Sumpah Pemuda Momentum Evaluasi Peran Pemuda bagi Bangsa Indonesia

Menurut mahasiswa semester 3, Jurusan Akuntansi Keuangan Perusahaan, Poltesa ini, kemajuan zaman ini ibarat pedang bermata dua

Penulis: Tito Ramadhani | Editor: Dhita Mutiasari
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/TITO RAMADHANI
Pahmi Ardi, mahasiswa Politeknik Negeri Sambas (Poltesa). 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Satu di antara mahasiswa Politeknik Negeri Sambas (Poltesa), Pahmi Ardi memaknai peringatan hari Sumpah Pemuda sebagai momentum mengevaluasi sejauh mana peran pemuda, berkontribusi terhadap pembangunan di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Menurutnya, pemuda seharusnya adalah generasi yang menjadi harapan bagi Bangsa Indonesia, dan pemuda adalah penyemangat berdirinya Bangsa Indonesia.

"Namun, apakah semua pernyataan tersebut benar? Pemuda sendirilah yang pantas untuk menjawab pertanyaan tersebut. Saat ini zaman sudah semakin modern, perkembangan peradaban dunia khususnya di Indonesia sudah semakin maju," ungkap Pahmi, Jumat (27/10/2017).

(Baca: Mengenang Peristiwa Sambas Berdarah - Kisah Dibalik 27 Oktober Dan Usulan Hari Kebangkitan Sambas )

Menurut mahasiswa semester 3, Jurusan Akuntansi Keuangan Perusahaan, Poltesa ini, kemajuan zaman ini ibarat pedang bermata dua.

Pertama bisa menjadikan bangsa ini menjadi semakin lebih baik.

Ataupun yang kedua, bisa sebaliknya menjadikan Bangsa Indonesia justru kembali menjadi zaman kejahiliyahan.

(Baca: Mengenang Peristiwa Sambas Berdarah - Heroiknya Tokoh Pejuang Melawan Kolonial Belanda di Sambas )

"Untuk itu, coba kita berkaca apakah yang terjadi di Indonesia saat ini? Hadirnya Internet menjadi bukti dari kemajuan peradaban dunia saat ini. Begitu banyak kreasi-kreasi yang dihasilkan oleh Internet," ujarnya.

Pahmi menjelaskan, pada dasarnya, hadirnya Internet adalah sebuah kebermanfaatan. Yang dengannya akan memudahkan untuk melakukan aktivitas.

"Namun, pada realitanya kehadiran internet pun, menjadi ancaman tersendiri bagi bangsa dan pemuda pada khususnya.
Hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2016 lalu, jumlah pengguna internet dalam rentang usia 20-24 tahun dan 25-29 tahun, memiliki angka presentasi mencapai 80 persen," jelasnya.

Angka tersebut menurutnya, relatif tinggi ketimbang penduduk kelompok usia lainnya.

"Dalam survei tersebut juga diketahui bahwa profesi mahasiswa menjadi pengguna paling banyak ketimbang profesi lainnya. Memang tak dapat di pungkiri lagi, sebetulnya gelombang generasi pemuda atau generasi millenial menjadi ujung tombang penetrasi pengguna internet di Indonesia," papar Pahmi.

Hal ini menunjukkan, bahwa ketergantungan generasi millenial pada internet sangatlah tinggi.

"Bahkan, mungkin dalam 1 jam tak sah rasanya kalau tidak menggunakan internet," ucapnya.

Hal ini, tentunya berdampak pada sisi pola kehidupan masyarakat di Indonesia, khususnya pada generasi muda itu sendiri.

"Generasi muda saat ini terlalu sibuk dengan gadgetnya, dengan hadirnya Whatsapp, Facebook, Youtube, Instagram, Twiter dan media sosial lainnya telah menidurkan mereka. Hal tersebut juga berdampak kepada pola prilaku kehidupan mereka," terangnya.

Menurut aktivis kampus ini, Indonesia merupakan satu di antara negara muslim terbesar di dunia. Indonesia juga negara yang berasaskan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, dengan kata lain semua yang hidup di Indonesia adalah mereka yang harus memiliki agama.

"Namun, bisa kita lihat saat ini, dengan hadirnya media sosial itu tadi, bagaimana pandangan keagamaan para pemuda di Indonesia saat ini. Apakah konservatif, sekuler, moderat, atau bahkan liberal ? Tentu pemuda yang harus menjawab dan merenungkannya sendiri," urainya.

Begitu pula dari sisi moral dan gaya hidup. Saat ini dapat kita lihat gaya hidup pemuda yang sudah semakin hedonis, modern, dan bergaya westernisasi (kebarat-baratan).

"Mereka sudah lupa bahwa bangsa Indonesia bangsa yang memegang erat tradisi dan budaya," ujarnya.

Namun karena gaya hidup yang sudah semakin maju tadi, mengakibatkan perlahan-lahan pemuda sekarang lupa akan identitas bangsa mereka sendiri, bahkan mereka selalu membanggakan dan mengedepankan kebudayaan asing.

"Anehnya, sudah menjadi kewajaran bagi pemuda saat ini untuk menentang orangtuanya sendiri, hamil di luar nikah, minum-minuman keras, mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan lainnya, yang mana itu semua mereka adopsi dari kebudayaan asing, yang satu diantaranya disebabkan hadirnya media sosial itu tadi," jelas Pahmi.

Ditambahkannya, dalam dunia pendidikan dan ideologi pun kini juga sama.

Sibuknya pemuda saat ini dengan gadget yang dimiliki, terkadang membuat mereka lupa diri terhadap tugas mereka sesungguhnya, yang harus meluangkan waktu untuk belajar di sela-sela aktivitas sehari-hari dan aktivitas pendidikannya.

"Sifat mengerjakan segala sesuatu selalu menginginkan yang serba instan pun, telah tertanam dalam diri mereka. Kini cara berpikirnya selalu yang praktis-praktis, sehingga dalam melakukan perbuatan pun mereka tidaklah melihat dampak dari akibatnya," terangnya.

Dengan gaya hidup yang selalu mengedepankan kegengsian. Apapun akan mereka lakukan untuk mendapatkan sesuatu yang ingin dicapai, kendati diperoleh dengan cara yang tidak sepatutnya.

"Seperti itulah cerminan pemuda saat ini. Mereka ditidurlelapkan oleh kemajuan teknologi. Pemuda yang pada seharusnya menjadi harapan dan semangat juang bangsa, namun malah tidak mencerminkan itu semua," ujar Pahmi.

Pemuda yang seharusnya menjadi pelopor gerakan pembaharuan perubahan bangsa, namun malah lupa arah bangsa itu sendiri.

Pemuda yang seharusnya menjadi tokoh pembangunan bangsa, namun justru ia tidak mampu untuk membangun pondasi kemajuan untuk dirinya sendiri.

"Ini seharusnya menjadi sebuah perhatian bersama, untuk kembali merefleksikan semangat Sumpah Pemuda. Gerakan pemuda tempo dulu harus menjadi sebuah cerminan bagi pemuda saat ini. Sumpah Pemuda yang diucapkan pada 28 Oktober 1928 silam, harus kembali menjadi pemacu semangat pemuda saat ini, untuk meraih kembali kejayaan pemuda Indonesia dan kemajuan Bangsa Indonesia," sambungnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved