Ramadan 1437 H

Semangat Beribadah Lebih Hidup saat Ramadan

Pasti (merasakan kesedihan Ramadan akan berakhir). Karena Ramadan itu momen yang spesial. Berbeda dengan waktu-waktu lainnya

Penulis: Ishak | Editor: Arief
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ISHAK
Ketua Lembaga Dakwah Ibadah dan Kemasjidan (LDIK) Yayasan Mujahidin Kalimantan Barat, Ustaz Wasian Syafiuddin 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Waktu terasa cepat berlalu. Perputaran waktu, kini menghantarkan Ramadan memasuki 10 hari terakhirnya. Ada kesedihan tersendiri mendapati bulan yang mulia ini akan segera berakhir.

Nuansa inilah yang dirasakan oleh Ketua Lembaga Dakwah Ibadah dan Kemasjidan (LDIK) Yayasan Mujahidin Kalimantan Barat, Ustaz Wasian Syafiuddin.

"Pasti (merasakan kesedihan Ramadan akan berakhir). Karena Ramadan itu momen yang spesial. Berbeda dengan waktu-waktu lainnya," ujarnya, saat ditemui usai Salat Zuhur, di Masjid Raya Mujahidin Pontianak, Kamis (23/06/2016) siang.

Ia menjelaskan, kedekatan dengan Ramadan sangat monumental. Sebab, Ramadan baginya memang berbeda jika dibandingkan dengan waktu-waktu lain di luar Ramadan. Perbedaan ini dirasakannya terutama dalam hal ubudiyah (ibadah).

Menurutnya, semangat dalam melaksanakan ibadah, seperti salat, tilawah Quran, bersedekah dan sebagainya, terasa lebih kuat selama Ramadan. Tak hanya itu, dirinyapun dapat lebih menikmati betul tiap-tiap ibadah itu, jika dibandingkan dengan waktu-waktu lain di luar Ramadan.

Selama Ramadan, suasana sehari-hari juga dirasakannya berbeda. Aktivitas di masjid - masjid disebutnya lebih hidup. Jamaah lebih ramai tiap kali salat digelar. Jamak pula didapati dimana-mana, di masjid orang-orang membaca Alquran.

Begitu pula dengan kegiatan ceramah-ceramah agama. Pada banyak kesempatan, seperti usai salat subuh dan isya, ceramah singkat atau yang biasa dikenal dengan sebutan kuliah tujuh menit, kultum, bergema di banyak masjid. "Itulah kelebihan yang tidak bisa didapatkan di waktu lainnya (selain Ramadan)," nilainya.

Ia juga menceritakan bagaimana Ramadan membawa pengaruh positif di dalam rumah tangganya. Ramadan, disebutnya menjadi pengikat keharmonisan dalam keluarganya. Hal ini terlihat dari suasana di rumah sehari-harinya.

Menurutnya, isteri dan anak-anaknya, sangat antusias selama Ramadan, terutama saat sahur dan berbuka. Ini kemudian membawa kecerian tersendiri baginya, isterinya dan juga anak-anaknya. "Saling membantu diantara anggota keluarga, terutama saat sahur dan berbuka. sangat ceria sekali suasananya," tutur Wasian.

Begitu pula dengan semangat yang muncul untuk menunaikan ibadah. Ia menceritakan, saat masuk waktu salat, terutama isya, anak-anaknya telah bersiap untuk bersama - sama berangkat ke masjid, bahkan 15 menit sebelum azan berkumandang.

"Dan hebatnya, tidak ada yang ngantuk atau kelihatan merasa lelah. Yang ada cuma semangat. Itulah kelebihan Ramadan yang kami rasakan," terangnya menceritakan.

Suasana Ramadan ini, akan selalu menjadi sesuatu yang dirindukannya. Hal inilah yang disebutnya menjadi satu diantara penyebab kesedihannya pada berakhirnya Ramadan.

Kesedihan lain yang dirasakannya, terkait pencapaian dari target pribadi yang telah ditetapkannya pada awal Ramadan lalu. Ada beberapa target yang hingga menjelang 10 hari terakhir Ramadan ini, disebutnya belum sepenuhnya tercapai.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved