Pemdes Wajok Hilir Data Lahan Warga untuk Pembangunan Jembatan Kapuas III

Kalau untuk panjangnya sampai ke seberang, melewati Pulau Panjang hingga ke Sungai Kupah

Penulis: Tito Ramadhani | Editor: Arief
TRIBUN PONTIANAK/DESTRIADI YUNAS JUMASANI
Ilustrasi 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, MEMPAWAH - Selain Desa Sungai Kupah di Kabupaten Kubu Raya, satu desa lain yang juga akan dilewati Jembatan Kapuas III adalah Desa Wajok Hilir di Kabupaten Mempawah.

Titik pembangunan Jembatan Kapuas III di Wajok Hilir, tepat berada di RT 01/ RW 03, tak jauh dari tower RRI pemancar Siantan.

Di desa ini bermukim lebih dari 12.500 jiwa dan beroperasi sejumlah 17 perusahaan besar maupun kecil.

Kepala Desa Wajok Hilir, Abdul Majid (37) membenarkan adanya rencana pemerintah membangun Jembatan Kapuas III yang akan berdiri di wilayah Desa Wajok Hilir.

"Tepatnya itu berada di KM 14, sampai detik ini kami berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Mempawah. Dan sampai saat ini pada tahap pendataan dan inventarisasi lahan maupun rumah warga yang akan dibebaskan," ungkap Majid kepada Tribunpontianak.co.id, Jumat (6/5/2016).

Majid mengatakan, hingga kini hanya upaya inventarisir tersebut yang dilakukan pihaknya, sambil menunggu instruksi selanjutnya dari pemerintah kabupaten maupun provinsi.

"Lebar lahan yang akan dibebaskan sekitar 300 meter. Kalau untuk panjangnya sampai ke seberang, melewati Pulau Panjang hingga ke Sungai Kupah," jelasnya

Ditegaskannya, hingga kini warga desa sangat antusias memberikan dukungan dalam pembangunan Jembatan Kapuas III. Namun ia belum dapat memastikan dukungan yang diberikan warga seperti apa.

"Kita masih belum tahu juga kedepannya, karena inikan masih proses juga, ndak bisa kami mengatakan dukungan atau tidak. Karena masing-masing kan punya kepentingan. Pemilik lahan tentunya punya kepentingan juga," tegasnya

Secara administrasi, menurutnya, pemerintah desa sangat mendukung pembangunan tersebut. Namun, ia belum dapat menjamin dukungan yang diberikan masyarakat, oleh setiap warga punya latar belakang berbeda.

"Kami memberikan pemahaman itu tentunya butuh proses dan tekniklah," ucapnya

Sekitar 20 bangunan rumah warga yang akan dibebaskan di titik lokasi pembangunan jembatan. Sementara lahan tanpa bangunan ada sekitar 25 lahan.

"Ini yang ada di Wajok Hilir dan di luar Pulau Panjang. Jadi ada sekitar 45 pemilik lahan dan bangunan. Ini hanya yang saat ini dalam tahap inventarisir ya," paparnya

Untuk harga lahan sendiri, menurut Majid saat ini harganya bukan harga sesuai Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP). Namun harga apresial atau harga yang disepakati antara pihak penjual dan pembeli pembeli.

"Harga Apresial, artinya dengan kesepakatan dua belah pihak itu, berlakulah hukum jual beli. Jadi suka sama suka. Untuk NJOP ndak bisa kami berlakukan di sini. Tidak ada harga pasti," ujarnya

Namun, oleh karena dalam pembangunan ini pemerintah yang membeli atau membebaskan. Ia berharap setidaknya ada harga yang win win solution dan bersifat terbuka.

"Terbuka baik bagi masyarakat dan pemerintah, jika tidak terbuka nanti efeknya ke kami atau ke pemerintah. Yang dikhawatirkan nanti disalahartikan oleh masyarakat kami," jelasnya

Majid menaruh harapan, agar pihak terkait dapat memperhatikan harga kesepakatan dan harga yang sudah pernah ada dalam transaksi jual beli lahan di Desa Wajok Hilir saat ini

Selain Desa Sungai Kupah dan Wajok Hilir, kawasan lain yang menjadi tempat pembangunan Jembatan Kapuas 3 di Wajok Hilir adalah Pulau Panjang.

Secara administratif, Pulau Panjang masuk dalam teritorial Kabupaten Mempawah. Namun Majid tak dapat membahas panjang lebar, status wilayah pasti Pulau Panjang. Oleh karena pada saat pemekaran Kabupaten Pontianak, kawasan tersebut menjadi batas Kabupaten Kubu Raya dan Mempawah.

"Jadi untuk itu kami belum bisa comment, karena itu hak preogatif dari pimpinan. Pulau Panjang itu sudah digarap orang-orangtua kami, atau datok-datok kami sejak tahun 1970-an, sudah menggarap. Yakni warga masyarakat Desa Wajok Hilir, Jungkat dan warga Kubu Raya," urainya

Warga saat itu, menurut kisahnya membuka lahan garapan tersebut secara bersama-sama, dan dengan pembagian secara kekeluargaan. Warga mendapatkan kapling-kapling sesuai dengan petunjuk dan arahan dari masing-masing ketua kelompoknya pada waktu itu.

"Secara historis, antara seberang dengan warga di Wajok Hilir ini, kulturnya tidak jauh berbeda. Jadi mungkin di situlah ada pembicaraan dari mereka untuk membuka lahan, bersama-sama menggarap," kisahnya

Terdapat empat gugusan pulau yang termasuk dalam kawasan Pulau Panjang. Pulau di muara Sungai Kapuas ini akan menjadi penghubung antar konstruksi Jembatan Kapuas 3. Pulau tersebut menurut penuturan Majid, memiliki luas areal sekitar 500 hektare.

"Kurang lebih sekitar 500 hektare. Ada empat buah gugusan pulau di situ, menurut historis orang-orang kampung, dibedakanlah nama masing-masing. Ada Pulau Kabong, Kemek, Duit, Teluk Cukai. Tapi dalam peta administratif, itu semua disebut Pulau Panjang," papar Majid

Ia membenarkan, jika memang ada kabar bahwa status lahan di Pulau Panjang, sebagian besar kini sudah tak ditangan warga. Menurut kabar yang diketahuinya, sebagian besar lahan tersebut sudah dialihtangankan.

"Beberapa waktu yang lalu. Mungkin juga di Kubu Raya, ini yang saya dengar. Itu sudah dialihtangankan," ujarnya

Walau tidak semua lahan garapan, namun menurutnya ada beberapa lahan garapan warga Wajok Hilir, kini juga sudah dialihtangankan kepada sejumlah pengusaha.

"Namun tidak semua. Itu mungkin karena tuntutan ekonomi atau bagaimana, jadi mereka mengalihtangankan. Setahu saya ada beberapa pemilik, tiga pengusahalah. Satu lokasinya di muara Jungkat. Tapi masih di Pulau Kabung juga. Itu yang saya dengar," jelas Majid

Kades yang telah menjabat sekitar 3 tahun ini menguraikan, setidaknya ada dua orang pemilik yang dikenal sebagai pengusaha, telah mengurus status alihtangan lahan tersebut. Sehingga kini sebagian lahan sudah tidak digarap warga lagi.

"Dua pengusaha, yang sudah mengalihtangankan dari masyarakat ke mereka. Rata-rata masyarakat kami yang menggarap lahan di situ, warga dari Parit Wak Dongkak dan Parit Manunggal," katanya

Majid menerangkan, hingga saat ini belum terlihat penolakan dari masyarakat atas akan dibangunnya Jembatan Kapuas 3. Ini menurutnya, dapat disebabkan oleh kesadaran masyarakat akan manfaat dan fungsi jembatan tersebut di masa mendatang.

"Jadi kalau kita berbicara fungsi dan manfaat saat ini sih mungkin kecillah, tapi kita juga dapat melihat fungsi dan manfaatnya untuk sekian tahun yang akan datang. Sampai saat ini belum ada lah, selama ini dukungan yang ada," sambung Majid.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved