Berita Video

Berakhir Damai, Terdakwa Ujaran Kebencian Nangis, Bersujud, Hingga Peluk Cornelis

Terdakwa dugaan ujaran kebencian terhadap Cornelis yakni Pindarto Rahmad, meminta maaf kepada Cornelis dengan menangis dan memeluk Cornelis.

Penulis: Alfon Pardosi | Editor: Madrosid

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Alfon Pardosi

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, LANDAK - Terdakwa dugaan ujaran kebencian terhadap Cornelis yakni Pindarto Rahmad, meminta maaf kepada Cornelis dengan menangis dan memeluk Cornelis.

Permintaan maaf Pindarto Rahmad tersebut terjadi saat persidangan ke 5 dengan agenda mendengarkan ketarangan saksi di Pengadilan Negeri (PN) Ngabang pada Senin (21/5/2018).

Saat persidangan tersebut, Cornelis yang juga Presiden Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) ini dihadirkan menjadi saksi.

Presiden MADN Cornelis, menjadi saksi persidangan dugaan ujaran kebencian terhadap dirinya di Pengadilan Negeri (PN) Ngabang pada Senin (21/5/2018).
Presiden MADN Cornelis, menjadi saksi persidangan dugaan ujaran kebencian terhadap dirinya di Pengadilan Negeri (PN) Ngabang pada Senin (21/5/2018). (TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ALFONS PARDOSI)

Untuk didengarkan keterangannya oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) kejaksaan Negeri (Kejari) Landak.

Ketika proses sidang berlangsung, hakim sempat menanyakan kepada saksi yakni Cornelis.

Apakah membuka pintu maaf kepada terdakwa Pindarto Rahmad, dan Cornelis menjawab.

Sebagai manusia biasa, pasti tidak luput dari kesalahan.

Baca: Sidang Dugaan Ujaran Kebencian Terhadap Cornelis, Tonton Videonya

Lanjut Cornelis lagi menjawab pertanyaan hakim, apa lagi saat ini adalah bulan suci ramadan.

Sesaat setelah Cornelis mengatakan itu, terdakwa Pindarto Rahmad pun menangis dibangkunya disebelah kanan kuasa hukumnya.

Tidak lama berselang, sambil tetap menangis terdakwa langsung menghampiri Cornelis dan bersujud sambil memegang tangan Cornelis.

Terdakwa ujaran kebencian meminta maaf kepada Cornelis dan berakhir damai dalam sidang
Terdakwa ujaran kebencian meminta maaf kepada Cornelis dan berakhir damai dalam sidang (TRIBUPONTIANAK.CO.ID/ALFON PARDOSI)

Saat itu Cornelis duduk dibangku saksi di hadapan majelis hakim.

Sambil berucap seperti berbisik, mantan Gubernur Kalbar ini menyebutkan bahwa sebenarnya ia sudah lama menunggu kedatangan dari Pindarto Rahmad untuk datang langsung meminta maaf kepadanya.

Kemudian Cornelis pun berdiri dan diikuti oleh Pindarto Rahmad, dan keduanya berpelukan.

Momen itu pun langsung diabadikan oleh peserta sidang yang hadir saat itu untuk mengambil foto mau pun video.

Setelah momen berpelukan tersebut selesai.

Cornelis kembali menjelaskan kepada hakim, dirinya memang tidak melihat langsung postingan dari Pindarto Rahmad yang oleh masyarakat dianggap melecehkan dirinya.

"Jadi saya mendapat laporan dari masyarakat saya, untung mereka melapor terlebih dahulu ke saya. Kalau tidak lapor, mau jadi apa terdakwa ini. Karena setelah mendapat laporan itu, kita sepakat untuk diserahkan ke kepolisian," terang Cornelis.

Baca: Cegah Peningkatan Angka Kejadian Diabetes, Dosen Ini Gelar Pendampingan Warga

Selain itu kata Cornelis, dirinya meminta masyarakat untuk tenang dan menyerahkan semuanya kepada aparat hukum.

"Karena saya tidak mau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Kita hanya ingin situasi di Kalbar ini tetap bisa kondusif," akunya.

Seperti apa suasana persidangan yang terdakwa meminta maaf dengan menangis hingga memeluk Cornelis, saksikan videonya di atas.

Cornelis Jadi Saksi Persidangan Dugaan Ujaran Kebencian

Presiden Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) Cornelis hadir menjadi saksi dipersidangan dugaan ujaran kebencian di Pengadilan Negeri (PN) Ngabang pada Senin (21/5/2018).

Mantan Gubernur Kalbar dua periode tersebut, hadir dengan menggunakan stelan jas hitam. Dimana dirinya dihadirkan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU), untuk mendengarkan ketersangan sebagai saksi. 

Seperti diketahui, Cornelis diduga menjadi bahan ujaran kebencian oleh terdakwa Pindarto Rahmad sekitar tahun yang lalu. Saat itu Pindarto Rahmad menuliskan status di Media Sosial Facebook. 

Kemudian oleh masyarakat yang tidak terima dengan postingan Pindarto Rahmad tersebut, dilaporkan ke pihak kepolisian dan kemudian berlanjut ke proses persidangan. 

Turut hadir dalam sidang tersebut Ketua DAD Landak Heri Saman, oraganisasi kepemudaan di Landak diantaranya FPDL, POB dan lainnya.

Cornelis : Saya Tidak Pernah Diusir Dari Aceh

Presiden Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) Cornelis menegaskan bahwa dirinya tidak pernah diusir dari Aceh seperti pemberitaan yang sempat heboh sekitar satu tahun yang lalu.

Dimana saat itu dirinya menghadiri kegiatan Pekan Nasional Kontak Tani Nelayan Andalan (Penas KTNA) ke 15 tahun 2017.

Kemudian Cornelis hadir atas undangan dari Presiden RI Joko Widodo yang sekaligus membuka kegiatan.

"Saya tidak pernah diusir dari Aceh, saat itu saya menghadiri undangan dari Pak Presiden dalam acara Penas KTNA," ujar Cornelis menjawab pertanyaan JPU saat menjadi saksi dipersidangan dugaan ujaran kebencian terhadap dirinya di Pengadilan Negeri (PN) Ngabang pada Senin (21/5/2018).

Seperti diketahui, Cornelis menjadi korban dugaan ujaran kebencian oleh terdakwa Pindarto Rahmad yang juga Pegawai BPN Landak.

Saat itu Pindarto Rahmad memposting status dengan menuliskan kata-kata di Media Sosial Facebook.

Baca: Foto-Foto Upacara Adat Nyolat Borohon Dayak Udanum dari Kabupaten Sintang PGD ke-33

Bunyi dari status yang dituliskan oleh Pindarto Rahmad saat itu kira-kira seperi berikut.

"Untuk Anda Sang Provokator Selamat Menikmati, Anda Diusir Dari Aceh"

Atas status tersebut, sebagian masyarakat merasa resah.

Karena dianggap telah melecehkan wibawa Cornelis yang pada saat itu masih menjabat Gubernur Kalbar aktif dan Presiden MADN.

Selanjutnya Pindarto Rahmad dilaporkan ke polisi, dan berlanjut hingga ke proses persidangan.

Postingan dari Pindarto Rahmad tersebut dibuat, buntut dari video Cornelis saat berpidato ketika membuka acara Naik Dango di Ngabang pada Tahun 2017.

Dimana video Cornelis juga diedit, intinya menolak FPI masuk ke Kalbar.

Tapi saat itu diplesetkan dan dianggap Cornelis mengajak untuk mengusir ulama.

Dalam persidangan ke 5 dengan agenda mendengarkan keterangan saksi oleh JPU, Cornelis sendiri menjadi saksi.

Terkait pemberitaan dirinya yang sempat diusir di Aceh, menurutnya itu tidak benar.

"Jadi saya tidak ada diusir dari Aceh, saya hadir dari pembukaan sampai selesai oleh Pak Presiden. Bahkan pada malamnya, kami juga ada berkumpul dengan para Muspida di Aceh," akunya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved