Ramadan 1437 H

Bertabur Keistimewaan, Ini yang Dianjurkan Selama 10 Hari Terakhir Ramadan

Lailatul Qadar dipilih sebagai malam turunnya Alquran serta turunnya Malaikat dengan membawa keberkahan dan kesejahteraan.

Penulis: Ishak | Editor: Mirna Tribun
TRIBUN FILE/IST
Ilustrasi Lailatul Qadar 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - 10 hari terakhir di bulan Ramadan, ternyata menjadi waktu-waktu yang istimewa. 

“Sepuluh hari terakhir dari Ramadan adalah hari-hari istimewa karena di dalamnya ada Lailatul Qadar,” ujar Anggota Majelis Tarjih Pengurus Wilayah (PW) Muhummadiyah Kalbar, Ustaz Mubarak, Kamis (23/06/2016) siang.

Ia menjelaskan, Lailatul Qadar adalah malam yang penuh dengan kemuliaan. Karena Lailatul Qadar dipilih sebagai malam turunnya Alquran serta turunnya Malaikat dengan membawa keberkahan dan kesejahteraan.

Hal ini, disebutnnya sesuai dengan firman Allah SWT, dalam Alquran Surah Al Qadar ayat satu sampai lima. Yang mana artinya adalah ‘sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.

Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar’.

Selain itu, ia menjelaskan, Allah SWT telah tetapkan Lailatul Qadar sebagai rahmat yang besar bagi kaum muslimin. Karena malam tersebut lebih baik dari 1000 bulan.

“Maknanya beribadah pada malam itu lebih baik daripada beribadah selama 1000 bulan di luar Lailatul Qadar,” paparnya.

Adapun terkait kapan terjadinya Lailatul Qadar, ia menuturkan, tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti kapan terjadinya.

Hanya Allah SWT lah yang mengetahui kapan waktu terjadinya. Hanya saja, ia memastikan, menurut keterangan yang ada, terjadinya Lailatul Qadar, yaitu pada malam ganjil pada 10 hari terakhir saban Ramadhan

“Rasulullah SAW bersabda, ‘carilah Lailatul Qadar itu pada malam yang ganjil pada 10 hari yang terakhir dari bulan Ramadhan’. Ini termaktub dalam Hadits shahih riwayat Al Bukhari no 2020,” ujarnya.

Ia menambahkan, setiap orang bisa mendapat Lailatul Qadar. “Setiap Muslim berpeluang menjumpai Lailatul Qadar. Para sopir , satpam, nelayan, pedagang, ibu rumah tangga , wanita haidh , semuanya bisa menjumpai Lailatul Qadar. Dia bisa membaca Al Qur’an , atau berdzikir atau berdo’a, membaca shalawat dan lain-lain,” imbuhnya.

Semua itu adalah, menurutnya adalah ibadah yang dapat dilakukan di mana saja, dalam keadaan apapun. “Kecuali wanita haid hendaknya tidak membaca Alquran , tapi bisa berdzikir , berdo’a, dan ibadah lainnya,” jelasnya.

Ia lalu menjelaskan tentang kebiasaan yang dilakukan Rasulullah SAW selama 10 hari terakhir Ramadan. Beberapa kebiasaan yang dilakukan Rasulullah, di antaranya memperbanyak ibadah melebihi malam lainnya.

Rasulullah SAW, menurutnya, juga menjauhi istrinya (tidak melakukan hubungan suami istri). Selain itu, Rasulullah SAW juga mengajak keluarganya untuk beribadah malam, seperti Qiyamullail dan sebagainya.

Terkait ini, ia menyadur hadist Rasulullah SAW, sebagaimana yang disampaikan Aisyah r.a, bahwasanya Rasulullah SAW apabila masuk 10 hari terakhir bulan Ramadhan, Beliau menghidupkan malamnya dengan ibadah dan membangunkan keluarganya (untuk ibadah).

Dan mengeratkan ikat pinggangnya (tidak menggauli istrinya). Keterangan ini ada pada hadits shahih riwayat Al Bukhari no 2024, dan Muslim no 1174.

Pada 10 hari Ramadan, juga sangat dianjurkan melakukan i’tikaf. Yakni sengaja tinggal di masjid untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ini merupakan sunnah yang tetap dari Rasulullah SAW.

“Bersumber dari Aisyah r.a istri Nabi saw, (dia berkata) : Bahwasanya Rasulullah saw beri’tikaf pada 10 hari terakhir dari bulan Ramadan sampai Allah mewafatkannya. Kemudian istri istri Beliau SAW, melakukan I’tikaf sepeninggalnya. Keterangan ini ada pada Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul I’tikaf bab 1 no 2026, dan Muslim Kitabul I’tikaf bab 2 no 1172,” tuturnya.

Menurutnya, orang yang melakukan i’tikaf berpeluang besar menjumpai Lailatul Qadar karena seluruh aktifitasnya di dalam masjid senantiasa bernilai ibadah di sisi Allah , yaitu berada di dalam ibadah i’tikafnya.

“Jika tidak mampu i’tikaf 10 hari berturut turut, boleh melakukannya semampunya. Misalnya dipilih malam hari saja, atau malam yang ganjil saja, atau beberapa jam saja . Kalau tidak mampu i’tikaf , maka sekurangnya, lakukan shalat tarawih, sebab bagi orang yang mengerjakan shalat tarawih , sekurangnya dia mendapatkan sebagian dari Lailatul Qadar,” pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved