Polisi Tegaskan Kematian Hepni Bukan Karena Dikeroyok tapi Karena ini

Kemudian penyidiknya langsung ke Pontianak pada Sabtu (17/6) kemaren dan mendapatkan keterangan dokter di Rumah Sakit Pontianak yang menangani....

Penulis: Subandi | Editor: Mirna Tribun
TRIBUNPONTIANAK/SUBANDI
Kasat Reskrim Polres Ketapang, AKP Rully Robinson Polii saat diwawancarai awak media di ruang kerjanya, Rabu (21/6). 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Subandi

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KETAPANG – Terkait desakan keluarga almarhum Hepni (55) melalui kuasa hukumnya, Rustam Halim agar kepolisian mengusut kematian almarhum.

Lantaran kematian almarhum dinilai ada yang janggal bahkan diduga akibat dikeroyok.

“Inti berdasarkan keterangan dokter itu bahwa almarhum meninggal tidak karena dikeroyok,” kata Kapolres Ketapang, AKBP Sunario diwakili Kasat Reskrimnya, AKP Rully Robinson Polii kepada awak media di Ketapang, Rabu (21/6/2017).

Ia menjelaskan selama proses lidik proses pemeriksaan dokter juga berlangsung.

Kemudian penyidiknya langsung ke Pontianak pada Sabtu (17/6) kemaren dan mendapatkan keterangan dokter di Rumah Sakit Pontianak yang menangani almarhum.

Baca: Tak Tahu Mie Samyang Mengandung Babi, Warga Sukadana: Rasanya Memang Enak Sih!

Baca: Sudah Tak Layak Huni, TNI Bedah Rumah Janda Sungai Kunyit ini

Baca: Heboh Duta Sheila On 7 Nyanyi di Pesta Perkawinan Sederhana, Ini Video dan Fakta-Faktanya

“Berdasarkan keterangan dokter yang menanganinya bahwa almarhum sakit stroke. Akibat penyakit stroke ini pecah lah pembuluh darah di otak,” jelasnya.

Sebab itu berdasarkan keterangan keluarga bahwa almarhum dikeroyok dan tengkoraknya pecah.

“Ternyata hasil pemeriksaan dokter tidak, artinya keluarganya sudah bohong, itu pada tengkorak kepala almarhum,” ungkapnya.

“Dokter menegaskan pecah tengkorak otak tak ada. Tapi pecah pembuluh darah dalam otak memang iya. Terus luka pada pelipis karena dugaan pertama memang almarhum jatuh di kamar mandi. Jadi bisa saja pelipisnya kena benturan,” lanjutnya.

Menurutnya dokter juga menerangkan waktu awal almarhum masuk rumah sakit badanya tidak biru-biru

. “Jadi waktu masuk rumah sakit di Pontianak sana badannya tidak biru, kata dokter. Setelah dia meninggal baru lah timbul biru-birunya,” tuturnya.

“Menurut keterangan dokter bahwa itu disebabkan penyakit stroke, pecahnya pembuluh darah otak sehingga timbul biru-biru. Bahkan efek sampingnya setelah meninggal menimbulkan biru pada belakangnya,” tambahnya.

Kemudian terhadap kondisi bagian belakang tubuh korban ada lecet dan luka.

Menurutnya ternyata berdasarkan keterangan dokter itu bekas dari ranjang.

Lantaran almarhum kelamaan tidur dan sistem organ tubuhnya lemah.

“Jadi kayak kita tidur itu seperti ada bekas-bekas seperti itu lah. Karena dia tidurnya kelamaan jadinya bekas tidur itu kayak disabek-sabek,” terangnya.

Sebab itu ia menegaskan indikasi yang disampaikan keluarga bahwa tengkoraknya pecah, belakang memar dan bekas sabetan karena almarhum dikeroyok.

Semua itu tidak benar dan tidak singkron laporan keluarga dengan keterangan dokter.

Kemudian terkait laporan keluarga yang mengatakan almarhum sempat mengaku dikeroyok.

“Itu juga disampaikan dokter. Namanya orang koma, dia tak bisa bicara, ditanya apa saja cuma megangguk saja, dia tak sadar,” ujarnya.

“Jadi sekarang kita ambil keterangan dokter ini. Menurut dokter ketika sakit dan meninggal juga aalmarhum sedang mengalami sakit stroke. Kita juga tak bisa mengatakan almarhum dikeroyok karena saksinya pun tidak ada. Siapa yang melihat kan tidak ada,” sambungnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved