Berita Video
Tujuh Jembatan Ambruk Diterjang Air, Warga Buat Jalur Alternatif
Runtuhnya jembatan tersebut otomatis mempersulit warga di Dusun Wono Mulyo dan Dusun Teluk Binjai untuk menuju pasar di Kecamatan Rasau
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KUBU RAYA - Sebanyak tujuh jembatan di Desa Sungai Bulan, Kecamatan Sungai Raya ambruk, Minggu (15/4) malam. Kondisi ini mengakibatkan 346 kepala keluarga (KK) di wilayah tersebut terisolir.
Pj Kades Sungai Bulan, Sukalim, mengatakan jembatan yang terputus di wilayahnya tersebut menghubungkan sebagian Dusun Wono Rejo dan Dusun Teluk Binjai. Selain itu juga menghubungkan Dusun Wono Sari dengan Dusun Wono Mulyo.
"Kalau untuk Dusun Wono Rejo berjumlah 266 KK. Sementara Dusun Wono Mulyo sebanyak 240 KK dan Dusun Teluk Binjai sebanyak 80 KK," ujarnya, Senin (16/4/2018).
Baca: Warga Desa Sungai Bulan Swadaya Bangun Jembatan Darurat
Runtuhnya jembatan tersebut otomatis mempersulit warga di Dusun Wono Mulyo dan Dusun Teluk Binjai untuk menuju pasar di Kecamatan Rasau.
Sebab, memang akses pasar terdekat untuk Desa Sungai Bulan ini lebih dekat ke Kecamatan Rasau.
Baca: Musibah Ambruknya 7 Jembatan Desa Sungai Bulan, Sabran Achyar : Perlu Gerak Cepat Atasi Masalah
"Ini memang akses vital bagi masyarakat di Dusun Binjai dan Dusun Wono Mulyo. Jadi kegiatan sehari-hari mereka sangat terganggu," katanya.
Sukalim mengatakan di wilayah tersebut tidak hanya jembatan saja yang rubuh. Bahkan motor air milik warga juga menjadi korban luapan Air di sungai tersebut.
"Semuanya ada tujuh jembatan roboh. dari jumlah itu sebanyak lima jembatan permanen dan dua jembatan dari kayu. Selain itu dua motor air warga juga terkena dampaknya dan dua dermaga juga ambruk," ujarnya.
Diakuinya peristiwa ambruknya jembatan di desanya tersebut terjadi sekitar pukul 21.00 WIB.
"Hujan dari sore lebat, jam 9 malam, sudah terjadi bencana banjir dan akhirnya meruntuhkan jembatan yang cukup vital tersebut," lanjutnya.
Dengan ambruknya jembatan tersebut maka akses jalan antardusun sangat terganggu. "Jadi tiga jembatan yang roboh itu menghubungkan Dusun Wono Sari dengan Dusun Wono Mulyo. Sementara dua jembatan di Wono Rejo membelah dusun Wono Rejo dan juga Dusun Teluk Binjai yang lebih masuk ke dalam," ungkapnya.
Diakuinya untuk menghubungkan kedua dusun tersebut, Dusun Wono Mulyo dan Teluk Binjai maka digunakan perahu.
"Sementara kita menggunakan perahu kecil dan motor air untuk menyebrangkan masyarakat antardusun ini. Kita bersama warga juga membuat jembatan darurat untuk sementara waktu," lanjutnya.
Ia berharap pemerintah daerah dapat segera melakukan perbaikan pada akses jembatan tersebut. Karena tentu saja keberadaan jembatan tersebut sangat penting.
"Semoga ini bisa segera diperbaiki karena sangat vital. Kasihan adik-adik kita yang mau sekolah. Masyarakat juga kesulitan mendistribusikan hasil pertanian dan perkebunan," tuturnya.
Sementara itu Kepala Dusun Wono Rejo, Santoso, mengatakan untuk jembatan yang berada di dusunnya memang dibangun sudah cukup lama. Termasuk aliran sungai yang ada di lokasi tersebut juga bukan sungai alami.
"Ini sungai dibuat saat program transmigrasi tahun 1983 dulu termasuk jembatan yang dibangun ini. Jadi ini juga bukan sungai alami, tapi memang sengaja dibuat di sini," ujarnya.
Diungkapkan jembatan pertama memang roboh berasal dari Dusun Wono Mulyo yang akhirnya menghancurkan jembatan di Dusun Wono Rejo. "Jadi di sini puncaknya, awalnya dari Dusun Wono Rejo dan habis jembatan dari ujung ke sini yang terakhir. Semuanya jembatan sudah tua, tapi yang di Wono Rejo ini baru diperbaiki dua tahun lalu," katanya.
Ia mengatakan memang sebaiknya kaki-kaki jembatan lebih baik dibangun sedikit renggang. Sehingga sampah tidak menumpuk dan tersangkut di jembatan yang akhirnya mengakibatkan jembatan roboh karena tidak mampu menahan beban.
"Jembatan ini kan roboh karena sampah dan tanaman air yang menyangkut di jembatan. Kalau kaki-kakinya jarang sekitar enam atau delapan meter tentu sampahnya bisa lewat," katanya.
Dikatakan, jarak ketinggian air saat pasang dengan jembatan cukup jauh sekitar dua meter. Saat ini dia bersama warganya sedang berusaha membangun jembatan darurat untuk mempermudah akses antardusun tersebut.
"Kita rencananya membangun jembatan darurat dari pohon akasia untuk sementara saja. Sebab yang namanya jembatan darurat tentu tidak kuat. Harapan kami semoga jembatan ini bisa segera diperbaiki dan kalau bisa dibangun permanen semuanya," harapnya.
Dihubungi terpisah Bupati Kubu Raya, Rusman Ali, mengatakan dirinya langsung meminta instansi terkait segera melakukan tindakan penanganan. Sehingga diharapkan tidak mengganggu aktivitas masyarakat.
"Ini kan bencana, karena curah hujan yang tinggi menyebabkan debit air tinggi dan ini juga karena tumbuhan air yang hanyut dan merobohkan beberapa jembatan kita. Saya akan segera minta Dinas PUPR menindaklanjutinya dan saya minta segera dibagun jembatan darurat," ujar Rusman Ali.
Bupati Rusman Ali meminta agar masyarakat yang tinggal di sekitar sungai juga dapat berhati-hati dan waspada. Dengan tingginya curah hujan saat ini, agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan baik materi maupun non materi masyarakat.
"Kepada masyarakat di pesisir agar lebih waspada dengan tingginya curah hujan ini dan lebih berhati-hati," tuturnya.