Tingkatkan Kemampuan Mendeteksi Dini Tumbuh Kembang Disabilitas
Kagiatan ini juga pertama kalinya di adakan di Kalbar, kemungkinan kegiatan ini akan diadakan rutin didalakan minimal setahun sekali
Penulis: Maudy Asri Gita Utami | Editor: Jamadin
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Wahidin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Pelatihan Fisioterapi bagi para fosioterapis dan partner organisasi PPDI dan Liliana Founds di Hotel Gajah Mada (7/11/2016) pagi.
Tujuan utama diadakannya pelatihan Fisioterapi adalah untuk meningkatkan kemampuan mendeteksi dini tumbuh kembang disabilitas.
Fisioterapi merupakan bagian dari upaya perbaikan kemandirian aktivitas anak dengan disabilitas baik dalam praktek pribadi maupun dalam suatu instansi pelayanan.
Terkait dengan pentingnya peran fisioterapis di Indonesia, sampai saat ini belum pada tingkatan pendidikan spesialistik, sehingga harus dilanjutkan dengan pendidikan informal seperti pelatihan, seminar, workshop, dan lain-lain.
"Manfaat diadakannya pelatihan ini terutama untuk pengembangan kemampuan untuk mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dengan kondisi yang ada di lapangan," kata Ketua Ikatan Fisioterapis Indonesia wilayah Kalimantan Barat, A. Jauhari.
Ia juga berharap setelah diadakannya pelatihan ini, orang-orang dengan disabilitas dapat lebih mendapatkan penanganan yang intensif dari fisioterapis maupun partner organisasi.
"Deteksi duni tentang disabilitas, mengetahui awal tentang disabilitas, agat bisa dicegah potensi disabilitas, assesment sehingga terapi yang dijalankan benar," kata Fisioterapis RS Sudarso, Agustinus Hendro Elitantoro
Kagiatan ini juga pertama kalinya di adakan di Kalbar, kemungkinan kegiatan ini akan diadakan rutin didalakan minimal setahun sekali.
Kemudian disampaikan juga oleh Direktur Alpa Omega Tanah Karo Sumatera Utara, Mestika Ginting kepada Tribun "Kami banyak terimakasih telah diundang pada kegiatan ini, karena bisa memberi penguatan dan menambah ilmu dalam menangani anak disabilitas di Tanah Karo," ungkapnya.
Ia datang ke kegiatan pelatihah juga membawa dua orang partner organisasi yang juga merupakan orang dengan disabilitas yaitu Herlita dan Syahna.