2 Kejahatan Pakai Cangkul! Bos Keripik di Mempawah Tewas, Siswi SD di Sambas Mukanya Lebam
Pihaknya pun mengupayakan pengacara bagi tersangka, dikarenakan masih anak bawah umur dan dari keluarga sederhana.
2 Kejahatan Pakai Cangkul! Bos Keripik Tewas, Siswi SD Mukanya Lebam
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Cangkul menjadi alat dalam dua kasus kekerasan, masing-masing di Mempawah dan Sambas. Pada kasus di Mempawah, korban bahkan tewas akibat dihantam pakai cangkul oleh tersangka.
Sementara di Sambas, seorang siswi SD berinisial NN (11 tahun) mengalami luka di bagian wajahnya akibat dipukul pakai cangkul. Pelakunya adalah ibunya sendiri yang berinisial R. Kasus ini bahkan viral di media sosial Facebook.
AP (17), tersangka kasus pembunuhan di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat (Kalbar), telah ditangkap polisi di Pontianak, Selasa (29/01/2019) dini hari WIB. Adapun korban adalah pedagang keripik pisang bernama Haryanto (40).
Hingga, Selasa (29/01/2019) siang, tersangka masih menjalani pemeriksaan oleh pihak kepolisian. Mengingat tersangkan masih anak bawah umur, proses pemeriksaannya didampingi petugas dari Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Kalimantan Barat.
Komisioner KPPAD Kalbar, Alik R Rosyad yang turut mendampingi tersangka, mengungkapkan pihaknya akan melakukan pendampingan perkara ini hingga tuntas.
Pihaknya pun mengupayakan pengacara bagi tersangka, dikarenakan masih anak bawah umur dan dari keluarga sederhana.
"Karena keluarga tersangka ini tidak mampu membayar pengacara, maka nanti kami akan siapkan dari pemerintah," kata Rosyad, Selasa (29/01/2019).
Alik mengungkapkan, motif dari tersangka menghabisi korban adalah dikarenakan sakit hati, kesal dan emosi.
Awalnya korban menjanjikan uang sebesar Rp 500 ribu untuk melakulan hubungan seksual sesama jenis (menyimpang).
Setelah hal tersebut dilakukan, ternyata korban tidak memberikan uang tersebut, dan lantas tidur.
Alik mengatakan, berdasarkan penyelidikan awal oleh pihak kepolisian, tersangka mengungkapkan dirinya dipanggil ke Mempawah dengan alasan membantu membuat keripik pisang.
Namun setalah beberapa hari bekerja tersangka tak kunjung dibayar oleh korban.
"Mereka kenal memang sudah sejak lama, lalu beberapa hari ini tersangka ditawari korban via Facebook untuk membantu membuat kripik, karena pesanan menjelang Imlek cukup banyak. Tersangka sempat bekerja empat hari di sana, dengan upah Rp 15 ribu per kilo," kata Alik.
Puncaknya, Minggu (27/1/2019) malam, korban mengajak tersangka berhubungan seksual menyimpang, dengan dijanjikan uang sebesar Rp 500 ribu.
Setelah melampiaskan hasratnya, korban langsung tidur dan tidak memberikan uang yang dijanjikan.
"Selesai korban langsung mandi dan tidur, padahal, tersangka besoknya mau pulang ke Pontianak. Malam itu kata dia, ditunggunyalah si korban, mau bangunkan takut. Mau ditinggalkan, duitnya belum dikasih," katanya.
Karena kesal dan emosi, tersangka megambil cangkul yang kebetulan ada di lokasi, lalu masuk ke kamar korban dan menghamtamkan bagian bonggol (bagian belakang mata cangkul, red) cangkul ke bagian wajah korban hingga korban meninggal dunia.
"Sekitar jam 1 itu muncullah niatan menghabisi korban. Tapi tersangka saat itu juga bimbang, dia berkali-kali keluar-masuk rumah, jadi bimbang dia, dan sekitar pukul 1 lewat itu dia nekat menghabisi korban," kata Alik.
Setelah menghabisi korban itu, tersangka pun lantas mengambil sejumlah barang milik korban dan kabur diri ke Pontianak.
Siswi SD Dipukul Pakai Gagang Cangkul
Kapolsek Sambas Kompol Sunarno bergerak cepat menanggapi kasus kekerasan terhadap anak yang viral di media sosial Facebook.
Kasus tersebut terjadi di Dusun Tempukung, Desa Tempatan, Kecamatan Sebawi.
Menurut kabar itu, telah terjadi pemukulan terhadap anak di bawah umur dengan menggunakan gagang cangkul oleh ibu kandungnya.
Kompol Sunarno yang turun langsung mengecek kasus ini, menyatakan kalau kekerasan itu memang benar terjadi.
Korban berinsial NN (11) merupakan pelajar kelas III SD di Dusun Tempukung, Desa Tempatan, Kecamatan Sebawi. Sementara ibunya berinsial R (42).
"Setelah kita cek di TKP memang benar adanya, kejadiannya kurang lebih satu minggu yang lalu. Pada saat kita datang ke TKP, kita bisa ambil keterangan dari orangtua dan NN (korban) yang saat ini masih berstatus sebagai pelajar," kata Sunarno, Selasa (29/1/2019).
Ia mengatakan, pihaknya telah melakukan pemeriksaan, meminta keterangan dan mencari saksi-saksi.
"Perkembangan anak kalau secara kasat mata ada ketakutan dari dia. Karena memang (ibunya) sering main tangan kalau anak salah," ungkapnya.
Saat berada di Kantor Desa Tempatan, NN mengatakan kalau peristiwa kekerasan itu terjadi sekitar 18 Januari 2019 lalu. Saat itu ia dituduh mencuri uang ibunya sebesar Rp 200 ribu.
Namun menurut NN, bukan dia pelaku pencurian itu. "Penyebabnya saye dibilang mencuri uang mama Rp 200 ribu, tapi itu bukan saye yang melakukan," ujarnya.
NN kemudian dipukul oleh ibunya menggunakan gagang cangkul kecil di bagian wajahnya. Akibatnya, wajah bocah ini menjadi lebam.
Setelah kejadian itu, NN dilarang oleh ibunya bersekolah. NN kemudian diminta untuk membantu ibunya bertani di kebun.
Menurut NN, itu bukanlah pemukulan atau kekerasan yang pertama kali dilakukan oleh R terhadapnya. Sebelumnya NN juga pernah disayat dengan pisau di lengan tangannya.
"Udah pernah beberapa kali dimarah mama, dulu pernah diiris pakai lading (pisau), tapi sudah lama," ujarnya.
Saat menceritakan kejadian itu di hadapan polisi perangkat desa, NN sempat beberapa kali meneteskan air mata. Ia terlihat ketakutan lantaran khawatir kembali dimarah oleh ibunya. (ferryanto/m wawan gunawan)