Gerakan Fajar Nusantara

Sebelum ke Mempawah, Eks Gafatar Mengaku Dikarantina Pelajari Pertanian

Saya aktif di Gafatar sejak 2013, kemudian saya ke Singkawang atas inisiatif saya. bersama istri dan anak

Penulis: Novi Saputra | Editor: Arief
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ANESH VIDUKA
Warga eks Gafatar sedang makan siang di lokasi pengungsian, di Bekangdam XII Tajungpura, Jl Adisucipto, Kubu Raya, Kalbar, Kamis (21/1/2016). 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Novi Saputra

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KUBU RAYA - Khaerudin, pria paruh baya asal Depok, Jawa Barat mengaku tidak menyesal telah mengikuti Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).

Mantan sopir angkot ini mengaku sebelum dievakuasi ke Bekangdam XII Tanjungpura dia mencoba mencari kehidupan yang lebih baik di Singkawang Tengah, Kota Singkawang, Kalbar.

"Saya aktif di Gafatar sejak 2013, kemudian saya ke Singkawang atas inisiatif saya. bersama istri dan anak. Kami mencoba hidup di Singkawang dengan mengontrak rumah, setahun harganya Rp 6 juta ," kata Khaerudin di Bekangdam, Minggu (24/1/2016).

Khaerudin mengaku mengantongi surat-surat resmi saat berangkat dan berdomisili di Singkawang, seperti surat pindah dari Depok dan menjadi warga di Singkawang.

"Saat mau di evakuasi, dibuatkan surat pindah lagi dari Singkawang, bingung ," katanya

Khaerudin mengaku khawatir kepulangannya nanti ke Depok justru akan mendapatkan penolakan. "Padahal rumah sama harta disana sudah dijual semua untuk bekal di Singkawang. Nggak tahu nanti mau nginap gimana, saya khawatir warga menolak ," katanya

Khaeruddin mengaku di Singkawang mencari nafkah dengan cara bertani dan menjual es krim. Kata dia meski dibubarkan, Gafatar adalah organisasi yang bagus karena menghidupkan kebiasaan-kebiasaan lama.

"Seperti gotong royong, tapi dibubarkan dipusat kan, saya tidak kecewa ikut Gafatar ," katanya

Namun Khaerudin memberikan jawaban berbelit saat ditanya mengenai kemungkinan adanya koordintor dalam proses perpindahanannya dari Depok ke Singkawang. " Sebelumnya ada teman di Singkawang ," katanya

Namun Khaerdin juga meminta pemerintah untuk mengganti rugi seluruh kerugian yang ia alami. "Pemerintah tanggung jawab dong, pemerintah yang memulangkan kami ," katanya

Di lain kesempatan, seorang mantan anggota Gafatar yang berasal dari wilayah evakuasi Mempawah sempat bicara panjang lebar mengenai proses mereka menghidupkan lahan pertanian di Moton Panjang, Mempawah.

Namun ditengah penjelasannya, pria yang mengaku berasal dari Jakarta ini tiba-tiba menyetop pembicaraan dengan awak media kemudian ngeluyur pergi. Sebelumnya ia mengaku jika sebelum ke Mempawah dirinya sempat mendapatkan karantina mengenai cara bertani.

" ebelumnya bukan petani, tetapi sebelum ke Mempawah dikarantina dulu tentang pertanian ,ups... sudah dulu ya," kata pria ini.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved