Mahasiswa Fakultas Teknik Untan Ciptakan Alat Ukur Kadar Karbon Monoksida pada Asap Rokok

Asap dari sebatang kecil rokok sesungguhnya sangat berbahaya untuk kesehatan manusia.

Penulis: Tri Pandito Wibowo | Editor: Madrosid
TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA
Mahasiswa Fakultas Teknik Untan Ciptakan Alat Ukur Kadar Karbon Monoksid 

Riki kemudian menjelaskan mengapa dalam pandangannya alat ukur kadar CO ini perlu dibuat. Ia menjelaskan bahwa CO adalah racun bagi tubuh manusia karena mengurangi jumlah oksigen yang diterima oleh sel-sel tubuh.

Sedangkan sel darah merah mengandung protein yang disebut hemoglobin yang membawa oksigen ke sel-sel tubuh.

Dikarenakan CO mengikat jauh lebih mudah dan erat dengan hemoglobin daripada oksigen, maka CO akan menggantikan oksigen dalam darah.

Ketika itu terjadi, sel-sel yang memerlukan banyak oksigen, seperti jantung, otot rangka dan sistem saraf pusat akan tidak dapat berfungsi dengan baik.

Prinsip kerja alat ini sebenarnya cukup sederhana. Dimulai dengan pengaktifan alat melalui cara menekan saklar ON.

Alat akan bekerja dengan mendeteksi kadar asap rokok dan kemudian akan mengirimkan data tersebut kepada Arduino Uno yang sebelumnya sudah deprogram agar dapat menyalakan lampu LED sesuai dengan level kadar CO yang terdeteksi.

Terdapat lima LED yang mengindikasikan kadar ppm yang juga mengikuti standar, yaitu LED putih akan menyala, apabila ppm yang terbaca kurang dari 50 ppm dan akan padam apabila lebih dari 50 ppm. LED hijau akan menyala, apabila ppm yang terbaca dalam rentang 51 - 100.

LED kuning akan menyala, apabila ppm terbaca dalam rentang 101 - 199. LED biru akan menyala, apabila ppm yang terbaca dalam rentang 200 - 299.

Terakhir, LED merah akan menyala, apabila ppm yang terbaca lebih dari 300. Data ppm yang terdeteksi akan ditampilkan melalui papan penampil LCD 2×16 karakter. Semakin tinggi nilai ppm mengindikasikan kadar CO semakin berbahaya.

Saat diujicobakan alat ini pada lima merk rokok berbeda, hasilnya valid dan menunjukkan kadar CO yang berbeda pada setiap merk rokok tersebut.

Hasil riset ini merekomendasikan kepada perokok aktif untuk dapat memilih kadar CO terendah dari kelima merk rokok tersebut.

Walaupun tentu saja yang paling baik adalah menghentikan kebiasaan merokok.

Ferry Hadary, salah satu dosen pembimbing yang juga Kepala Laboratorium Kendali Digital dan Komputasi turut menambahkan.

Bahwa ia dan laboratoriumnya telah menghasilkan berbagai macam hasil riset yang semoga bermanfaat untuk masyarakat.

Untuk aplikasi ke bidang kesehatan, ia menyatakan bahwa alat ukur kadar CO pada asap rokok ini hanyalah salah satu dari puluhan hasil kreativitas para mahasiswa bimbingannya yang juga diaplikasikan untuk bidang-bidang lainnya.

Ia pun berharap agar hasil-hasil riset ini akan mendapat tanggapan positif dari masyarakat, stake holder serta pihak industri guna dikembangkan lebih lanjut.

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved