Bela Padepokan Dimas Kanjeng, Ini 7 Fakta Penting Marwah Daud Ibrahim
Sejumlah pihak menyanyangkan mengapa Marwah Daud bisa terjerumus dalam padepokan itu.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Marwah Daud Ibrahim disebut-sebut sebagai Ketua Yayasan Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
Marwah Daud bukan sosok asing di telinga publik.
Perempuan kelahiran Soppeng, Sulawesi Selatan, 8 November 1956 ini pernah mengemban tugas.
Sebagai anggota DPR RI selama tiga periode dari partai Golkar.
Sejumlah pihak menyanyangkan mengapa Marwah Daud bisa terjerumus dalam padepokan itu.
Taat Pribadi, pimpinan Pondok Dimas Kanjeng, menjadi tersangka pembunuhan terhadap mantan santrinya.
Pria yang mengaku bisa menggandakan uang itu juga jadi tersangka penipuan.
Inilah 7 fakta tentang Marwah Daud
1. Mundur dari MUI
Marwah Daud resmi mundur dari kepengurusan Majelis Ulama Indonesia atau MUI.
Seperti dilansir Kompas.com, Wakil Sekretaris Jenderal MUI Najamuddin Ramly mengatakan Marwah Daud Ibrahim telah mengundurkan diri dari kepengurusan Majelis MUI.
Pengunduran diri itu karena Marwah lebih memilih untuk membela Padepokan Dimas Kanjeng yang dipimpin Taat Pribadi.
2. Jabaran di MUI
Di MUI, Marwah Daud menjabat Ketua Komisi Perempuan Remaja dan Keluarga.
"Marwah Daud Ibrahim mengundurkan diri per 3 Oktober meski secara tertulis lewat pesan elektronik WhatsApp kami terima tanggal 4 Oktober. Nanti menyusul surat resmi," kata Najamuddin di Jakarta, Selasa (4/10/2016).
Menurut dia, dengan pengunduran diri itu berarti MUI sudah tidak memiliki hubungan secara kelembagaan dengan Marwah.
3. Terpelajar
Marwah Daud adalah mantan Asisten Peneliti Bank Dunia bergelar doktor lulusan The American University Washington DC, Amerika Serikat.
Dia juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Umum ICMI.
4. Tiga Periode di DPR RI
Perempuan kelahiran Soppeng, Sulawesi Selatan, 8 November 1956 ini pernah mengemban tugas sebagai anggota DPR RI selama tiga periode dari partai Golkar.
Gaya komunikasi politiknya yang menarik, menjadikannya sebagai salah satu representasi perempuan politikus Sulawesi Selatanpaling menonjol di gedung parlemen.
5. Juara kelas
Kecerdasannya dikenal sejak sekolah dasar.
Ia tak sampai kelas enam, karena begitu menginjak kelas lima ia ikut ujian akhir, dan lulus sebagai juara.
Marwah muda kemudian melanjutkan ke SMP Negeri Pacongkang, dan lulus 1970. Selanjutnya ia menginjakkan kakinya ke SPG Negeri Soppeng, Namun di kelas dua dia pindah ke SPG Negeri I Ujung Pandang, lulus tahun 1973.
6. Dari guru ke politisi
Ia banting setir, tidak lagi tergiur mengikuti ayahnya yang menjadi guru.
Ia melanjutkan ke Fakultas Ilmu Sosial Politik Jurusan Komunikasi Universitas Hasanudin yang diselesaikan tahun 1981. Selanjutnya, ia kembali terpilih sebagai mahasiswa teladan se Sulawesi dan mengantarnya ke forum nasional di Jakarta, bertemu kepala negara bersama para teladan se Indonesia.
Saat itu juga dia sudah mulai terkenal sebagai seorang aktivisis di kampusnya.
7. Beasiswa ke Amerika
Prestasinya belum berhenti.
Berbekal beasiswa, ia terbang ke Amerika untuk meraih master di American University, Washington DC, Amerika Serikat, jurusan Komunikasi Internasional, tahun 1982.
Namun, sebelumnya ia menikah dulu dengan Ibrahim Tadju, rekan sesama aktivis semasa kuliah di Ujung Pandang.