Saprahan Mengandung Arti yang Sangat Dalam

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Syahroni

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Wakil Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono sangat mengapresiasi kegiatan yang dilakukan para masyarakat di Kelurahan Bansir Laut, Sabtu (8/10/2016).

Terlebih terhadap inovasi kelurahannya yang membuat event "Mari Melihat Kampong Bansir Dengan Budaya Lokalnya, ( Mampir Yok)".

"Kita sangat mengapresiasi kegiatan masyarakat untuk melestarikan budaya yang ada, dan jika masyarakat di sini sudah terbiasa memasak dengan menghidangkan dengan saprahan serta kue-kue yang dibuat juga berdasarkan kue khas maka diharapkan akan menambah dari nilai warga disi," ungkapnya.

Dengan launching kampung budaya tersebut juga sebagai konsentrasi Pemerintah Kota Pontianak dalam berbenah terutama di water front yang ada.

"Kampung Bansir ini, terletak di pinggir Sungai Kapuas dan mempunyai cerita dan budaya melayu yang harus dilestarikan," ungkapnya.

Kota Pontianak juga mencanangkan akan membangun kota baru, dengan konsep kearifan lokal agar menjadi lebih bersih dan nyaman.

"Kita juga punya potensi wisata dan budaya serta kearifan lokal yang menjadi daya tarik wisata bagi wisatawan untuk mengunjungi Pontianak. Ada Sungai Kapuas dan Sungai Landak yang harus dimanfaatkan," ungkapnya.

Tonton Videonya:

Selian itu budaya saprahan juga mengandung arti yang sangat dalam. Jika makan di keluarga sudah sendiri-sendiri, maka sudah tidak ada komunikasi yang baik.

Untuk itulah budaya makan saprah dikatakan Edi, akan dijadikan budaya unggulan Kota Pontianak karena mengandung banyak nilai di dalamnya.

"Budaya saprahan jadi budaya unggulan Pontianak dan ke depan akan didaftarkan agar tidak diakui orang lain. Budaya yang ada harus dilestarikan," tambahnya.

Selain itu, Wakil Wali Kota menuturkan bangunan-bangunan dengan ciri khas melayu harus dijaga dan dilestarikan termasuk rumah masyarakat. Biarpun fungsinya telah berubah tapi nilai yang terkandung harus dipertahankan.