Gelar Syukuran Harlah ke-91, KH Rustamadji: Berdirinya NU Bukan Atas Dasar Kepentingan Sesaat
Berdirinya NU itu tidak sembarangan dan bukan atas dasar kepentingan sesaat, tetapi melalui tirakat dan istikharah-nya para ulama-ulama Nusantara
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONIANAK - Dalam rangka memperingati hari lahir (Harlah) Nahdlatul Ulama (NU) ke-91, pengurus Majlis Wakil Cabang (MWC) NU Kecamatan Pontianak Kota bekerja sama dengan Lembaga Penanggulang Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) Kota Pontianak mengadakan Syukuran dan Bincang-bincang Sejarah Aswaja An-Nahdliyah, di warung kopi Alam Gemilang jalan Prof M Yamin Kota Pontianak, Selasa (31/1/2017).
"Dalam pertemuan itu, sebagai Narasumber utama dalam bincang-bincang sejarah Aswaja, KH Rustamaji, Rois Syuriah NU Kota Pontiank " terang Suryadi, Ketua LPBI NU Pontianak, dalam pers rilisnya, Rabu (1/2/2017).
Dalam kesempatan Juga hadir sebagai pembicara refleksi Aswaja An-Nahdliyah Ustadz Nur Alam, mantan Ketua Tanhfid NU Kota Pontianak, Nagian Imawan, ketua PW Pagar Nusa, M Nurdin dari Ketua PW GP Ansor Kalbar dan Alumni Santri Jombang, David Maryansyah.
Ketua MWC NU Pontianak Kota Ustaz Marsa’id megatakan, kegiatan ini berawal dari diskusi kecil antara dia, Katib Syuriah NU Kota Pontianak dan ketua LPBI NU yang kebetulan waktu itu berkumpul.
“Kegiatan malam ini merupakan bentuk syukur kita atas berdirinya NU, karena NU kita semua bisa terarah, karena NU kita dipertemukan yang sebenar-sebenarnya. Meskipun kegiatan ini berawal dari diskusi kecil kami, mudah-mudahan menjadi wujud ta’dim kita kepada ulama, karena NU didirikan oleh para ulama,” terang Marsai'd.
Marsa’id berharap kedepan semua elemen NU, baik banom dan lembaganya dapat saling menasehati satu sama lain dan sama-sama menghidupkan NU bua cari hidup di NU.
“Mudah-mudahan kedepan NU tetap seperti yang kita harapakan bersama. Oleh karena itu kami mohon bimbingannya dari para sesepuh NU yang lain, yang kelihatan layu mohon agar-agar sama-sama menyiramnya, agar segar kembali. Mari kita jaga agar NU benar-benar berjalan sesuai Isam Ahlussunnah Wal Jamaah an-Nahdliyah”, tambah Marsai'd.
Sebelum menutup sambutannya, Marsa’id memohon maaf kepada para undangan dan sesepuh NU yang hadir, karena kegiatan ini dilaksanakan di warung kopi, karena menurutnya, selain dadakan, Aula NU (balai NU Kalbar) yang ada tidak bisa digunakan.
Sementara KH Rustamadji dalam paparannya banyak bercerita tentang sejarah berdirinyaNU. Menurut Rustamadji, para ulama sudah berkeinginan memmbentuk organisasi itu mulai dari tahun 1912, namun Syaihona Kholil bangkalan masih belum merestui dan ditahun 1915 para ulama berkumpul di dalem nya Syaikhona Kholil ingin matur kembali untuk membentuk organisi tapi masih belum juga merestui.
Pada 1920 an ulama matur kembali ke tiga kalinya, disaat itulah Syaihona Kholil Bangkalan merestui para ulama untuk mendirikan Jamiyah.
"Berdirinya NU itu tidak sembarangan dan bukan atas dasar kepentingan sesaat tetapi melalui tirakat dan istikharah-nya para ulama-ulama Nusantara, sehingga apapun rintangan dan hambatannya yang dihadapi NU hari ini, Insya Allah tidak akan meruntuhkan Jamiyah Nahdlatul Ulama," terang Rustamadji.
Dalam kesempatan itu juga dia menyampaikan dan mempertegas sikap PBNU dan mendukung sepenuhnya kebijakan yang diambil para Kiai – Kiai sepuh di PBNU termasuk terkait hasil kajian larangan salat jumat dijalan yang sesuai Mazhab Imam Syafi’i.