Gerhana Matahari Total

Sejumlah Mitos Saat Gerhana Matahari Total di Kalbar

Sejumlah tempat telah bersiap akan digelarnya pengamatan momentum Gerhana Matahari Total pada besok, Rabu (9/3/2016).

Penulis: Tito Ramadhani | Editor: Mirna Tribun
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/TITO RAMADHANI
Dosen Fisika FKIP Universitas Tanjungpura Leo Sutrisno. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Sejumlah tempat telah bersiap akan digelarnya pengamatan momentum Gerhana Matahari Total pada besok, Rabu (9/3/2016).

Pengamatan gerhana matahari di Pontianak, digelar sedikitnya di dua tempat. Yakni di Masjid Raya Mujahidin di Jl Jend Ahmad Yani, dan Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer (BPAA) - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Pontianak di Jl 28 Oktober.

Satu teleskop telah terpasang di teras atas masjid. Selain pemantauan, di Masjid Raya Mujahidin dijadwalkan akan digelar salat gerhana (salat kusuf), Selasa (8/3/2016).

Tak hanya di Masjid Raya Mujahidin Pontianak, di sejumlah tempat di antaranya di Masjid At-Tanwir, Komplek gedung pusat dakwah Muhammadiyah Kalbar, Jl Jend A Yani 2, Kubu Raya. Masjid Al Furqan, Komplek sekolah Muhammadiyah, Jl Parit H Husin 2, Pontianak. Dan sejumlah tempat lainnya di kabupaten/kota di Kalbar.

Dosen Fisika FKIP Universitas Tanjungpura Leo Sutrisno mengungkapkan pada era 1980-an di Kalbar juga pernah ada sejumlah mitos saat terjadinya Gerhana Matahari. Di antaranya, melihat bayangan gerhana di air yang ditempatkan dalam ember.

Bahkan, menurut kisahnya di sejumlah perkampungan juga ada warga yang memukul sejumlah benda, yang diharapkan dengan bunyi-bunyian tersebut, matahari yang ditelan dapat dimuntahkan raksasa atau naga.

"Mitos menurut saya, suatu catatan masa lalu oleh orangtua, bisa jadi peristiwa-peristiwa itu dampaknya memang terjadi di masyarakat," ungkapnya. 

Mungkin, lanjutnya kebetulan pada saat itu, misalkan ada ibu hamil yang keguguruan. Hal itu bisa saja disebabkan karena suasana tiba-tiba gelap, lantas terkejut.

"Tapi karena belum bisa menjelaskan secara rasional, dibuatlah cerita-cerita itu untuk memudahkan menjelaskan saja," pungkasnya.

Dengan begitu, tak jarang warga melarang kaum ibu yang sedang mengandung untuk tidak keluar rumah.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved