Kakek 73 Tahun Kayuh Sepeda Keliling Nusantara, Apa Misinya?
Setiap daerah yang disinggahi ia selalu bertemu dengan kepala daerah untuk menyampaikan misi melestarikan hutan Indonesia.
Penulis: Rizky Zulham | Editor: Rizky Zulham
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Rizky Zulham
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Penuh semangat, energik dan pantang menyerah. Talent ini sangat melekat pada kepribadian kakek lanjut usia bernama Raden Andik Jaya Prawira. Diusianya yang ke-73 tahun, masih mampu bersepeda berkeliling nusantara. Sudah 24 provinsi, 304 kabupaten/kota yang disinggahi.
Rabu (2/11/2016), ia bersama rombongan Alumni Sekolah Kehutanan Menengah Atas (SKMA) saat berkunjung ke Kantor Harian Tribun Pontianak. Rombongan ini diterima oleh Pemimpin Redaksi Tribun Pontianak, Ahmad Suroso dan Redaktur, Didit Widodo.
Kedatangan kakek ini didampingi, Koorlap Andik-SKMA 64 Lintas Pulau Keliling Indonesia di Kalbar, Amir Riswann Junaidi beserta alumnus lainnya.
Tampak sepeda yang ia tunggangi dipenuhi dengan tempelan sticker, dilengkapi bedera Indonesia dan sebilah mandau pemberian dari Gubernur Kalimantan Timur.
Kakek kelahiran Banten, 4 Agustus 1943, memiliki 7 anak dan 12 cucu atas perkawinannya dengan perempuan Etnis Dayak dari Provinsi Kalimantan Tengah.
Ia memulai perjalanan panjangnya ini sejak 16 September 2014. Start dari Banten menuju Timur Indonesia. Setiap daerah yang disinggahi ia selalu bertemu dengan kepala daerah untuk menyampaikan misi melestarikan hutan Indonesia.
Hal inilah yang menjadi alasan utama ia menjelajahi Indonesia dengan tema “Andik-SKMA 64 Lintas Pulau Keliling Indonesia”. “Saya tiap daerah selalu mengunjungi kepala daerah, dinas dan anggota dewan,” katanya.
“Menyampaikan misi untuk tetap menjaga dan melestarikan hutan kita sebagai warisan anak cucu. Hutan tropis di Kalbar dan Indonesia ini adalah salah satu paru-paru dunia,” lanjutnya.
Selain mengemban misi ini, ia juga berusaha untuk kembali mempererat jalinan silaturahmi terhadap sesama alumnus SKMA. “Juga ingin mengunjungi alumni SKMA,” ucapnya sembari menceritakan sejarah panjang sekolah yang berdiri sejak 1950.
Ia melanjutkan, perhatiannya tertuju pada hutan lantaran merasa timbul keprihatianan mengapa orang luar negeri lebih memperhatikan hutan kita.
“Saya mengimbau kepada mereka, dalam mengambil suatu kebijakan agar menentukan tata ruang dalam wilayah dan kebijakan ekonomi tetap memperhatikan asas pelestarian hutan,” ungkapnya.
Mengapa? Lantaran ia beranggapan bahwa ada yang harus dipertahankan dalam ekosistem yang terdapat di dalam hutan. Seperti fungsinya sebagai penyangga air dan menjaga tetap adanya ekosistem yang baik.
Untuk itu, ia berharap kepada seluruh elemen agar bisa memanfaatkan hutan semaksimal mungkin untuk kesejahteraan masyarakat dengan mempertahankan kelestarian nya.
Diungkapkan, hampir seluruh wilayah di Indonesia sudah dikunjungi terkecuali kawasan di titik nol, yaitu Kota Sabang. Disetiap daerah, diakuinya selalu melakukan penanaman pohon.
“Sebagai simbol kepedulian dan pelestarian hutan. Supaya melakukan kontribusi kepada pelestarian lingkungan. Karena sekecil apapun yang dilakukan suatu saat akan menjadi hal besar untuk anak cucu dan kita semua,” imbuhnya.
Dengan ini, ia ingin menyampaikan sekaligus memberikan contoh kecil. Bahwa yang pensiunan hanya jabatan. Tapi semangat dan jiwa rimbawan tetap jalan walaupun pensiun. “Jadi sampai akhir hayat akan tetap peduli. Menjaga dan melestarikan hutan itu kewajiban kita.,” katanya.
Ia juga mengaku tidak setuju dengan hadirnya perkebunan sait lantaran dapat merusak ekosistem hutan. ”Sebenarnya kami tidak begitu setuju hutan di konversi jadi kebun kelapa sawit khususnya di daerah yang menjadi sumber mata air. Karena terlalu banyak mengambil zat hara dan menyerap air,” ungkapnya.
Dalam mengemban misi lingkungan, kata Andik, tidak ada sponsor yang mendukungnya. Semua hanya mengandalkan solidaritas sesama alumni SKMA. “Perjalanan saya sudah dua tahun, tidak pernah ada sponsor dan mereka inilah yang menjadi sponsor saya,” tuturnya.
Menyelesaikan misi berkunjung ke 24 provinsi di Indonesia, hampir dua pertiganya ia jelajahi dengan bersepeda. “Sudah sekitar 30 ribu kilometer dan 20 ribu kilomenternya ditempuh dengan bersepeda,” katanya.
Kakek lansia ini, juga memiliki intelektual di atas rata-rata. Ia hafal dengan sangat rinci setiap daerah dan wilayah yang disinggahi. Bahkan ia juga mengingat sudah 7 kali mengganti ban luar dan empat sadel sepeda miliknya.
Semua itu, mampu dijalani tentu dengan tips serta kondisi stamina yang mempuni. “Sebaiknya pilihlah sesuatu yang terbaik dan diyakini baik. Dan bisa kita amalkan, karena amal tanpa ilmu sia-sia,” ungkapnya.
“Berpikir sehat dan berusaha selalu awet muda. Penyakit akan bertahan didalam tubuh karena pemikiran, perawatan dan peralatan kita. Dengan bersepeda, itu adalah olahraga terbaik kedua sesudah berenang,” imbuhnya.
Jika dilakukan secara rutin, diyakininya akan mampu menjaga kondisi fisik dan kesehatan. “Pada waktu berangkat pertama saya masih kram, sakit pinggang. Kemudian itu perlahan hilang dengan sendirinya karena saya bersepeda mulai jam 07.00 pagi sampai 05.00 sore,” ujarnya.
Khasiat mengonsumsi air putih juga dilakoninya sebanyak dua liter perhari. Untuk makanan, menurutnya tidak ada pantangan asal seimbang. Sebab, jika dikonsumsi berlebihan hal itu justru akan jadi tabungan penyakit.
“Saya juga punya ramuan menjaga stamina dan vitalitas. Minum jeruk nipis dua buah dicampur gula aren atau madu dan ditambha kuning telur 2 butir. Dikonsumsi seminggu 2-3 kali, itu bisa menjaga stamina dan vitalitas,” paparnya.
Perjalanan ini, dikatakannya mendapat restu penuh dari keluarga. “Mereka mengizinkan saya untuk pergi dan memang pada awalnya sulit mendapatkan izin untuk meninggalkan rumah. Tapi dengan misi melestarikan hutan, akhirnya diizinkan,” katanya.
Kang Andik, sapaannya juga telah meraih Rekor MURI tercatat di Jawa dan NTB. Tercatat sebagai lansia pertama pertama yan melakukan perjalanan bersepeda lintas Jawa-Bali
Seperti itulah sekelumit perjalanan panjang yang ia tuturkan saat berkunjung ke Kantor Harian Tribun Pontianak.