Harga Cabai di Sanggau Merangkak Naik

Sejumlah pedagang memang terlihat masih menjual cabai di pasar meskipun harganya terus mengalami kenaikan.

Penulis: Hendri Chornelius | Editor: Rizky Zulham
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ISTIMEWA
Pedangang cabe saat berjuakan dan beraneka jenis sayuran di Pasar Senggol Sanggau, kemarin. 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Hendri Chornelius

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SANGGAU - Harga cabai di sejumlah pasar tradisional di Kota Sanggau merangkak naik, kenaikan cabe itu terjadi sejak dua pekan terakhir. Akibatnya, penjualan bumbu makanan favorit warga ini pun menurun drastis, karena banyak warga yang terpaksa mengurangi konsumi cabai.

Sejumlah pedagang memang terlihat masih menjual cabai di pasar meskipun harganya terus mengalami kenaikan. Tetapi jumlahnya tidak sebanyak pada hari-hari biasanya.

Alasannya karena pasokan dari Pontianak yang minim, yang diduga akibat dari gagal panen di sejumlah daerah penghasil cabai. Dalam kondisi seperti ini, Akibat minimnya persediaan barang dan tingginya permintaan, menyebabkan tingginya harga jual.

“Kita ambil dari toke memang udah mahal, terpaksa kita menjualnya dengan harga mahal juga. Keadaan ini sudah terjadi sejak sekitar dua pekan terakhir. Namun puncaknya pada pekan ini dengan harga cabai hingga mencapai Rp100 ribu lebih untuk 1 kilo gram cabe rawit,” kata satu diantara pedagang cabe di Pasar Sentral Sanggau, Koko, Minggu (8/1).

Sementara itu, satu diantara ibu rumah tangga, Yuli, mengaku harus mengurangi konsumsi cabe keluarganya. biasanya pada saat harga cabe normal, keluarganya hampir membeli cabe dalam jumlah banyak karena hampir setiap hari membuat makanan pedas.

Namun, sejak harga cabai sudah setinggi sekarang ini, maka mau tidak mau dirinya tidak membeli cabe dalam jumlah besar, paling sekitar satu hingga dua ons saja.

“Terpaksa, konsumsi cabe kita kurangi. Mengurangi membuat makanan pedas, dan mengurangi membuat sambel. Bisa disiasati dengan dicampur dengan sahang untuk menambah rasa pedas masakan,” ujarnya.

Melambungnya harga cabe ini juga berdampak kepada para pengusaha rumah makan. Khususnya rumah makan yang menyajikan makanan khas pedas seperti rumah makan Padang.

Mereka harus pandai-pandai menyiasati kondisi seperti ini. Terlebih, masakan pedas adalah menu wajib yang harus terhidang.

“Tentu saja kami mengeluhkan dengan tingginya harga cabe ini. Tapi apa boleh buat, kita kan tidak bisa berbuat apa-apa, karena kebutuhan cabe kita tergantung kepada petani cabe. Kalau memang petani sedang tidak memperoleh hasil yang memuaskan seperti gagal panen akibat serangan hama atau cuaca ekstrim, maka harga cabe jadi selangit,” kata satu diantara pemilik rumah makan khas Padang, Uni.

Untuk itu, masyarakat berharap agar tingginya harga cabe segera berlalu dan harganya kembali normal. Para pedagang pun berharap agar Pemerintah dapat mencarikan solusi atas tingginya harga cabe ini mengingat cabe merupakan kebutuhan sehari-hari warga yang mesti dipenuhi.

Hingga berita ini diturunkan, Tribun belum bisa menghubungi pihak Disperindagkop Kabupaten Sanggau.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved