BANYAK Yang Tak Tahu, Kuasa Hukum Beberkan 4 Fakta Dibalik Perceraian Delon-Yeslin Wang
Kabar tak sedap menghampiri rumah tangga penyanyi Delon dan Yeslin Wang. Setelah tujuh tahun menikah, Yeslin menggugat cerai Delon.
Penulis: Mirna Tribun | Editor: Mirna Tribun
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Kabar tak sedap menghampiri rumah tangga penyanyi Delon dan Yeslin Wang.
Setelah tujuh tahun menikah, Yeslin menggugat cerai Delon.
Hal tersebut diungkapkan oleh kuasa hukum Yeslin, Osner Johnson Sianipar.
"Sudah resmi kami ajukan gugatan cerai terhadap suaminya, Delon. Daftar gugatannya pada 8 Agustus 2018," kata Osner saat dihubungi wartawan via telepon, Rabu (15/8/2018).
Ia mengatakan saat pendaftaran gugatan, Yeslin tak hadir.
Hanya Osner dan timnya saja yang mewakili ketika itu.
Kuasa hukum Yeslin membeberkan fakta dibalik perceraian Delon dan Yeslon.
Di mana fakta-fakta itu tak diketahui banyak orang.
1. Sering Terjadi Pertengkaran
Mengenai alasan gugatan cerai kliennya, Osner mengatakan bahwa sering terjadi pertengkaran di antara Delon dan Yeslin.
Bahkan, menurut dia, sejak setahun pertama pernikahan mereka.
"Mereka berkeluarga selama kurang lebih tujuh tahun dan setahun berkeluarga udah sering terjadi keributan, cekcok, sampai saat ini," kata Osner.
"Jadi alasannya sudah tidak nyaman lagi, sudah tidak ada kesesuaian dalam menjalani rumah tangga," tambahnya.
2. Sang Istri Sudah Tak Cinta Lagi
Menurut kuasa hukum Yeslin, Osner Johnson Sianipar, kliennya sudah tidak lagi mencintai Delon, salah satunya karena percekcokan terus-menerus.
"(Yeslin) sudah tidak ada rasa (cinta) lagi. Yeslin sudah tidak mau (melanjutkan pernikahan)," kata Osner kepada wartawan saat dihubungi via telepon, Rabu (15/8/2018).
3. Yeslin Tak Suka Sifat Delon Yang Tak Pernah Berubah
Ada sikap atau sifat Delon yang membuat Yeslin kurang nyaman dan ia ingin Delon mengubahnya.
"Sebenernya Yeslin sudah berusaha maksimal bagaimana biar Delon itu berubah, tapu perlahan dia ikutin, tidak ada perubahan," ucap kuasa hukum Yeslin Osner.
"Walaupun sudah dinasehati selaku istri, karena tidak ada perubahan dan kenyamanan juga terganggu, akhirnya diputuskan Yeslin untuk ajukan gugatan cerai," imbuhnya.
4. Sidang akan Digelar Akhir Agustus
Osner belum bisa memastikan kapan jadwal sidang pertama perceraian Delon dan Yeslin.
Ia mengatakan, kemungkinan sidangnya digelar akhir Agustus ini.
"Sidang perdana sendiri kemungkinan tanggal 20-an ya karena sudah seminggu kami daftarkan. Tanggal 20-an biasa sudah ada panggilan sidang perdana," ujarnya. (tribunpontianak.co.id/kompas.com)
Hasil Penelitian, Inilah 7 Faktor Terbesar Penyebab Perceraian di Dunia
Perceraian adalah ketakutan setiap pasangan yang telah berumah tangga maupun ingin menuju ke jenjang tersebut.
Penelitian menyatakan bahwa faktor penyebab terbesar perceraian adalah kondisi ekonomi.
Namun sebelum menyentuh masalah di faktor tersebut, ternyata ada beberapa faktor lain yang mampu melatarbelakangi terjadinya perceraian.
Beberapa faktor penyebab perceraian tersebut diketahui sebagai faktor terbesar yang diambil dari hasil rata-rata di berbagai penjuru dunia.
Dilansir dari sciencealert, inilah 7 di antaranya!
1. Menikah di usia remaja atau lebih dari 32 tahun.
Waktu terbaik untuk menikah menurut penelitian ternyata memang saat kamu dan dia merasa sama-sama sudah siap, baik secara fisik maupun batin.
Menurut penelitian Nicholas Wolfinger, setelah usia 32 tahun, jika menikah, risiko perceraian meningkat 5% setiap tahunnya.
Selain itu makin besar jarak usia di antara pasangan, makin tinggi pula risiko perceraiannya.
2. Suami di keluarga tersebut gak bekerja full-time atau gak bekerja sama sekali, apalagi jika budaya lingkungannya menuntut sebaliknya.
Sebuah penelitian Harvard di tahun 2016 menemukan bahwa suami yang gak bekerja memiliki risiko perceraian lebih tinggi dari kondisi ekonomi keluarga yang di bawah rata-rata.
Status bekerja istri diketahui gak berpengaruh besar pada risiko perceraian.
Penelitian menggarisbawahi bahwa stereotipe lingkungan yang mengharuskan pria di keluarga untuk bekerja itulah penyebab utama risiko perceraian tersebut.
3. Semakin rendah tingkat pendidikan, semakin besar risiko perceraian.
Sebuah penelitian yang dilakukan sejak tahun 1979 oleh National Longitudinal Survey of Youthmenemukan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin kecil risiko perceraiannya ketika ia berumah tangga.
Secara gak langsung, rendahnya tingkat pendidikan sering berdampak pada rendahnya pendapatan dan rendahnya perkembangan karakter jika disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Inilah yang memicu tingginya tingkat perceraian pada para pasangan tersebut.
4. Sering merendahkan atau meremehkan pasanganmu.
John Gottman, seorang psikolog dari University of Washington dan founder dari Gottman Institute, menyatakan bahwa ada beberapa kebiasaan dalam hubungan yang disebut "empat penyebab utama bencana hubungan", antara lain sering menganggap pasanganmu lebih "rendah" darimu, men-cap kebiasaan pasanganmu sebagai karakter dirinya, playing victim atau selalu merasa sebagai korban dalam situasi yang sulit, selalu menyetop percakapan atau menghindari diskusi.
5. Terlalu gegap gempita berlebihan sebagai pasangan baru menikah.
Kalau kamu gak berpelukan dan berciuman sebagai pasangan baru menikah, itu tanda bermasalah.
Namun kalau kamu juga harus terus selalu bersama, itu juga bisa jadi masalah.
Psikolog Ted Huston menyatakan dalam penelitiannya di tahun 2001 bahwa pasangan yang bercerai setelah 7 tahun atau lebih, mayoritas sangat susah "dipisahkan" di tahun-tahun pertamanya, bahkan oleh kondisi yang mendesak.
Aviva Patz juga meneliti bahwa pasangan yang intensitas kebersamaannya terlalu berlebihan di awal, akan lebih susah mempertahankannya seiring berjalannya waktu.
Karena begitu intensitasnya sedikit saja berkurang, akan menimbulkan banyak asumsi, yang menimbulkan konflik hingga berujung cerai. Jadi, jalani dengan santai dan senang secukupnya.
Temukan intensitas kesibukan positif yang sebanding, yang bisa membangun diri masing-masing.
Sehingga ketika ada waktu bersama, kalian akan sangat menghargainya, bukan sekedar sebagai sesuatu yang biasa dijalani. Ini salah satu kunci hubungan sehat bisa bertahan lama.
6. Terlalu sering kabur dalam perdebatan atau konflik.
Ketika pasanganmu mencoba membicarakan sesuatu denganmu, apakah kamu diam dan gak mau mendengarkan atau kabur begitu saja?
Kalau iya, itu tanda hubungan yang gak sehat.
Penelitian yang dipublikasi dalam Journal of Marriage and Family tahun 2013 menyebutkan bahwa kebiasaan "kabur dari konflik" akan meningkatkan risiko perceraian jadi sangat tinggi.
Menurut penelitian Communication Monographs tahun 2014, gak ada pasangan yang bahagia dengan adanya kebiasaan ini.
7. Sering mendeskripsikan hubunganmu dalam sudut pandang yang negatif.
Sejak tahun 1992, penelitian dari University of Washington mengembangkan prosedur analisis risiko putusnya pasangan melalui pembicaraan yang dilakukan oleh tiap mereka.
Mereka yang suka menjelek-jelekkan hubungan mereka sendiri ternyata besar sekali risiko perceraiannya.
Para peneliti menggunakan 6 parameter berikut untuk menilai tiap pasangan:
1. Kedekatan satu sama lain.
2. Rasa kebersamaan sebagai satu pasangan dalam rumah tangga.
3. Seberapa sering mereka sebagai pasangan saling melengkapi satu sama lain.
4. Tingkat negativitas (dalam pembicaraan maupun perilaku).
5. Tingkat kekecewaan pada rumah tangganya.
6. Bagaimana mereka mendeskripsikan masalah dalam rumah tangga mereka.
Jadi, itulah 7 faktor terbesar penyebab perceraian dari seluruh dunia.
Ingat bahwa ini diambil dari data rata-rata, bukan berarti tiap faktor mutlak menyebabkan perceraian.
Namun setidaknya ada poin-poin yang bisa dijadikan pelajaran agar hubungan pernikahanmu lebih sehat.
Minimal mengusahakan diri agar selalu bersikap dan bertutur kata positif.
Yuk Follow Instagram tribunpontianak.