Natal

Natal Adalah Perwujudan Hikmat Tuhan Untuk Kebaikan Kemanusiaan

Natal bagi umat Kristiani memperingati dan merayakan kembali peristiwa kelahiran Yesus Kristus.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ ISTIMEWA
Pdt. Paulus Ajong, M.Th (Ketua PGIW Kalbar / Ketua Resort GKE Pontianak  / Pendeta GKE Pintu Elok Pontianak) 

Sehingga secara normatif, wujud hikmat Allah dalam diri manusia adalah terjalinnya keharmonisan hubungan, baik hubungan manusia dengan Tuhan,  maupun hubungan manusia dengan sesama dan alam ciptaan yang lainnya.

Namun, setelah kejatuhan manusia dalam dosa (Kej.3) mengakibatkan hikmat Allah terlepas dari jangkauan dan pengertian manusia.

Dampaknya, manusia hidup hanya menurut hikmat manusia,  lebih parah lagi manusia hidup dalam kebebalan dan kebodohan (bdk. Amsal 9).

Dampaknya, terjadinya ketidakharmonisan hubungan, baik antara manusia dengan Allah, maupun hubungan manusia dengan sesama dan alam sekitar.

Kerusakan hubungan manusia dengan Allah nampak ketika hikmat manusia (Pengetahuan, Pengertian dan akal pikiran) bukan untuk tahu dan mengerti apa yang baik dan benar menurut kehendak Allah, tetapi justru digunakan untuk meragukan, menolak bahkan melawan keberadaan Allah.

Kerusakan hubungan manusia dengan Allah berdampak pula rusaknya hubungan manusia dengan sesamanya dan alam sekitarnya.

Dalam konteks hubungan antar sesama nampak di satu sisi manusia masing-asing merasa paling benar sendiri, ingin menang sendiri, ingin selamat sendiri, dan saat bersamaan manusia rela mengobankan, menghancurkan dan membinasakan sesamanya.

Al hasil, dari 3.400 tahun peradaban  sejarah dunia tercatat, hanya 250 tahun saja dunia ini aman, nyaman, damai dan saling memanusiakan.

Selebihnya peradaban manusia lebih dominan hubungan serigala bagi sesamanya. Yaitu hubungan penuh  iri, dengki, benci, dendam, amarah, kekerasan, perampasan, pertikaian, pembunuhan, perang ; antar pribadi, kelompok dan antar negara(bdk. Muchtar Kusumaatmaja).

Begitu juga hubungan manusia dengan alam. Manusia memandang alam semata-mata sumber keuntungan ekonomi, yang harus dikeruk dan dieksloitasi sebesar-besarnya untuk keuntungan.

Akibatnya; kerusakan dan kepunahan ekologi tidak terhindarkan, yang pada gilirannya menjadi sumber bencana bagi kehidupan: banjir, tanah lonsor, kabut asap, kekeringan dan bencana alam lainnya.

Dalam iman Kristen, Kelahiran Yesus Kristus diimani sebagai perwujudan hikmat Allah bagi manusia (1 Kor.1:24).

Supaya manusia yang berdosa dan telah kehilangan hikmat Allah dapat dibenarkan, dikuduskan dan ditebus dan selanjutnya terjadinya pemulihan kembali “hikmat Allah” bagi manusia ( 1 Kor.1:30). Karenanya, makna Natal bagi umat Kristen di Indoensia umumnya dan di Kalbar khususnya adalah pentingnya umat Kristiani hidup berhikmat dalam segala hal; baik sebagai pribadi, maupun dalam keluarga, gereja dan di tengah masyarakat bangsa dan negara.

Kehidupan berhikmat, berarti umat Kristiani berjuang untuk hidup dalam kebaikan, kebenaran, kejujuran, peramah, penyabar, mau saling peduli dan berbagi dengan sesama.

Saat bersamaan umat berusaha menjauhi segala pikiran dan perbuatan yang jahat, negatif, buruk dan bisa mencelakan diri sendiri dan orang lain, seperti penyalahgunaan narkoba, miras, pergaulan bebas/menyimpang dan pelanggaran moral, etika dan hukum.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved