Gerhana Bulan Total

4 Fakta Menarik Tentang Gerhana Bulan yang Terjadi Sabtu Dini Hari! Terlama di Abad Ini

Semakin lama maka bagian gelap bulan ini semakin besar, hingga akhirnya seluruh piringan Bulan memasuki umbra Bumi pukul 02.30 WIB.

Penulis: Marlen Sitinjak | Editor: Marlen Sitinjak
Youtube/Bosscha Observatory
Gerhana Bulan Total (Blood Moon), Sabtu (28/7/2018) 

TRIBUNPONTIANAK.co.id/Marlen Sitinjak

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Gerhana Bulan Total (GBT) pun telah berlalu. 

Gerhana Bulan merupakan peristiwa terhalangnya cahaya Matahari oleh Bumi sehingga cahaya tidak semuanya sampai ke Bulan.

Peristiwa yang terjadi akibat dinamisnya pergerakan posisi Matahari, Bumi, dan Bulan ini hanya berlangsung saat fase purnama dan dapat diprediksi sebelumnya.

Artinya fenomena alam yang terjadi, Sabtu (28/7/2018) dinihari itu merupakan peristiwa langka.

Baca: RAMALAN ZODIAK - Asmara Sedang Berbunga-bunga

Baca: TERPOPULER - Dari Teroris di Kapuas Hulu Rencanakan Teror Hingga Dampak Gerhana Bulan Pada Zodiak

Butuh puluhan tahun atau bahkan ratusan tahun, fenomena serupa terjadi lagi. 

Artinya dapat peristiwa ini hanya dapat disaksikan sekali seumur hidup.

Bagi Anda yang tidak sempat menyaksikan peristiwa tersebut, berikut Tribunpontianak.co.id mengulas fakta unik tentang Gerhana Bulan Total (GBT), Sabtu (28/7/2018) dinihari:

1. Proses Gerhana Bulan

Dilansir dari Tribunnews, proses GBT terlama pada abad ke 21 dengan waktu 6 jam 14 menit dimulai pada saat Bulan mulai memasuki penumbra bumi pukul 00.13 WIB.

Pada proses ini kecerahan bulan lebih redup dibandingkan dengan kecerahan sebelum gerhana.

Deputi Bidang Geofisika BMKG, Muhammad Sadly mengatakan perubahan kecerahan tidak dapat dilihat oleh kasat mata.

"Perubahan kecerlangan ini tidak dapat dideteksi oleh mata tanpa alat, hanya dapat dideteksi dari hasil perbandingan perekaman antara sebelum gerhana dan setelah gerhana," ujar Sadly di Gedung A BMKG, Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (28/7/2018).

Kemudian bulan memasuki umbra Bumi pada pukul 01.24 WIB fase gerhana sebagian dimulai.

"Hal ini ditandai dengan sedikit lebih gelapnya bagian Bulan yang mulai memasuki umbra Bumi," katanya.

Semakin lama maka bagian gelap bulan ini semakin besar, hingga akhirnya seluruh piringan Bulan memasuki umbra Bumi pukul 02.30 WIB.

Sementara itu puncak GBT akan terjadi pada pukul 03.22 WIB, bagian bulan akan memerah dan mencapai puncak merah yang merupakan saat puncak gerhana.

"Memerahnya piringan Bulan ini karena cahaya Matahari dihamburkan atmosfer Bumi, selanjutnya bagian cahaya merahnya diteruskan sampai Bulan, karena itu fase totalitas Gerhana Bulan Total akan berwarna kemerahan," katanya.

Memerahnya piringan bulan akan berakhir pada pukul 04.13 WIB ketika piringan bulan memasuki penumbra Bumi.

"Sejak itu, piringan Bulan terlihat gelap kembali plus adanya bagian terang pada piringan Bulan, yang menandakan peristiwa gerhana Bulan sebagian kembali terjadi," kata fadly.

Pada pukul 05.19 WIB bulan akan kembali terlihat terang dan semakin membesar.

Rangkaian fase-fase GBT tersebut diamati langsung oleh BMKG di 24 titik diseluruh Indonesia.

2.  GBT 103 Menit

GBT memasuki fase puncak terlihat dengan bulan yang berwarna kemerah-merahan.

Fase puncak terjadi pada pukul 03.22 WIB, piringan bulan terlihat memerah dan telah mencapai puncak gerhana.

"Memerahnya piringan Bulan ini karena cahaya Matahari dihamburkan atmosfer Bumi, selanjutnya bagian cahaya merahnya diteruskan sampai Bulan, karena itu fase totalitas Gerhana Bulan Total akan berwarna kemerahan," ujar Deputi Bidang Geofisika BMKG, Muhammad Sadly, Sabtu (28/7/2018).

Fase puncak ini berakhir pada pukul 04.13 WIB, ketika piringan bulan memasuki penumbar bumi.

"Sejak itu, piringan Bulan terlihat gelap kembali plus adanya bagian terang pada piringan Bulan, yang menandakan peristiwa gerhana Bulan sebagian kembali terjadi," kata Sadly.

Gerhana Bulan Total ini merupakan yang terlama pada abad ini dengan total GBT 103 menit.

"Puncaknya itu selama 103 menit," katanya.

Tonton Videonya:

3. Gelombang Tinggi

PLT Kepala Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu, Bambang Setiyo Prayitno mengatakan Gerhana Bulan Total tidak terlalu mempengaruhi pasang surut air laut.

"Bahwa Gerhana Bulan Total ini pengaruhnya sangat kecil hanya ke pasang surut air laut," ujar Bambang di Gedung A BMKG Lantai 13, Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (28/7/2018).

Bambang mengatakan pasangnya air laut bukan disebabkan oleh Gerhana Bulan tetapi merupakan suatu peristiwa meteorologi.

"Terjadinya gelombang yang besar itu buka dari pengaruh Gerhana Bulan tadi tapi itu peristiwa meteorologi akibat ada perbedaan temperatur di selatan jawa asutralia dan di utara sehingga menimbulkan gelombang tinggi," katanya. 

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) gelombang tinggi akan terjadi hingga awal Agustus.

"Menurut informasi dari badan meteorologi sampai awal Agustus masih ada," katanya.

Bambang mengatakan yang paling diwaspadai adanya gelombang tinggi adalah selatan jawa.

"Umumnya di selatan jawa ya harus diwaspadai," katanya.

4. Radiasi Meningkat Hoax

PLT Kepala Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu, Bambang Setiyo Prayitno menyatakan berita radiasi yang meningkat saat gerhana bulan total adalah hoax.

"Itu berita hoax ya," ujar Bambang.

Bambang mengatakan ledakan intens radiasi yang berasal dari pelepasan energi magnetik yang berhubungan dengan sunspot disebut sebagai Solar Flare.

"Jadi memang kalau kita sebut dengan Solar Flare jadi dari angin matahari atau badai matahari," katanya.

Solar Flare sendiri terjadi hingga dua sampai tiga hari, Bambang mengatakan tidak mungkin bisa terjadi secara tiba-tiba.

"Jadi proses badai magnet itu waktunya dua sampai tiga hari jadi gak mungkin tiba-tiba ada peristiwa seperti itu dan dari hasil pantauan tidak ada peristiwa seperti itu," katanya.

Sementara itu, Deputi Bidang Geofisika BMKG, Muhammad Sadly mengatakan jika memang ada berita tidak benar itu menjadi tantangan bagi BMKG.

"Saya tambahkan jadi memang kalau ada fenomaena seperti ini berita hoax banyak sekali itu juga tantangan bagi kami di samping kami lakukan pemantauan kita juga harus hapus hoax gitu, jadi jangan sampai hoax berantai," ujar Sadly.

Sadly mengingatkan jika informasi bukan dari BMKG sebaiknya tidak perlu dipercaya.

"Kita juga BMKG fungsinya memberikan informasi tapi selama bukan dari BMKG itu saya pikir gak usah dipercaya karena masyarakat harus mengikuti informasi dari BMKG," katanya. (*)

Like Tribun Pontianak Interaktif on Facebook:

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved