Dampak Buruk Perceraian Orangtua Pengaruhi Psikologi Anak dan Keluarga

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Sahirul Hakim

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KAPUAS HULU - Seorang tokoh masyarakat Kapuas Hulu H Ibnu Abbas menyatakan, efek dari perceraian dalam rumah tangga, pasti akan mempengaruhi psikologis terutama anak, istri dan suami itu sendiri, serta juga keluarga kedua belah pihak.

"Setiap dalam ajaran agama, pasti melarang yang namanya perceraian dalam hidup rumah tangga. Namun apabila, persoalan sudah tidak bisa dipertahankan dalam rumah tangga, maka jalan satu-satunya adalah cerai," ujarnya kepada Tribun, Selasa (20/2/2018).

Maka dalam penanganan kasus perceraian di pengadilan agama, jelas Ibnu pasti mengutamakan mediasi baik yang menggugat maupun tergugat. Dengan tujuan adalah, bagaimana dalam rumahnya tangga tersebut, tidak ada perceraian.

Baca: KONI Kalbar Sebut Atlet Tinju Profesional Perlu Perhatian

"Tapi apabila cara mediasi sudah tak bisa dilakukan, maka mau tidak mau harus diselesaikan dalam persidangan perceraian. Jadi pada dasarnya, adalah negara sendiri juga tidak membolehkan adanya perceraian dalam hidup rumah tangga," ucapnya.

Terkait faktor perceraian itu sendiri jelas Ibnu, saat ini sangat mudah terutama masalah perkembangan teknologi, seperti HP yang didalamnya ada aplikasi Facebook, Twitter, dan beberapa dunia maya lainnya.

"Begitu faktor ekonomi, yang saat ini memang perekonomian kita sangat lemah, dan mencari kerja juga susah. Kalau tak kuat imam maka mudah terjadi perkelahian dalam rumah tangga, dan munculah kekerasan dalam rumah tangga," ujarnya.

Maka dari itu Ibnu mengimbau, kepada seluruh masyarakat tentunya yang sudah berkeluarga, untuk berhati-hati menggunakan teknologi, jangan sampai sepele menjadi hal besar dalam rumah tangga. "Kuatkan iman dan taqwa. Insya Allah, keluarga kita akan selalu terjaga dengan baik," ungkapnya.