Kamu Wajib Tahu! Ternyata, Ini Sejarah Perubahan Beberapa Nama Jalan di Pontianak

"Tahun 1970, perubahan nama beberapa jalan di Pontianak ditetapkan dalam sidang DPR yang membahas peraturan daerah kota Pontianak...," katanya,

Penulis: Muzammilul Abrori | Editor: Dhita Mutiasari
TRIBUNPONTIANAK/Ridho Panji Pradana
Arus lalu lintas disalah satu ruas Jalan Uray Bawadi Kota Pontianak terpantau lancar tanpa ada kepadatan kendaraan, belum lama ini 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Claudia Liberani

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK- Warga Pontianak harus tahu beberapa jalan di Pontianak pernah mengalami perubahan.

Meski sudah berubah, masih banyak orang yang menggunakan nama jalan lama.

Hal ini kerap kali menimbulkan kebingungan di kalangan anak muda yang datang ke Pontianak untuk belajar maupun bekerja.

Sejarahwan dan budayawan Pontianak, Syafaruddin Usman menjelaskan beberapa nama jalan yang mengalami perubahan tersebut.

(Baca: Ketua DPRD Puji Perayaan Hari Jadi Ke-246 Kota Pontianak )

"Tahun 1970, perubahan nama beberapa jalan di Pontianak ditetapkan dalam sidang DPR yang membahas peraturan daerah kota Pontianak tentang nama jalan di kota pontianak," katanya, Senin (23/10/2017).

Berikut ini adalah nama-nama jalan yang berubah dan alasan di balik perubahannya.

(Baca: Harapan Wakil DPRD Pontianak Untuk Pemerintah di Hari Jadi ke- 246 Kota Pontianak )

1. Jalan Jawa menjadi Jalan Uray Bawadi
Dulu, daerah tersebut dinamakan Kampung Darat, oleh kesultanan ditempatkanlah masyarakat luar Kalimantan yang datang ke Pontianak, khusus masyarakat Jawa. Sehingga daerah tersebut dinamakan Kampong. Di sana terdapat ruas jalan kecil, jalan tersebutlah yang kini dinamakan Jalan Jawa.

Tahun 1970, untuk menghilangkan kesan kesukuan maka nama jalan ini diubah.

"Karena dulu ada nama Jalan Kalimantan, Jalan Nusa Tenggara, Jalan Sumatera, Jalan Sulawesi. Jadi untuk menghilangkan kesan kesukuan, diubahlah nama tersebut," ujarnya.

Nama Uray Bawadi dipilih karena Uray Bawadi adalah seorang pemuda pejuang sekaligus pengusaha pelayaran dari Pemangkat, Kabupaten Sambas. Pada tahun 1945-1950 beliau aktif dalam gerakan-gerakan kemerdekaan secara politis, pergerakan politisnya cukup gencar sejak tahun 1950-1970, setelah tahun 1970-1990 dia aktif di dunia bisnis. Untuk mengenang ketokohannya maka namanya diabadikan menjadi nama jalan.

2. Jalan Podomoro menjadi Jalan Putri Candramidi

Berdasarkan penjelasan Syafaruddin Usman, Podomoro merupakan sub masyarakat etnik Jawa yang ada di Kampong Jawa di masa itu. Nama Jalan Podomoro kemudian diganti menjadi Jalan Putri Candramidi untuk mengenang adanya tokoh legendaris dari Mempawah Utin Candramidi, istri dari Sultan Syarif Abdurrahman.

3. Jalan BLKI Menjadi Jalan Abdurahman Saleh

Dituturkan Syafaruddin Usman, dulunya di BLKI ada badan latihan kerja Indonesia semacam training centre untuk pelatihan kerja bagi generasi muda.

Di jalan tersebut belum ada nama, nama Jalan BLKI sendiri bukanlah nama jalan yang ditetapkan secara resmi, maka diabadikanlah nama Abdurahman Saleh di sana.

Dia adalah seorang pahlawan nasional yang merupakan pilot penerbang, yang gugur dalam penerbangan di Maguwo, ketika agresi militer Belanda II tahun 1948, Abdurahman Saleh adalah seorang marsekal Madya angkatan udara dan dia terkenal sebagai bapak radiologi Indonesia.

Syafsruddin Usman mengatakan penamaan Jalan Prof. Abdurahman Saleh menjadi menarik karena di BLKI juga ada pusat latihan radiologi.

4. Jalan Penjara jadi Jalan Wahid Hasyim

Jalan Penjara digunakan sejak zaman Belanda, yaitu tahun 1930-an, namanya adalah Penjara weg (jalan) karena tahun 1910-1911 dibangun rumah penjara di pojok Sungai Jawi yang dinamakan dengan gertak tiga.

Karena penjara dipindah ke Sungai Raya dan bekas penjara di Jalan Penjara sudah jadi rumah sakit Santo Antonius, maka diabadikalah nama salah satu tokoh yaitu Kiyai Haji Wahid Hasyim.

Namun sampai sekarang masyarakat Pontianak, terlebih kalangan tua masih sering menggunakan nama Jalan Penjara dibanding Jalan Wahid Hasyim.

5. Jalan Palem jadi Jalan Merdeka
Zaman Belanda dulu nama Jalan Merdeka adalah Jalan Palem.

Belanda menyebutnya Paleme land. Syafaruddin Usman menjelaskan land itu adalah jalan besar, sementara weg jalan biasa, dan weg street adalah jalan kecil.

Jalan ini disebut Jalan Palem karena sepanjang jalan tersebut dibangun dari ruas pohon palem dan pinang yang ditebang dan ditimbun secara berkala ketika sudah lapuk.

Untuk menyemangati semangat kemerdekaan, maka nama Jalan Palem diganti Jalan Merdeka.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved