29/3/2019).
"Pak Presiden, Menyerahlah...bapak sudah terkepung....bahkan suara yang tidak boleh berpihak karena ditekan akhirnya berpihak dan terbuka...menyerahlah...waktu sudah habis... #19HariLagiCoblosCapres02," tulisnya.
Baca: HASIL FP1 MotoGP Argentina 2019, Dimas Ekky Ungguli Pebalap Jerman dan Andorra di FP1 Moto2
Baca: Ambisi Penyerang Persib Bandung Cetak 30 Gol di Liga 1 Musim 2019/2020
Sebelumnya, Fahri Hamzah semakin yakin pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno bakal memenangi Pilpres 2019.
Lewat akun Twitter @Fahrihamzah, Fahri Hamzah yakin Prabowo Subianto bakal dilantik menjadi Presiden ke-8 RI, karena dari dulu Prabowo Subianto selalu dipanggil 08.
"Penyingkiran @prabowo kali ini akan gagal. Dia akan dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia yang ke-8. Dari dulu dia dipanggil 08. Insya Allah ini akan jadi kenyataan. Dia akan memimpin dengan adil dan bijaksana, dia akan menjaga persatuan dan rekonsiliasi," tulis Fahri Hamzah, Jumat (29/3/2019).
Dikutip dari berbagai sumber, kode angka 08 memang kerap digunakan untuk menyebut Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Kode tersebut ternyata paling sering digunakan oleh kalangan internal Partai Gerindra dan rekan-rekan Prabowo Subianto.
Penyebutan kode 08 untuk Prabowo Subianto yang merupakan mantan Pangkostrad tersebut, memang terbatas dan tak semua kalangan menggunakannya.
Kode angka 08 sudah menempel dan identik dengan sosok Prabowo Subianto, bahkan sejak politikus berusia 67 tahun itu masih menjalani pendidikan di Akademi Militer.
Lantaran sudah terbiasa dipanggil menggunakan kode unik tersebut sejak lama, maka hingga kini mantan menantu Presiden Soeharto itu masih tetap sering dipanggil menggunakan kode tersebut.
Baca: Ngopi Sambil Pilih-pilih Luquid Vape di Ngabang, Di Sini Tempatnya
Baca: Sekjen Kemenkes RI Tekankan Rakerkesda Kalbar Jangan Jadi Agenda Ceromonial Belaka
Awalnya rekan-rekan dekat Prabowo Subianto di militer yang memanggil 08, kemudian yang lainnya ikut-ikutan.
Kaus bola Prabowo Subianto pun bernomor 8, begitu pula pelat nomor mobilnya jika dijumlahkan hasilnya 8.
Ternyata, kode angka 08 merupakan sandi radio Prabowo Subianto saat masih aktif bertugas di TNI. Awalnya, Prabowo Subianto sempat memakai sandi Kancil dalam operasi di Timor Timur.
Sandi 08 disematkan kepada Prabowo Subianto ketika dirinya menjabat Wakil Komandan Jenderal Pasukan Khusus.
Sedangkan sandi 09 dipakai oleh Komandan Jenderal Kopassus Luhut Binsar Panjaitan, yang saat ini menjabat Menteri Bidang Koordinator Kemaritiman di Kabinet Kerja Jokowi-JK.
Saat Prabowo Subianto naik jabatan menggantikan Luhut Binsar Panjaitan sebagai Danjen Kopassus, ia tidak memakai sandi 09, melainkan tetap mempertahankan sandi 08 hingga kini.
Sementara, di kultwit-nya hari ini, Fahri Hamzah melontarkan puja-puji kepada Prabowo Subianto.
"Susah kalau jenderal gak pernah ke Medan perang...jadi pengecut...beraninya perang intelijen memakai fasilitas negara... Kata Mereka bikin perang total...ya perang memakai aparatur negara untuk melumpuhkan lawan dari belakang... waspada kawan2 tetap fokus ke depan..," tulisnya.
"Kalau Prabowo itu jenderal tempur, ia terjun ke Medan perang, terjun beneran pakai parasut...pertaruhkan nyawa, kata prajuritnya, “..dia kan mantu presiden, sebenarnya bisa menghindar...dia gak mau...dia turun ke battle pertaruhkan nyawa...” maka dia ksatria...," sambungnya.
Sebelumnya, Centre for Strategic and International Studies (CSIS) merilis hasil survei nasional elektabilitas pasangan capres dan cawapres jelang Pilpres 2019.
Berdasarkan hasil survei CSIS yang diikuti 1.960 responden dari 34 provinsi tersebut, pasangan Joko Widodo-Maruf Amin meraih elektabilitas 51,4 persen, unggul 18,1 persen dari Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang meraih 33,3 persen.
“Sementara yang belum menentukan pilihan 1,2 persen dan tidak jawab atau rahasia sebesar 14,1 persen,” ujar peneliti CSIS Arya Fernandes, di Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (28/3/2019).
Baca: Rocky Gerung Bicara Blak-Blakan di ILC 26 Maret, Soroti Dampak Wacana Hoaks Dibasmi UU Terorisme
Baca: Mayjen TNI Herman Asaribab, Siap Pimpin Kodam XII Tanjungpura
Arya menjelaskan, 20 hari jelang Pilpres 2019, basis suara kedua paslon sudah sangat mantap pada pilihannya.
Di kubu Jokowi-Maruf Amin, sebanyak 84,4 persen pemilihnya menyatakan sudah sangat mantap pada pilihannya, sedangkan 15,6 persen masih ragu-ragu atau masih bisa berpindah.
Di kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, sebanyak 81,3 persen pemilihnya menyatakan sangat mantap, dan 18,7 persen lainnya masih bisa berpindah.
“Sehingga kemungkinan adanya migrasi suara dari satu paslon ke paslon lain dalam jumlah besar sulit terwujud,” jelas Arya.
Survei yang dilaksanakan pada 15-22 Maret 2019 itu menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error sekitar 2,21 persen, dan tingkat kepercayaan 95 persen.
“Dalam melaksanakan survei kami lakukan dengan pertemuan tatap muka langsung dan mengajukan kuesioner, jadi bukan survei internet atau telepon,” ungkapnya.
“Survei ini juga didanai secara mandiri dari Yayasan CSIS,” sambungnya.
Anggap Sampah
Sebelumnya, Fadli Zon, anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, tidak ambil pusing soal hasil survei Charta Politika.
Teranyar, hasil survei Charta Politika menempatkan pasangan Jokowi-Maruf Amin unggul 53,6 persen dari pasangan Prabowo-Sandi yang hanya 35,4 persen.
Menurut Fadli Zon, lembaga survei Charta Politika tidak memiliki kredibilitas dalam menggelar survei, karena tidak menyatakan diri independen.
"Ya survei-survei itu seperti saya sering katakan itu tak kredibel. Mereka itu merupakan klien dan punya hubungan dengan paslon, kecuali mereka mengatakan independen,' ujar Fadli Zon di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (26/3/2019).
Lembaga survei yang merangkap menjadi konsultan politik salah satu pasangan calon tersebut, menurut Fadli Zon, dapat menjadi predator demokrasi.
Karena, katanya, mereka dibayar oleh salah satu pihak untuk menggelar survei. Sehingga, menurutnya ada konflik kepentingan dalam setiap survei yang digelar.
Baca: Perpustakaan Daerah Mempawah Punya Koleksi Ribuan Buku Bagus dan Miliki Wifi
Baca: Sekjen Kemenkes RI Tekankan Rakerkesda Kalbar Jangan Jadi Agenda Ceromonial Belaka
"Jadi mereka dibayar menjadi konsultan politik, dan yang dikerjakan itu adalah survei. Jadi survei ini satu manipulasi, karena mereka bekerja untuk keuntungan, bukan bekerja secara independen," paparnya.
Lembaga-lembaga survei tersebut, menurut Fadli Zon, kini sudah tidak bisa dipercaya.
Banyak hasil survei yang menurutnya meleset dari realita di lapangan, salah satunya saat Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu.
"Lembaga-lembaga survei seperti ini sudah susah dipercaya, dan kegagalannya sudah banyak, di pilkada DKI, Pilgub Jabar, Pilgub Jateng. Menurut saya survei-survei ini sampah lah," cetusnya. (*/Yaspen Martinus )
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Fahri Hamzah: Pak Presiden Menyerahlah, Bapak Sudah Terkepung, Waktu Habis, http://wartakota.tribunnews.com/2019/03/29/fahri-hamzah-pak-presiden-menyerahlah-bapak-sudah-terkepung-waktu-sudah-habis?