Citizen Reporter
Edi Kamtono Berencana Daftarkan Sambal Wak Dolah sebagai Warisan Budaya Tak Benda
Ke depan, pihaknya berencana mengusulkan sambal Wak Dolah sebagai warisan budaya tak benda menyusul paceri nanas.
Penulis: Syahroni | Editor: Dhita Mutiasari
Citizen Reporter
Jimmy Ibrahim
Humas Pemkot Pontianak
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Sebanyak 30 kelompok peserta tampil menyajikan hidangan saprahan dalam Festival Saprahan yang digelar TP PKK Kota Pontianak di Pontianak Convention Center, Rabu (17/10). Seni menyajikan hidangan ini digelar dalam rangka memeriahkan Hari Jadi Kota Pontianak ke-247.
Satu persatu peserta dengan memakai pakaian khas Melayu Pontianak, baju kurung, memasuki area yang sudah disiapkan panitia.
Baca: Meriahkan Hari Jadi ke-247, 30 Peserta Meriahkan Festival Saprahan
Baca: Seru! 29 Kelurahan Ikut Festival Saprahan Hari Jadi Kota Pontianak 247
Mereka membawa berbagai hidangan dan menatanya di atas lantai yang beralaskan kain.
Pelaksana tugas (Plt) Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono mengatakan, Festival Saprahan ini sudah selayaknya memiliki standarisasi, baik cara penyajiannya, penampilan penyaji saprahan, peralatan makannya, hingga makanan yang dihidangkan.
“Kita akan menetapkan SOP saprahan supaya memiliki standar. Misalnya jenis makanan yang wajib dihidangkan, makanan tambahan, pakaian pembawa saprahan dan sebagainya,” ujarnya.
Ia menilai, dari tampilan dan rasa makanan yang disajikan oleh peserta sudah semakin baik. Sebagaimana diketahui, paceri nanas yang juga menjadi hidangan dalam saprahan, telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Ke depan, pihaknya berencana mengusulkan sambal Wak Dolah sebagai warisan budaya tak benda menyusul paceri nanas.
“Ini merupakan salah satu upaya kita dalam melestarikan budaya khas Pontianak,” sebut Edi.
Meskipun budaya saprahan secara umum juga ada di daerah lain di wilayah Kalbar, namun Edi menegaskan, ada beberapa perbedaan dengan Saprahan Melayu Pontianak.
“Secara umum sebagian hampir sama tetapi ada beberapa perbedaan misalnya cara menghidangkannya, makanannya maupun penampilan pembawa saprahan “ tuturnya.
Edi berharap Festival Saprahan yang rutin digelar setiap tahun ini bisa memberikan edukasi kepada masyarakat terutama generasi muda sehingga mereka bisa ikut melestarikan budaya saprahan ini.