Ustadz Abdul Somad

VIDEO - Ustadz Abdul Somad Sebut Cincin Emas dan Kursi Mahal, Ternyata Ini Maksud Sang Ustaz!

Ustadz Abdul Somad Sebut Cincin Emas dan Kursi Maha, Ternyata Ini Maksudnya!............

Penulis: Nasaruddin | Editor: Nasaruddin
Youtube TVOne
Ustadz Abdul Somad saat tampil di Damai Indonesiaku TVOne, Selasa (20/11/2018). Pada kesempatan berbeda, Ustadz menyebut cincin emas dan kursi mahal, ternyata ini maksudnya. 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Nasaruddin

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Ustadz Abdul Somad menyebut kursi mahal dan cincin emas.

Soal kursi mahal dan cincin emas ini disampaikan Ustadz Abdul Somad bukan tanpa maksud.

Ustadz Abdul Somad ingin menyampaikan mengenai pelajaran yang ingin disampaikan pada kesempatan itu.

"Mari kita melihat proses jangan hanya melihat hasilnya. Hasilnya Tabligh Akbar, hasilnya pengajian tapi proses di belakang ini luar biasa," katanya dalam ceramah di Hijrah Fest 2018 JCC, Minggu (11/11/2018).

Dirinya kemudian bercerita saat akan berangkat ke Mesir, tahun 1998. Saat itu mereka tengah mengikuti pelatihan di Jakarta.

"Anak Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, hari libur mereka pulang ketemu orangtua. Kami yang dari Riau, dari Aceh, dari Madura, dari Jawa, Kalimantan, Sulawesi, nggak pulang karena ongkos mahal," katanya. 

"Jadi kami jalan-jalan, menggunakan metro mini. Dimana ketemu plaza, turun. Turun di Plaza Jakarta, kami sangka mall, sampai ke dalam, kantor banyak," katanya.

"Waktu sedang jalan, teman kami duduk di kursi. Lama dia duduk di kursi. Terus saya heran. Ente ngapain duduk di sini. Kemudian dia nunjuk. Ada apa? Rp 15 juta. Ada kursi harga 15 juta. Terus ngapain kamu duduk? Kita nggak punya. Paling nggak seumur hidup pernah duduk sekali aja," kata Ustadz Somad disambut tawa mereka yang hadir. 

Ustadz Somad melanjutkan, semua orang ingin duduk di kursi kayu jati, ukiran indah, dipajang di Plaza Jakarta. Harganya satu Rp 15 juta tahun itu (20 tahun lalu).

"Orang hanya tahu finishnya, finalnya. Bahwa dia kursi mahal. Tapi orang tidak pernah tahu proses dia menjadi kursi yang mahal. Bahwa dia berasal dari nun hutan pedalaman Jawa," katanya. 

Berapa lama dia di tengah hutan, digergaji, dipotong, dikuliti, dipahat, diukir di kertas pasir, didempul, disayat, disobek, dipotong, setelah itu dipaku.

Dibawa ke jakarta lalu kemudian dicat, pernis, cantik, indah barulah dipajang. 

"Orang tahu  hasilnya. Tapi proses dia sampai ke Jakarta orang tidak pernah tahu," katanya.

Ustadz Somad melanjutkan, seorang gadis cantik jelita, melihat di etalase kaca, cincin indah rupawan.

Berjalan bersama seorang laki yang gagah perkasa.

"Mas, nanti di hari pernikahan kita, kita pakai cincin ini ya. Cincin emas kuning berkilau dengan permata intan yang luar biasa," katanya.

"Orang cuman tahu, cincin emas disematkan di tangan seorang mempelai perempuan. Tapi orang tidak pernah tahu proses cincin itu menjadi cincin bagaimana," jelasnya. 

Dia nun dari pedalaman sungai di kalimantan.

Mereka mengambil kuali, kuali bukan untuk masak, tapi saat itu dimasukkan tanah liat yang kuning dimasukkan dalam kuali, digoyang di tepi sungai, untuk memisahkan tiga yang kuning. 

"Kuning tanah liat, kuning emas dan kuning satu lagi. Setelah diadakan seleksi, fit and proper test, yang tanah liat buang, yang kotoran sampah buang. Hanya menghasilkan butiran-butiran emas kecil," katanya. 

Butiran emas ini disatukan dengan emas lain kemudian dibakar, diberi mercuri, lalu kemudian dipahat.

Lalu kemudian diukir, kemudian dibentuk. Detil, cantik, indah. 

"Dilihat oleh tukang emas dengan kacamata super besar. Orang tidak pernah tahu proses itu. Orang cuman tahu hasilnya saja," katanya.

Allah tidak tanya kita, berapa orang yang kau buat taubat. Hai ustadz, berapa orang yang sudah kau beri hidayah.

Lihat video lengkapnya:

Gunakan Helikopter

Ustadz Abdul Somad menyampaikan tausiyah di acara Hijrah Fest 2018, JCC Senayan, Jakarta Selatan, Minggu (11/11/2018).

Sebelum menyampaikan tausiyahnya, Ustadz Somad datang menggunakan helikopter.

Selanjutnya, saat akan menuju lokasi acara, Ustadz Abdul Somad dibonceng anggota Polisi dengan pistol di pinggang.

Menggunakan sepeda motor, rombongan Ustadz Abdul Somad disambut antusias mereka yang hadir saat tiba di panggung utama.

Pada kesempatan itu, Ustadz Abdul Somad menyampaikan pentingnya mengetahui identitas dan makna hidup.

“Kalau gambar kita saja begitu penting bagi kita untuk mencari status, identitas, karena yang ada gambarnya di sini, berarti ustadz yang diundang. Maka andai tidak ada gambar saya, saya tersinggung juga,” katanya seraya tersenyum.

"Apalah arti gambar ustadz, baleho kan sudah banyak. Ini masalah identitas status diri. Padahal saya di sini hanya tegak 30 menit. Tapi penting untuk tahu saya ini siapa, kita ini dari mana, akan kemana. Di sini untuk apa. Di sini berapa lama. Harus tahu," ungkap Ustadz Somad.

Bayangkan nanti begitu kita di akhirat, ternyata tempatnya tidak ada.

"Jadi mau booking tempat, di sinilah tempatnya. Di alam yang tidak disuruh untuk lain, kecuali untuk beramal," katanya.

Pada kesempatan itu, Ustadz Abdul Somad bercerita, dirinya sejak awal sudah menyerah ketika Arie K Untung dan sahabat artis hijrah bertanya apakah dirinya bisa mengisi acara di JCC.

“Mohon maaf saya di Aceh. Saya nggak bisa. Dikontak dengan ustadz Haji Fadil Rahmi di Aceh, Ustadz Fadhil bisa kita? Tidak bisa," lanjutnya.

Tapi ternyata dengan semangat sahabat-sahabat, Ustadz Somad akhirnya bisa sampai ke lokasi acara.

"Saya ternyata datang kesini bukan mengajar. Saya justru belajar dari semangat mereka. Allahu Akbar....," katanya.

"Saya belajar dari mereka. Nampaknya saya yang mengajar. Dibuatkan gambar Ustadz Somad, diapit UBN dan AA Gym. Di bawah ada ustadz Felix Siaw, ustadz Salim Afillah, di atas kepala saya, ada bulatan. Biasanya yang di atas kepalanya ada bulatan itu dua, orang suci dan hantu," ujarnya disambut tawa mereka yang hadir.

“Yang tampil ke depan ustadz Somad, tegak berdiri. Ceramah, lantang. Assalamualaikum. Tapi ternyata di balik itu ada manusia-manusia yang luar biasa. Kita belajar dari mereka," tegasnya.

Menurut Ustadz Somad, belajar di buku biasa, belajar di kertas biasa.

Tapi Nabi mengajarkan, siapa yang melewati suatu jalan, di jalan itu dia mengambil ilmu.

"Ilmu bukan cuman di perpustakaan, ilmu bukan cuman dalam ayat-ayat, ilmu bukan cuman yang tersurat, tapi ada yang tersirat. Dalam persahabatan, dalam pertemanan, ada ilmu yang banyak saya dapat dari mereka, Allah mudahkan jalan menuju syurga," katanya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved