Adrianus Berang Dituduh Tak Berdayakan Dosen Orang Dayak di STKIP Pamane Talino
Adrianus mengakui untuk masalah dosen dayak, dirinya sudah usahakan cari dosen dayak.
Penulis: Alfon Pardosi | Editor: Steven Greatness
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, LANDAK - Ketua Yayasan Landak Bersatu, Adrianus Asia Sidot mengaku kecewa dengan pernyataan Dewan Pendidikan Landak Yosef Kilim yang mengatakan dosen di STKIP Pamane Talino orang Jawa semua, sedangkan orang Dayak tidak diberdayakan.
"Saya tidak mau dosen itu dosen-dosenan. Karena sesuai aturan UU nomor 20 tahun 2003 tentang guru dan dosen, lalu undang-undang nomor 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi. Maka syarat dosen itu sudah jelas," katanya.
Adrianus mengakui untuk masalah dosen dayak, dirinya sudah usahakan cari dosen dayak.
"Sekali lagi dosen dayak yang saya cari. Tapi mana, orang dayaknya mana. Banyak yang lamar tapi IPK-nya 1,3, ada yang 2,00, ada yang 2,01. Apakah itu bisa jadi dosen," tegasnya.
Lanjutnya lagi, bahkan yang baru lulus S1 dan itu juga lulusnya ngos-ngosan. Begitu yang mau jadi dosen, sekalinya tidak diterima mulai macam-macam dan bikin isu.
"Saya sangat menyesalkan adanya sikap, dari tokoh-tokoh masyarakat dan ketua dewan pendidikan kita yang pikirannya sangat rasis," ungkapnya.
Adrianus menjelaskan, mengapa dosen STKIP Pamane Talino itu semua orang Jawa. Mestinya yang memprotes tersebut mengukur dan melihat.
"Jujur saya katakan, sebenarnya yang saya mau itu dosen orang dayak. Sekali lagi pertanyaannya mana yang lulusanya linear," ujarnya.