Antisipasi Kasus Rabies, Pemerintah Lakukan Revaksinasi
Berdasarkan data per 7 April 2017, pihaknya mencatat sudah terjadi 130 kasus gigitan anjing......
Penulis: Jimmi Abraham | Editor: Mirna Tribun
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Rizky Prabowo Rahino
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINTANG – Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Sintang Wiryono mengungkapkan pihaknya akan lakukan revaksinasi atau vaksinasi ulang terhadap anjing-anjing yang telah disuntik Vaksin Anti Rabies (VAR) di tahun 2016 lalu.
Revaksinasi dilakukan sebagai upaya antisipasi penularan virus rabies di Kabupaten Sintang.
Berdasarkan data per 7 April 2017, pihaknya mencatat sudah terjadi 130 kasus gigitan anjing.
Baca: Anjing Ini Bunuh Majikan Saat Sesi Wawancara
Bahkan tiga kasus gigitan anjing akibatkan tiga orang meninggal dunia lantaran positif rabies.
Kasus gigitan anjing terbanyak terjadi di Kecamatan Kayan Hulu sebanyak 50 kasus.
“Pasca vaksinasi, kekebalan anjing itu hanya bertahan satu tahun saja. Jadi harus vaksinasi ulang. Tahun 2017 ini, kami lakukan revaksinasi terhadap anjing-anjing yang sudah divaksin tahun 2016. Ada sekitar 1.100 anjing,” ungkapnya, Kamis (13/4/2017).
Pihaknya akan sisir ulang wilayah-wilayah kecamatan guna revaksinasi.
Saat ini, revaksinasi sudah mulai dilakukan seperti di Kecamatan Binjai Hulu dimana 550 anjing telah disuntik vaksin.
“Sudah dimulai dan terus berlanjut ke daerah lainnya. Kami targetkan 9 desa di Ketungau Hilir sudah divaksin total. Ini agar anjing dari Ketungau Hilir dan Binjai Hulu tidak menyebar ke Ketungau Tengah,” ucapnya.
Vaksinasi total akan dilakukan di Kecamatan Sungai Tebelian dan Sintang Kota. Kedua wilayah ini diprioritaskan lantaran dinyatakan positif rabies berdasarkan laporan masyarakat.
"Di Tebelian dan Sintang Kota, kami target 18 desa divaksin. Vaksinasi anjing akan terus dilakukan sesuai kemampuan logistik,” katanya.
Untuk mengimbangi upaya vaksinasi, Wiryono meminta masyarakat mengontrol populasi anjing. Apabila dirasakan sangat banyak, mengkhawatirkan dan berpotensi membahayakan, dia sarankan dieleminasi saja.
“Terutama bagi daerah belum terjangkau petugas vaksin. Seperti di Kayan Hulu, masyarakat Desa Nanga Abai lakukan eliminasi total terhadap anjing peliharaannya, totalnya sekitar 100 ekor anjing. Kasus gigitan anjing di Desa Nanga Abai cukup banyak,” ucapnya.
Kendati diakui Wiryono, sebelumnya sebagian masyarakat Desa Abai enggan eliminasi anjingnya.
Namun, wargapun mau merelakan anjingnya usai diberi pemahaman tentang bahaya rabies.
“Satu kecamatan yang melakukan eliminasi baru Kayan Hulu. Secara Standar Operasional dan Prosedur (SOP), jika satu desa ada gigitan anjing dan terindikasi positif lebih dari 2 ekor, maka harus dimusnahkan," jelasnya.
Wiryono mengklaim kasus gigitan anjing Kabupaten Sintang menurun pada April 2017. Membludaknya kasus gigitan sejak Januari-Maret 2017, menurutnya lantaran memasuki masa puncak birahi anjing.
"April ini laporan gigitan sudah agak berkurang. Tapi walau gigitan berkurang, bukan berarti ancaman hilang. Langkah blokade tetap diambil dengan mencegah anjing rabies menyebar ke daerah baru yang belum pernah terpapar rabies,” pungkasnya.
Sementara itu, Tokoh Masyarakat Sintang Abdul Syukur meminta dinas terkait berupaya keras dan terus bersinergisitas antisipasi penyebaran rabies di Kabupaten Sintang.
“Sinergisitas sangat diperlukan. Kasus gigitan anjing yang bisa saja berujung ke rabies tentu sangat mengkhawatirkan masyarakat,” ungkapnya.
Syukur berharap petugas instansi terkait untuk melakukan vaksinasi ke daerah-daerah yang belum terjangkau dan pedesaan. Vaksinasi terhadap hewan peliharaan terutama anjing mutlak harus dilakukan di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Sintang.
“Vaksinasi daerah baru dan vaksinasi ulang harus rutin dilakukan. Kita tentu tidak ingin ada korban meninggal dunia akibat teridentifikasi positif rabies. Masyarakat juga diminta proaktif dan kooperatif untuk memvaksinasi anjingnya ke Dinas Peternakan,” tukasnya.