Ini Toh Sate Kere Langganan Presiden Jokowi, Harga Satu Tusuknya Cuma Rp 1.500 Aja!

Salah satu hidangan favorit Jokowi dan keluarga adalah sate kere buatan Tugiyem (51) yang tertelak di Jalan Arifin No 63. Tepatnya di parkiran Depot..

Editor: Mirna Tribun
TRIBUNPONTIANAK/KOLASE

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Presiden RI Joko Widodo lahir di Surakarta alias Solo, Jawa Tengah.

Di kota yang terkenal sebagai surga kuliner ini,Jokowi memiliki beberapa rumah makan langganan.

Salah satu hidangan favorit Jokowi dan keluarga adalah sate kere buatan Tugiyem (51) yang tertelak di Jalan Arifin No 63. Tepatnya di parkiran Depot Es Nini Thowong.

(Baca: Unggah Foto Pose Seperti ini dengan Presiden Jokowi, Rina Nose Lagi-lagi Dibully Netizen )

"Sate kere ini konon sudah ada sejak zaman Pasar Klewer berdiri. Kata orang dulu, sate kere ini jualnya pakai gendongan. Di atas kepala ditaruh arang bakaran. Kalau angin sedang kencang apinya nyala, jadi kadang orang kira itu kebakaran," jelas suami Tugiyem, Marimin (58) yang ditemui KompasTravel di tempatnya berjualan, Minggu (3/9/2017).

Kere dalam bahasa Jawa berarti miskin.

Sate kere muncul pertama kali pada zaman kolonial.

(Baca: Sama-sama Tas Brended, Harga Tas Kahiyang Putri Jokowi 16 Kali Lebih Mahal dari Putri Donald Trump )

Kala itu sate menjadi makanan mahal, ketika penjajah umumnya menyantap sate berbahan dasar daging.

Orang Indonesia kemudian menciptakan sate dalam versinya sendiri, yang tentunya berbujet minim.

Bahan yang digunakan adalah tempe, tempe gembus (terbuat dari sari kacang kedelai), dan berbagai jeroan.

Meski dibuat dari bahan yang sederhana, tetapi jangan remehkan rasanya.

Sate kere buatan Tugiyem sangat empuk dan bumbunya menyerap sempurna.

Tugiyem (51) dan suaminya Marimin (58), penjual <a href='https://pontianak.tribunnews.com/tag/sate' title='sate'>sate</a> kere di Kota Solo, Jawa Tengah.

KOMPAS.com/ Lulu Cinantya Mahendra Tugiyem (51) dan suaminya Marimin (58), penjual sate kere di Kota Solo, Jawa Tengah. 

"Favorit orang-orang biasanya sate ginjal. Kalau kata orang sate saya enak soalnya bumbunya pedas," kata Tugiyem.

Bumbu yang digunakan untuk menyantap sate kere ini adalah bumbu kacang menyerupai bumbu pecel, tetapi lebih kental.

Ada rasa gurih, manis, asam, dan wangi dari daun jeruk dari bumbu kacang buatan Tugiyem.

Sebelum dibakar, sate juga direndam lagi dengan campuran bumbu rahasia sehingga seluruh bumbu terasap sempurna pada sate kere.

Meski hanya berjualan di gerobak, sate buatan Tugiyem ini sangat ramai pembeli.

"Ini bumbunya sampai sengaja dipesan orang untuk dibawa ke luar kota, sampai ke Australia dan Inggris juga. Bisa awet sampai satu bulan," kata Tugiyem.

Bersama suaminya, Marimin, Tugiyem melayani pembeli sate dari pukul 13.00 WIB sampai habis.

Di akhir pekan, Tugiyem mendapat penghasilan Rp 2 juta dari berjualan sate.

Menariknya, meski ramai pembeli, Tugiyem tidak mau pindah lokasi dan menaikkan harga.

Satu tusuk sate tempe dihargai Rp 1.500, 10 tusuk sate jeroan dihargai Rp 22.000, dan lontong dihargai Rp 3.000.

Padahal putra sulung Jokowi, Gibran Rangkabuming Raka pernah menawarkan kios kepada Tugiyem.

"Saya tidak mau, takut tidak laku kalau pindah ke kios. Gibran bilang sama saya nggak mungkin nggak laku, sate saya enak banyak dicari orang," kata Tugiyem.

Tugiyem sendiri sering diundang ke kediaman Jokowi untuk memasak sate saat ada acara khusus.

Tak terkecuali Gibran dan istri yang masih sering membeli sate langsung ke Tugiyem.

Artikel ini telah dipublikasikan sebelum oleh kompas.com dengan judul Sate Kere Langganan Jokowi, Sudah Pernah Icip?

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved